06. Memasak

124 41 14
                                    

06. Memasak

Jang Bitna berjalan menuju jendela kamar Seo Jun. Ia membuka jendela itu lalu melihat kondisi luar. Setelah dipastikan. Aman. Ia melompat keluar dari kamar Seo Jun lewat jendela.

"Aduh!"

Jang Bitna mengaduh saat lututnya terbentur tanah. Ia segera berdiri untuk pergi dari sana sebelum Jang Hyeon menemuinya ke asrama penyihir wanita.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Seo Jun saat melihat Jang Bitna berjalan dengan kaki pincang.

"Tidak usah khawatir," balas Jang Bitna lalu berjalan kembali.

"Kenapa kau datang dari sana?"

Jang Bitna mengenali suara itu. Saat berusaha menoleh ke belakang, ia bisa melihat Seo Jun menutup jendela kamar. Dia tidak akan menjelaskan. Tidak tanggung jawab.

"Orabeoni, aku akan menemuimu tapi aku bersembunyi di kamarnya karena tidak mau ketahuan seonsaengnim," jelas Jang Bitna cepat. "Kau percaya padaku, 'kan?"

"Aku percaya padamu tapi tidak dengannya," ujar Jang Hyeon melirik ke arah jendela yang baru saja ditutup lalu berjalan menuju suatu tempat.

Jang Bitna mengikuti Jang Hyeon. "Orabeoni akan pergi kemana? Aku ikut."

"Aku belum menjawab akan pergi kemana tapi kau sudah memutuskan akan ikut. Jangan lakukan hal itu pada pria lain," ujar Jang Hyeon sambil berjalan.

Jang Bitna masih berjalan dalam keadaan kaki pincang. Berusaha menyamakan posisinya dengan sang orabeoni. "Pada Choi Hwan pun tidak boleh?"

Jang Hyeon berhenti lalu menatap Jang Bitna yang hampir terjatuh saat menabrak punggungnya jika saja ia tidak menarik pergelangan tangan adiknya. Sekitar tiga detik Jang Hyeon menatap Jang Bitna. Begitu lekat. Masih mencekal pergelangan tangan adiknya di samping wajah.

"Pada Choi Hwan boleh. Kau tidak menyadari sesuatu?" Choi Hwan di dalam tubuh Jang Hyeon berharap Jang Bitna menyadari kenyataan itu.

Jang Bitna bertanya-tanya, "kalau wajah orabeoni tampan, begitu?"

Jang Hyeon melepas cekalannya dari tangan Jang Bitna sambil menghela napas. Ia kembali berjalan saat Jang Bitna mulai menertawakannya.

"Orabeoni tunggu aku."

"Obati lututmu di Sejukwon."

"Orabeoni akan ke Sejukwon. Hanya menemaniku mengobati lutut. Aku tidak apa-apa, sebentar lagi lututku akan baik-baik saja. Kau tahu, aku penguasa Hwansu, bisa mengobati lukaku sendiri."

"Jangan terlalu sering menggunakan sihir. Jika tidak ingin mimpi buruk itu menghantuimu."

"Baiklah."

Mengenakan hanbok khas penyihir Jeongjingak, yaitu hanbok berlengan panjang berbalut hanbok lengan pendek dan tali pinggang, mereka berjalan berdampingan. Jang Hyeon membawa pedangnya di tangan kanan, berdiri di sebelah kanan Jang Bitna. Jang Bitna selalu mengikat surai panjangnya. Surai panjang seperti sang eomeoni.

Saat mereka berpapasan dengan penyihir lain. Banyak perkataan mereka yang dilontarkan padanya.

"Saat berpapasan dengan mereka terasa sangat dingin."

"Jang Bitna selamat karena batu es."

"Seperti abeoji mereka yang pernah menggunakan batu es. Pasti menakutkan dikelilingi arwah jahat."

"Jang Hyeon dengan cepat menguasai Hwansu, pasti itu bantuan batu es."

"Benar. Butuh waktu puluhan tahun untuk mencapai Hwansu."

Alchemy of Souls : NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang