Empat Belas

3.1K 317 13
                                    

Happy Reading!

****

"Ki, kapan mas bisa bawa keluarga mas untuk melamar kamu?" Tanya Oki. Oki sudah sangat serius, ia tak ingin menunda-nunda lagi untuk segera memperistri Kia.

"Gue udah enggak punya keluarga, Mas. Paling nanti minta diwakilin Mba Keke atau pak RT aja" balas Kia. Sudah Kia katakan bahwa sekarang ia sebatang kara didunia, kedua orangtuanya juga merupakan anak tunggal.

"Kamu serius 'kan Ki mau menikah sama, Mas?" Tanya Oki.

"Kok malah lo sekarang yang ragu sama gue, Mas?" Tanya Kia heran, tak terima juga sebenarnya.

"Bukan gitu, Ki" Oki mengusap tengkuknya salah tingkah.

Mobil Oki sudah terparkir sempurna di halaman rumah Kia. Oki melepas sabuk pengamannya lalu memutar tubuhnya untuk menghadap Kia. Ia mengambil sesuatu dari saku celananya yang langsung ia tunjukan dihadapan Kia.

"Tanda keseriusan Mas sebelum Mas bawa keluarga Mas untuk lamar kamu secara langsung" ujar Oki, ditangannya ia memegang sebuah kotak kecil yang berisi cincin. Ia tunjukan cincin tersebut dihadapan Kia.

Perlahan tangannya terulur untuk meraih tangan Kia yang terasa dingin. Lalu, ia sematkan cincin tersebut di jari manis Kia. Saat membelinya ia membayangkan bagaimana jika cincin tersebut melingkar di jari wanitanya, ternyata sangat pas.

"Mas..." Kia tak bisa berkata-kata. Lamaran Oki jauh dari kata romantis, tapi, tetap saja dada Kia dibuat berdebar tak karuan karena Oki yang melakukannya. Apalagi saat Oki merangkum wajahnya, Kia sudah memejamkan mata menunggu apa yang akan dilakukan lelaki itu. Sampai ia merasakan sesuatu yang lembut menempel cukup lama di dahinya.

Kia kira saat Oki menjauhkan bibir dari dahinya itu sudah selesai. Tapi, yang tak ia sangka bibir Oki kini turun, menempel di atas bibirnya. Mata Kia sempat membuka matanya beberapa detik, melihat Oki yang memejamkan mata perlahan Kia juga ikut memejamkan matanya.

Oki benar-benar hanya menempelkan bibir mereka, tak ada gerakan lebih. Kurang lebih setelah 30 detik Oki menjauhkan wajah mereka. Oki mengelus pipi Kia yang memerah lalu terkekeh gemas melihat wanitanya itu terlihat salah tingkah.

"Mau mampir, Mas?" Tawar Kia hanya basa-basi untuk menghilangkan kegugupannya, tapi yang tak Kia sangka Oki mengiyakan tawarannya.

"Kan kamu sendiri yang nawarin" ucap Oki sambil terkekeh pelan melihat wajah masam Kia.

Kia hanya mendengus kecil lalu mempersilakan Oki masuk ke dalam rumahnya.

"Ih, anaknya ditinggal sendiri" ucap Kia, ia tiba-tiba menyesali ucapannya yang mengajak Oki mampir. Dengan status mereka yang sekarang, sedikit aneh rasanya untuk berada di satu ruangan yang sama bersama Oki. Karena biasanya jika Oki berkunjung ke rumahnya, Rara dan Farel pasti ikut. Kini dua bocah itu tak ada. Apalagi setelah kejadian di mobil, Kia masih belum siap melihat wajah Oki.

"Ada Mbak Pani, mas minta hari ini dia jangan pulang dulu" balas Oki santai. Mbak Pani adalah wanita yang Oki bayar untuk membantunya mengurus anak-anak terutama Rara selagi ia pergi bekerja.

"Mau minum apa, Mas?" Tanya Kia sambil berjalan ke arah dapur.

"Air putih aja, Ki" balas Oki, ia melemaskan tubuhnya dengan duduk bersandar pada kursi.

Saat menuangkan air kedalam gelas pandangan Kia tak lepas menatap cincin yang kini melingkar cantik di jari tangannya. Ia tak bisa untuk tidak tersenyum, masih belum menyangka ia yang sejak awal dengan kukuh menolak godaan-godaan yang teman-temannya berikan akhirnya luluh juga. Karena terlalu serius menatap cincinnya, Kia tak sadar air yang ia tuangkan ke dalam gelas sudah penuh hingga isinya tumpah keluar.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now