Dua Puluh Lima

2.6K 231 5
                                    


Meskipun belum mengetahui apa yang terjadi dengan Kia yang malam-malam seperti ini datang ke rumahnya seorang diri dan dengan wajah bengkak banjir air mata, Keke tak mau banyak bertanya dulu. Ia memberikan waktu untuk wanita yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu puas menangis. Yang saat ini bisa Keke lakukan hanyalah memberikan pundaknya yang kini sedang Kia gunakan untuk sandaran tangisnya.

Tadi, Keke sedang menidurkan anak bungsunya, ia juga hampir saja tertidur saat suaminya memberitahu jika ada Kia di depan. Keke dibuat panik saat menemukan Kia sedang menangis terisak-isak di ruang tamu rumahnya.

"Kenapa, hm?" Tanya Keke setelah tangis Kia mulai reda. Tangan Keke mengelus lembut punggung Kia yang terasa masih bergetar karena sisa tangisnya.

"Mbak..." Kia mendongkak, penatap Keke dengan pandangan buram karena air mata yang masih belum berhenti mengalir dari pipinya.

"Lo berantem sama Oki?" Tanya Keke lagi, itu yang mungkin terjadi karena mengingat Kia hanya datang sendiri malam-malam seperti ini ke rumahnya. Rasanya jika sedang tidak ada masalah mana mungkin Oki membiarkan istri hamilnya pergi malam seorang diri.

"Mas Oki jahat, Mbak. Dia bohongin gue" ujar Kia dengan suara seraknya.

"Kembaran Mas Oki yang dulu jadi penyebab kecelakaan keluarga gue" tambahnya, air mata Kia kembali mengalir deras setelah mengucapkannya. Dadanya kembali terasa sesak mengingat ia telah dibohongi oleh suaminya sendiri. Bagaimana bisa suaminya itu menyembunyikan hal sepenting ini darinya?

Gerakan tangan Keke yang sedang mengelus puncak kepala Kia terhenti.

"Lo udah tau ya, Mbak?" Tebak Kia melihat respon Keke yang hanya diam. Kia tak akan heran jika Keke juga sudah tahu mengingat Keke dan suaminya sudah berteman sejak lama.

"Gue jadi mikir dari awal dia baik sampe mau nikahin gue pasti cuma untuk tebus rasa bersalahnya aja" ujar Kia dengan suara bergetar menahan tangisnya.

"Gue yakin Oki enggak kaya gitu, Ki. Gue tau Oki salah udah tutupin semuanya dari lo tapi dibalik semua itu dia pasti punya alasan sendiri" ucap Kia.

"Apapun alasannya, intinya dia udah bohongin gue, Mbak"

"Terus gimana sekarang?"

"Gak tau Mbak, gue pusing" balas Kia, kepalanya terasa pusing memikirkan kebenaran yang baru ia ketahui ditambah sejak tadi ia sudah kebanyakan menangis.

"Jangan kasih tau gue ada disini" pinta Kia yang langsung Keke angguki.

"Ayo gue anter lo ke kamar. Udah malam lo harus istirahat kasian bayi lo"

Tapi, diam-diam tanpa Kia ketahui Keke sudah menghubungi Oki, mengabarkan pada lelaki itu bahwa Kia aman bersamanya. Keke yakin pasti Oki panik mencari Kia, terbukti dengan Oki yang berniat ingin langsung menyusul setelah Keke memberitahu bahwa Kia bersamanya. Keke melarang dengan keras, biarkan untuk malam ini Kia diberikan waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya.

Hingga pagi-pagi sekali Oki sudah sampai di rumah Keke, semalaman Oki tidak bisa tidur. Dan tadi saat hari masih gelap Oki sudah meluncur pergi ke rumah Keke.

"Kia masih dikamar" ucap Keke, lalu mempersilakan Oki masuk ke dalam rumahnya.

Oki menunggu dengan gelisah, sampai kemudian Keke kembali sambil berlari dengan wajah panik. Melihatnya Oki tau ada yang tidak beres.

"Kia enggak ada dikamar"

****

"Ayah..."

Baru memasuki rumah Ibunya, Oki langsung disambut teriakan Rara yang memang sejak kemarin menginap di rumah ini.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now