Dua Puluh Dua

2.6K 237 2
                                    


****

Farel diminta Kia untuk menemani Rara bermain di lantai atas. Menjaga agar Rara tak sampai turun ke lantai dasar, karena di bawah sana Kia dan Oki sedang mendekor ruang keluarga dengan pernak-pernik khas ulangtahun. Ini hanya perayaan kecil-kecilan untuk mereka saja, karena perayaan yang sesungguhnya sudah Kia siapkan juga. Kia akan mengundang teman-teman sekolah Rara juga seluruh anggota keluarga Oki pada hari Minggu nanti.

Setelah selesai, tugas Oki selanjutnya adalah memanggil kedua anaknya. Kia sendiri menunggu sambil memegangi sebuah kue yang sudah ia pesan sebelumnya. Saat mendengar langkah kaki mendekat, dengan cepat Kia menyalakan lilin berbentuk angka 8 yang sudah tertancap di atas kue. Hari ini Rara tepat berusia 8 tahun.

"Selamat ulang tahun" Oki, Kia dan Farel kompak berteriak. Oki menggiring kedua anaknya mendekati Kia lalu ketiga orang itu mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Rara yang sejak tadi hanya diam. Benar-benar diam dengan tatapan kosong bahkan setelah lagu selesai dinyanyikan.

Semua heran dengan reaksi Rara, bahkan Rara masih diam saat Kia menyodorkan kue agar gadis kecil itu segera meniup lilinnya. Pandangan Rara kini mengedar, menatap satu persatu orang yang ada di ruang keluarga. Kakaknya, Ayahnya lalu terakhir sang Bunda. Terlihat mata gadis kecil itu mulai berkaca-kaca dengan bibir mencebik menahan tangis.

"Hua..." Rara melangkah ke arah Kia, memeluk pinggang Bundanya erat. Kia hampir saja melepaskan pegangan pada kuenya jika Oki tidak segera mengambil alih kue yang ada di tangan Kia.

"Hei... Kenapa, nak?" Tanya Kia lembut. Ia mengelus puncak kepala Rara penuh sayang, gadis kecilnya itu menangis sambil menenggelamkan wajahnya di perut Kia.

Karena Rara yang masih tidak bisa ditanya, Kia menuntun tubuh mereka ke atas sofa. Ia bawa Rara dalam pangkuannya.

"Bun...hiks Bunda" isak Rara, menatap Kia dengan wajah penuh air mata.

"Iya, sayang. Kenapa, hm?" Tanya Kia lembut, tangannya mengusap dengan pelan pipi Rara yang kini terlihat memerah.

"Rara senang, Rara enggak tau kalo hari ini ulang tahun Rara" ujar Rara, gadis itu memang masih menangis terharu. Dua tahun terakhir karena keadaan yang tidak memungkikan baik Farel maupun Rara memang melewatkan begitu saja hari ulangtahun mereka.

"Terimakasih, Bunda" ucap Rara dengan bibir mencebik menahan tangis haru, gadis kecil itu yakin pasti Bundanya yang menyiapkan semua ini untuknya.

"Tiup lilinnya dulu" ucap Oki, menyodorkan kue yang lilinnya sudah ia nyalakan kembali.

"Semoga Bunda selalu bisa bersama Rara, Ayah dan Kakak disini" sederhana sekali doa yang Rara panjatkan tapi sukses membuat dada Kia membuncah oleh rasa haru.

Rara juga mendapatkan doa dan sebuah pelukan dari Ayah, Bunda dan kakaknya.

"Ini kado dari Ayah dan Bunda" Oki meraih kotak berukuran sedang yang sudah ia dan Kia siapkan.

"Ini dari Kakak" ucap Farel tak mau kalah,

"Kalo ini dari Bunda sendiri" ucap Kia, menyodorkan kotak lebih kecil dari yang dipegang Oki dan Farel. Oki sendiri memandang istrinya penuh tanya, ia tak menyangkan Kia menyiapkan hadiah selain yang sudah mereka siapkan bersama.

"Mau buka dari Bunda dulu" ucap Rara.

"Padahal kado dari Kakak lebih besar, kenapa enggak buka yang Kakak dulu?"

"Soalnya dari Bunda pasti lebih spesial" balas Rara membuat Farel mencibir pelan.

Dibantu sang Bunda, Rara mulai menarik pita yang mengikat kotak kecil tersebut.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now