17. Musim Dingin

78 24 5
                                    

Mulmed : Jang Hyeon

___________________________________

17. Musim Dingin

Seorang penyihir pria baru saja turun dari pohon membuat salju di pohon itu berjatuhan menyatu dengan salju yang menutupi daratan. Tangan kanan penyihir itu bertumpu ke salju, kaki kiri agak ke depan bertumpu pada telapak, kaki kanan bertumpu pada lutut. Posisi itu hanya berlangsung dua detik sebelum ia berdiri membersihkan salju di telapak tangan dan lututnya yang terbalut celana hanbok. Hanbok yang ia kenakan memanjang sampai lutut berwarna merah kecoklatan, kerah hitam. Sabuk kulit hitam melingkari pinggangnya. Kain warna merah kecoklatan terpasang di dahinya.

Ia memperhatikan sosok wanita di atas daratan salju yang terbentuk di atas danau. Wanita itu mengenakan hanbok wanita berwarna biru muda. Surainya tergerai panjang melambai tertiup angin musim dingin.

Penyihir pria itu segera melesat mendekati si wanita yang sendirian di atas salju.

Wanita itu tak jadi berjongkok, tetap berdiri menatap kedatangan seseorang. "Hyeon. Kebetulan kau datang. Tolong buatkan bulatan disini." Park Da-in menepuk-nepuk daratan salju dengan kakinya yang terbalut sepatu.

"Buat apa?" Jang Hyeon menatap Park Da-in. Ia membenarkan mantel hanbok kerah berbulu saat mantel itu agak melorot.

"Aku dan penyihir lain akan memancing disini," jelas Park Da-in. "Penampilanmu berubah sejak pulang larut dari suatu tempat saat musim gugur."

Jang Hyeon menyentuh kain di dahinya. "Aku terluka."

"Kau terluka saat kecil di dahi sebelah kanan karena jatuh terbentur batu. Bekas itu masih ada sampai sekarang. Aku tidak memperhatikan bekas itu saat kau tidak memakai penutup dari kain, tapi sekarang tertutup lagi."

Jang Hyeon berjongkok menatap daratan salju. Ia menengadahkan tangan menciptakan energi merah api. Saat ia membalik tangannya ke bawah, ia membuat bulatan di atas salju. Lubang di daratan salju berbentuk lingkaran berdiameter sekitar 15 cm tercipta menampakkan air danau saat salju dilelehkan oleh teknik Hwansu Jang Hyeon.

Park Da-in ikut berjongkok di sebelah kanan Jang Hyeon. Ia memperhatikan wajah Jang Hyeon dari samping. Poni rambut kecoklatan pria itu melambai-lambai menutupi dahi yang sudah tertutup kain. Jang Hyeon yang sekarang tampak sedikit peduli padanya. Tidak seperti Jang Hyeon yang tahun lalu berada di Songrim selalu mempedulikan Jang Bitna.

"Aku bisa melihat ikan di dalam sana."

"Kau tidak bisa membuatnya sendiri?"

"Aku belum menguasai Hwansu. Hanya kau, Bitna dan Seo Jun yang sudah menguasai Hwansu. Aku bisa menciptakan lubang ini jika memakai gergaji," jelas Park Da-in.

"Berapa yang harus aku buat? Aku akan membuatkannya untukmu." Jang Hyeon mengusap kepala Park Da-in dari puncak sampai tengkuk lalu berdiri untuk berpindah membuat lubang memancing di atas danau bersalju.

Park Da-in merasakan jantungnya berdegup lebih cepat karena ulah Jang Hyeon. Ia mengikuti pria itu menciptakan lubang memancing.

"Saat kembali ke sini dari Desa Sari, kau memakai gelang itu untuk melindungi Bitna. Kau tidak mempedulikanku sama sekali. Bahkan seperti dua orang asing. Sikapmu setelah kembali dari suatu tempat di musim gugur, lebih hangat padaku." Park Da-in berhenti bicara saat Jang Hyeon yang berjongkok menatap ke arahnya. "Aku hanya merasakan ... kau seperti orang yang berbeda. Jangan pikirkan ucapanku." Ia jatuh terduduk.

Jang Hyeon berdiri, mengulurkan tangannya. "Berdiri."

Park Da-in menerima uluran tangan Jang Hyeon. Ia berdiri mengusap rok hanbok belakang karena butiran salju menempel disana. Ia menatap ke samping, teman-temannya berdatangan.

Alchemy of Souls : NightmareWhere stories live. Discover now