Dua Puluh Satu

2.7K 249 9
                                    


Satu bulan pernikahan, Kia menjalani perannya sebagai istri sekaligus ibu untuk dua anak sambungnya. Setiap hari ia bangun pagi menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Seperti ibu rumah tangga kebanyakan, Kia mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, tidak benar-benar sendiri karena Oki juga sering membantunya. Bahkan Rara dan Farel juga tanpa diminta mau membantu.

Tapi, untuk mencuci dan menyetrika pakaian masih dilakukan oleh orang yang memang sudah lama dipekerjakan Oki khusus untuk mencuci. Padahal Kia sanggup untuk mencuci pakaian keluarganya sendiri, tapi Oki bilang ia tak tega untuk memberhentikannya. Mbak Runa itu janda dengan 3 anak, dan mencuci dirumahnya adalah salah satu sumber penghasilannya.

Bercocok tanam adalah kegiatan yang sering Kia lakukan di waktu senggangnya. Bahkan ada beberapa jenis tanaman yang sudah Kia tanam jauh-jauh hari mulai berbunga.

Tapi, ternyata lama-lama ia mulai bosan juga. Ia kesepian, apalagi jika anak dan suaminya sedang tidak dirumah dan pekerjaan rumah sudah selesai semua Kia kerjakan.

Tiba-tiba Kia terpikirkan untuk kembali bekerja. Ia sejak remaja sudah bekerja, ada saat-saat tertentu ia merasa bosan dan ingin berleha-leha dirumah saja. Ia selalu bermimpi menikah dengan orang kaya agar tak perlu bekerja. Tapi, setelah menikah dan ada lelaki yang menafkahinya, nyatanya ia malah ingin kembali bekerja. Saat suami dan anak-anaknya tidak di rumah ia kesepian, bingung harus apa.

"Mas tadi Yuda kesini nganterin nota sama laporan penjualan" ucap Kia, ia sedang mencuci piring bekas makan bersama Rara sedangkan Oki dan Farel yang membereskan meja makan.

Oki hanya mengangguk, karena ia yang meminta Yuda mengantarkan itu semua ke rumahnya.

"Nanti bikinin kopi, ya, Bun" Pinta Oki, sambil berjalan menuju ruang kerjanya.

"Iya" balas Kia.

Selesai mencuci piring, Kia membuatkan segelas kopi permintaan suaminya.

"Ini kopinya, Mas" Kia meletakkan segelas kopi yang masih mengepul di atas meja Oki. Oki tersenyum tak lupa mengucapkan terima kasih. Ia menarik kursi agar sang istri bisa duduk di sampingnya.

"Mas, lusa Rara ulangtahun" ucap Kia, yang membuat Oki langsung mengalihkan pandangannya dari kertas yang ia pegang.

"Mas hampir lupa, untung kamu ingetin" ucap Oki.

"Aku mau bikin perayaan kecil-kecilan untuk dia" ujar Kia. Oki sempat bercerita, karena keadaan yang tidak memungkinkan tahun lalu tidak ada sama sekali perayaan baik untuk Rara ataupun Farel. Bahkan untuk mengucapkan secara langsung saja kepada Rara Oki tidak bisa karena saat itu Rara sempat dibawa kabur oleh Gea.

"Makasih ya kamu sudah inget ulangtahun Rara. Kamu atur gimana baiknya aja, yang" balas Oki, sambil tangannya mengelus pelan puncak kepala sang istri.

"Panas banget" ucap Kia sambil mengipasi tubuhnya menggunakan kertas yang asal ia ambil dari atas meja.

Ruangan ini baru beberapa hari lalu Oki fungsikan sebagai ruang kerja, ia hanya beri sekat seadanya.
Dulu sebelum menikah meja ini ada di dalam kamarnya, tapi, semenjak menikah Oki yang tak mau menganggu sang istri jika ia terpaksa harus membawa pekerjaan ke rumah memilih memindahkan mejanya. Ruangan ini dulunya kosong, ia hanya gunakan untuk menyimpan barang-barang bekas. Disini juga belum ada AC, makanya terasa panas. Niatnya nanti akan Oki renovasi ruangan ini.

"Buka aja bajunya, sayang" ucap Oki dengan seringainya yang langsung medapat dengusan dari Kia.

"Dih, keenakan kamu" Mendengarnya Oki hanya terkekeh pelan.

Kia mencepol rambutnya lalu dengan iseng ia sengaja membuka 3 kancing bajunya, hingga bra putih yang ia pakai terlihat.

"Sayang..." erang Oki melihat kelakuan istrinya.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now