Prolog

10.1K 470 14
                                    

Kia meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku, seharian ini ia tak beranjak sama sekali dari kubikelnya. Ia bahkan melewatkan bekal makan siang yang sudah sang Nenek buatkan untuknya. Baru beberapa minggu bekerja ia sudah dibebankan banyak pekerjaan. Tapi, tak apa, Kia tak akan mengeluh. Lebih baik lelah bekerja dari pada lelah mencari kerja, karena beberapa bulan lalu ia sempat merasakan bagaimana lelahnya mencari pekerjaan.

Kemudian tatapan matanya tak sengaja bertemu dengan mata seorang pria yang merupakan rekan kerjanya, mereka bertatapan selama beberapa detik sampai Kia yang memalingkan terlebih dahulu pandangannya.

Sejak awal ia masuk lelaki bernama Oki itu memang seringkali ia tangkap sedang diam-diam sedang memperhatikannya. Sebenarnya Kia tentu saja merasa risih, tapi sebagai anak baru Kia masih segan untuk menegur.

Tapi, untuk kali ini Kia mencoba memberanikan, jika dibiarkan Kia takut rekan kerjanya itu akan semakin berani. Hari ini hanya ditatap, bagaimana jika besok lelaki itu berani meraba tubuhnya?

"Kenapa, mas? Ada yang salah?" Tanya Kia memberanikan menegur, tatapan Oki terlihat aneh menurutnya. Kia sampai menunduk, Kia rasa baju yang ia pakai hari ini cukup sopan, tidak ada yang salah.

"Demen kali" Kia mendelik tajam mendengar celetukan Bima, rekan kerjanya yang lain.

"Stt, jangan sembarangan lo kalo ngomong mas Oki udah punya istri" tegur Kia, tak enak hati jika ada yang menanggapi serius ucapan Bima.

"Siapa tau lo mau jadi yang kedua" ucap Bima tanpa beban.

"Bima, mulutnya ya" Decak Kia, karena kesal Kia melemparkan gulungan kertas yang tepat mengenai wajah lelaki itu. Bima yang tak terima membalas dengan melemparkan kembali gulungan kertas itu ke arah Kia. Tapi, Kia bisa menghindar, hingga gulingan kertas itu terlempar tepat mengenai kepala Oki.

"Lanjut kerja!" Kia dan Bima yang mendengar nada tegas dari Oki kembali serius menekuni pekerjaan mereka.

Oki melemparkan gulungan kertas yang tadi sempat mengenai kepalanya ke dalam tempat sampah.

"Aneh banget, padahal Mas Oki itu lebih pantesnya jadi bokap gue!" Gumam Kia pelan, tapi Oki yang duduk tak jauh dari Kia tentu masih bisa mendengarnya walau sedikit samar. Oki melirik gadis itu dengan ekor matanya, lalu tak lama ia menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum tipis. Seakan menolak ide konyol yang tiba-tiba terlintas dikepalanya.

*****

Ada yang inget sama Mas Oki dan Mbak Kia??

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now