Dua belas

3.4K 343 8
                                    


Kia berdiri dengan gelisah. Tadi, Oki mengiriminya pesan bahwa lelaki itu sudah ada dalam perjalanan untuk menjemputnya. Kia berkaca pada cermin yang ada di kamarnya untuk memastikan kembali penampilannya.
Entah kenapa hari ini Kia ingin terlihat lebih cantik.

Hari ini memang Kia sengaja berdandan lebih untuk menutupi wajah pucat dan mata sembabnya. Karena semalam ia kembali menangis saat rasa rindu pada sang Nenek kembali tak bisa ia bendung.

"Kamu enggak sendiri, masih ada aku"

Dada Kia selalu berdebar tak karuan setiap mengingat kalimat yang Oki ucapkan. Entah kapan tepatnya, Kia menjadi terbiasa saat mendapat godaan-godaan dari Bima tentang kedekatannya dengan Oki. Semacam bahan ledekan saat zaman sekolah dulu. Awalnya Kia hanya menganggap semua kebaikan Oki karena lelaki itu memang dasarnya baik bukan hanya pada dirinya tapi pada yang lain juga.

Kia yang sejak kecil tumbuh tanpa sosok seorang Ayah mengartikan rasa nyamannya karena ia merindukan perhatian sosok seorang Ayah dalam hidupnya. Tapi, bagaimanapun mengelak ternyata perasaanya tak sesederhana itu.

Saat terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya, Kia langsung keluar. Terlihat mobil Oki sudah terparkir di depan sana.

Kia tersenyum tak lupa mengucapkan terimakasih pada Oki yang membukakkan pintu mobil untuknya.

Kia duduk di kursi depan samping kemudi, saat menoleh ke belakang ia bisa melihat Rara duduk di kursi tengah sudah rapi memakai seragam sekolah. Rara memang sudah mulai kembali bersekolah.

"Ini buat Kak Kia, aku sama Papa lho yang buat" ucap Rara sambil menyerahkan sebuah kotak makan berukuran sedang kepada Kia.

"Wah, terimakasih Rara" Kebetulan sekali Kia memang belum sarapan. Salah satu yang paling Kia rasakan setelah kehilangan Neneknya adalah tak ada lagi orang yang mengingatkannya untuk makan. Pagi ini saja karena malas Kia melewatkan sarapannya.

Kia membuka kotak makan pemberian Rara, ternyata di dalamnya berisi sandwich.

"Rara mau?" Rara menggeleng pelan menolak tawaran Kia, ia sudah makan banyak di rumah.

"Kasih Papa aja, Kak. Papa belum cobain"

"Buat kamu aja, Ki. Makan yang banyak" tolak Oki, sebenarnya Oki sengaja tak memakan bagian miliknya untuk ia berikan pada Kia.

"Farel mana?" Tanya Kia, ia baru menyadari ada satu orang yang kurang.

"Tinggal nunggu hasil ujiannya keluar, dia males sekolah" jelas Oki membuat Kia mengangguk singkat.

"Yes, bentar lagi bonus gue cair" ucap Kia menatap Oki sambil tersenyum lebar.

"Sebentar lagi juga uang mas kamu yang pegang" ucap Oki sambil mengedipkan sebelah matanya. Mendengarnya Kia dibuat tersipu malu.

Mereka mengantarkan dulu Rara ke sekolah baru. Setelah di dalam mobil hanya tersisa mereka berdua, Kia mulai kembali membuka obrolan, kali ini lebih serius.

"Mas?"

"Iya?"

"Jadi, sekarang kita pacaran?" Tanya Kia ragu-ragu. Kia hanya meminta kejelasan tentang hubungan mereka sekarang itu apa.

"Hm, kamu boleh anggap kaya gitu tapi mas lebih suka panggil kamu dengan sebutan calon istri mas" Lagi, pagi-pagi seperti ini dada Kia sudah dibuat berdebar tidak karuan hanya karena ucapan lelaki yang kini sedang duduk tenang di sampingnya.

****

Sampai di kantor Kia memaksa untuk Oki masuk duluan. Ia hanya malas saja mendengar godaan-godaan dari yang lain. Tapi Oki tidak mau, bahkan dengan nekat Oki menggenggam tangannya saat mereka masuk ke dalam ruangan yang sudah terisi lengkap oleh yang lainnya. Karena harus mengantar Rara sekolah mereka memang datang sedikit terlambat.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now