Dua Puluh Tiga

2.4K 245 4
                                    

Oki keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk kecil. Ia dibuat sedikit keheranan melihat Rara dan Farel berdiri di depan pintu, kedua anak itu terlihat seolah sedang menunggunya.

"Kenapa?" Tanya Oki, satu tangannya ia gunakan untuk mengelus puncak kepala kedua anaknya bergantian.

"Laper, Yah" balas Farel.

"Lho, kalian belum makan?" Tanya Oki heran, biasanya jika ia pulang telat seperti hari ini, anak-anak dan istrinya makan duluan tanpa harus menunggunya.

"Belum, kata Bunda tunggu Ayah, nanti Ayah bawa makanan" ucap Farel. Oki mengernyitkan dahinya heran, apa Kia mengiriminya pesan untuk membelikan makanan tapi belum ia baca.

"Ayah pake baju dulu, ya. Nanti Ayah masak" ucap Oki yang diangguki Rara dan Farel.

Memasuki kamar Oki bisa melihat istrinya sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca sebuah buku. Oki sudah menampilkan senyum lebarnya saat yang Kia melirik padanya tapi setelahnya istrinya itu hanya melengos begitu saja.

Oki mengambil ponselnya, barangkali memang benar Kia mengiriminya pesan yang meminta padanya untuk membelikan makanan. Jika benar mungkin itu penyebab istrinya marah saat ini. Tapi setelah di cek, tak ada pesan apapun yang masuk ke dalam ponsel Oki.

"Anak-anak belum makan?" Tanya Oki, seperti biasa tanpa malu-malu Oki memakai pakaiannya di depan sang istri. Kia sendiri sekarang mencoba acuh saja dengan kebiasaan suaminya itu.

Oki memakai baju yang telah Kia siapkan di atas ranjang mereka. Meskipun kentara sekali Kia masih kesal pada Oki, tapi Kia tak melupakan kebiasaanya menyiapkan baju untuk Oki. Meski Oki merasa baju dengan potongan panjang dan berbahan sedikit panas ini kurang cocok di pakai pada musim panas seperti ini, meskipun ini sudah malam hawanya terasa masih panas.

"Iya emang, kamu aja enggak peka. Udah tau istrinya lagi hamil, belum kuat masak bukannya beliin makanan atau apa" ujar Kia sambil menatap suaminya kesal. Oki menghela nafas pelan, jadi karena itu istrinya mendadak marah.

"Tadi aku kan tanya mau nitip apa?" Tanya Oki, ia merasa tidak bersalah karena tadi ia sempat menawari istrinya barangkali ada yang mau Kia titip.

"Tadi kamu cuma tanya buat baby, bukan buat aku, Rara atau Farel!" Kia menjerit kesal, ia melemparkan bantal ke arah Oki yang tentunya bisa Oki tangkap dengan mudah.

"Masa lauk buat makan aja aku harus bilang, harusnya kamu inisiatif sendiri, dong" tambahnya berapi-api.

"Kenapa? Mau marah?" Kia mengangkat dagu sambil berkacak pinggang seolah menantang Oki yang tiba-tiba kehabisan kata menghadapi istrinya.

"Aku mau bikin nasi goreng aja kasian anak-anak udah kelaparan, kamu mau enggak?" Balas Oki, ia lebih memilih mengalah daripada nanti mereka malah ribut.

"Enggak!" Balas Kia acuh, ia kembali duduk bersandar dikepala ranjang melanjutkan bacaannya.

"Terus mau makan apa? Kamu belum makan, kan?" Tanya Oki, ia mencoba selembut mungkin menghadapi istri hamilnya yang sangat sensitif.

"Enggak laper" balas Kia, sama sekali tak mau menatap Oki.

"Ya udah, aku masak dulu buat anak-anak. Kalo ada yang kamu mau kasih tau aku aja" ucap Oki, ia berjalan mendekati Kia lalu mengecup puncak kepalanya sekilas meski setelahnya ia mendapat jeritan kesal dari sang istri.

Melihat kepergian sang suami, Kia mendengus sebal. Ia memilih meneruskan kembali membaca bukunya.

Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk lalu dibuka dari luar. Kia bersiap memasang tampang juteknya jika yang masuk adalah sang suami tapi ternyata bukan. Rara, gadis kecilnya yang masuk.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now