19. Hilang Kendali

63 22 6
                                    

Mulmed : Jang Bitna

_____________________________

19. Hilang Kendali

Jang Bitna berdiri di depan gerobak penjual daging ayam yang diiris-iris lebih kecil lalu ditusuk menggunakan bambu. Sate ayam. Ia menunggu penjual itu selesai membakar sate ayam dengan berdiri di depan gerobak menikmati aroma harum makanan itu.

"Apa sudah matang?" tanya Jang Bitna tak sabar untuk menikmati sate itu.

"Agasshi! Tunggu sebentar lagi. Dagingnya belum matang sempurna," kata penjual sate.

Jang Bitna menunggu sebentar lalu bertanya lagi. "Sudah?"

"Sudah."

Jang Bitna menerima setusuk sate ayam lalu meniupnya sebentar. Saat ada gerobak membawa jerami lewat, ia segera menepi supaya tidak tersenggol gerobak itu. Ia memakan sate ayamnya.

"Aku mau satu lagi," kata Jang Bitna.

"Ini." Penjual itu memberikan setusuk sate lagi untuk Jang Bitna. "Jangan lupa bayar."

"Ye."

Jang Bitna menikmati sate itu seraya mengedarkan pandangan mencari seseorang. Banyak penduduk yang berkeliaran di pasar meskipun salju terus turun. Dari kejauhan ia bisa melihat atap dari plastik penutup salah satu kedai merosot karena banyaknya salju yang tertampung.

"Aigoo. Atapnya roboh!"

"Agasshi kau tidak apa-apa?"

"Seharusnya buat atap yang kokoh!"

"Salju musim dingin membuatku terkena sial. Aigoo."

"Agasshi menunggu siapa?" tanya penjual itu pada Jang Bitna.

"Pria yang akan membayar sate yang aku makan," kata Jang Bitna mengambil setusuk sate ketiga tapi tangannya ditepis oleh penjual itu.

"Kau hanya mencari alasan untuk menipuku," kata penjual itu. "Banyak yang makan sate daganganku lalu saat diminta bayar, ia kabur. Banyak yang seperti itu. Makanya aku meminta mereka bayar dulu sebelum makan."

"Lalu kenapa kau tidak memintaku bayar dulu?"

"Karena aku percaya agasshi orang baik-baik. Tapi sepertinya penipu juga."

"Satu tusuk lagi, aku akan membayarnya." Lagi-lagi tangan Jang Bitna ditepis penjual itu.

"Dua sate yang kau makan tidak perlu bayar tapi pergilah dari sini." Penjual itu kedatangan pembeli. "Kau ingin sate?"

"Beri aku sepuluh tusuk," kata wanita tua itu lalu memberikan beberapa logam uang.

Jang Bitna menjilati bibirnya saat penjual sate itu menambah banyak sate mentah untuk dibakar di atas pemanggang. Bara api menyala saat minyak dari daging itu menetes.

"Saat temanku datang. Aku akan membeli semua sate daganganmu," kata Jang Bitna.

"Sepertinya dia tidak akan datang," kata wanita penjual sate ayam. "Ternyata temanmu datang."

Jang Bitna menatap sosok pria yang datang ke dekat gerobak sate. "Orabeoni."

"Bukan teman, tapi orabeoni nya yang datang ternyata."

"Kau sedang beli sate?" tanya Jang Hyeon pada Jang Bitna.

Jang Bitna menatap kain yang terikat di dahi orabeoni nya. Warna biru tua. Terkesan lebih galak. "Aku baru makan dua. Orabeoni bawa uang? Belikan semua sate itu untuk eomeoni."

Alchemy of Souls : NightmareTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon