09. Giok Yin & Yang

113 35 7
                                    

09. Giok Yin & Yang

Cinta pria dan wanita akan semakin dalam jika memakai cincin yang terbuat dari giok Yin dan Yang. Giok berwarna biru dan merah. Jika salah satu dialirkan energi, yang lain akan bereaksi. Jika jaraknya dekat, pasti saling menghampiri karena daya tarik.

Giok Yin dan Yang awalnya adalah milik keluarga Jin. Namun giok itu menjadi milik Jang Uk dan Cho Yeong yang sekarang diberikan kepada Jang Hyeon dan Jang Bitna. Jang Uk dan Cho Yeong memberikan kepada mereka dengan tujuan untuk saling mengirim sinyal jika dalam kondisi bahaya. Sesama penyihir penguasa Hwansu, bisa mengendalikan daya tarik rasa saling suka yang diciptakan giok itu.

Giok berwarna biru tergantung di ikat pinggang kulit milik Jang Hyeon yang terbaring di ranjang Sejukwon. Awalnya benda itu hanya berwarna biru, namun kini tampak menyala saat giok itu menerima sinyal.

Heo Yun-ok masuk ke ruang pengobatan untuk mengecek kondisi para pasiennya. Ia melihat giok biru itu bersinar indah. Ia mendekati benda itu tapi kakinya menabrak pot bunga hingga pot itu terguling dan pecah.

Tiga bersaudara Park tampak tidak terganggu akan bunyi pot pecah. Hanya melenguh saja sedangkan Jang Hyeon membuka matanya lalu mencoba duduk.

"Kau sudah sadar," ujar Heo Yun-ok. "Ini ramuan untuk menghilangkan mabuk. Minumlah!"

Jang Hyeon menerima mangkuk berisi ramuan cair pereda pengar. "Terima kasih." Lalu meneguk ramuan itu sampai habis.

"Abeoji mu pulang beberapa waktu yang lalu." Heo Yun-ok memperhatikan giok biru yang masih bersinar. "Giok itu bersinar terus sejak tadi."

Jang Hyeon menaruh mangkuk yang sudah kosong ke atas meja lalu memperhatikan giok biru. Bersinar. Ia menggenggam giok itu lalu berdiri, mengambil pedang dan segera keluar dari Sejukwon menuju kemana giok itu membawanya.

Jang Bitna berdiri di atas tebing nan curam. Ia memperhatikan sekitar, daratan di bawah sana berupa padang pasir. Musim panas membuatnya merasa gerah tapi terdapat pohon di sampingnya yang membuat udara terasa sedikit sejuk. Kata hatinya menyuruh agar ia terjun dari tebing nan tinggi itu. Hatinya berkata ia akan baik-baik saja jika terjun bebas ke bawah sana. Jang Bitna percaya kata hatinya. Ia terjun ke bawah tanpa bantuan apapun.

"HYA! Sudah kubilang jangan bergerak!"

"OMO!"

Seo Jun mendekap Jang Bitna saat lantai yang terinjak wanita itu jeblos. Kedua kaki Jang Bitna berpijak di atas kaki Seo Jun dimana tangan kiri mendekap Jang Bitna dan tangan kanan berpegangan pada penyangga bangunan.

"Kau bermimpi buruk lagi?" tanya Seo Jun. "Sudah kubilang jangan bergerak tapi kau malah melangkahkan kaki seperti akan terjun."

"Itu hanya mimpi. Aku terjun dari tebing. Aku sering bermimpi seperti itu," jelas Jang Bitna.

"Aku sudah mengirim sinyal lewat giok ini, kenapa orabeoni mu tak kunjung datang?"

"Mungkin dia tertidur karena sangat mabuk."

"Giok yang ada padanya tidak bisa membangunkan pemiliknya yang tertidur?"

"Tidak bisa."

"Pegangan erat-erat," kata Seo Jun pada Jang Bitna saat goncangan di ruang rahasia semakin kuat.

Ruangan itu terus bergoncang dan runtuh sedikit demi sedikit.

"Jika tempat ini runtuh dan menimpa kita, kau punya keinginan terakhir untuk disampaikan?"

Jang Bitna mendongak menatap Seo Jun. "Keinginan terakhir? Hwan datang ke sini meski bangunan ini sudah menimpaku. Saat itu, mungkin aku sudah menjadi jasad, tapi setidaknya keinginanku terwujud. Bagaimana denganmu?"

Alchemy of Souls : NightmareUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum