Sembilan

3.2K 347 23
                                    


Sambil menunggu Farel selesai mengerjakan soal yang ia beri, diam-diam Kia menatap Oki dan Rara yang terlihat asik berdua di duduk di atas sofa. Sepertinya mereka sedang bermain game di ponsel Oki karena sorakan juga decakan Rara beberapa kali terdengar saat game tersebut sepertinya kalah.

Kia perhatikan bagaimana kedua tangan besar Oki kini melingkar, mendekap tubuh kecil Rara agar tetap seimbang di atas pangkuannya sekaligus memberikan kenyamanan dan kehangatan. Rara juga terlihat sangat nyaman duduk di atas pangkuan Oki sambil bersandar di dada bidang Papanya itu.

Kia sedikit banyak tahu bagaimana perjuangan Oki dulu untuk bisa mendapatkan hak asuh penuh atas kedua anaknya. Tidak ada yang tahu, bahkan Oki pun sendiri sepertinya tak tahu bahwa Kia dulu pernah memergoki lelaki itu menangis sendirian di kantor saat semua sudah pulang. Kia tahu Oki pasti menangisi kekalahannya di persidangan karena tak bisa membawa Rara ikut bersamanya.

Kia masih terus melamun sambil menatap wajah Oki hingga sebuah deheman berhasil menyentaknya. Kia dibuat gelagapan saat melihat Oki kini tersenyum sangat manis padanya. Kia mengedarkan pandangannya kemana saja asal tak menatap wajah Oki, ia malu ketahuan terang-terangan memperhatikan lelaki itu.

"Dari pada main game Rara mending belajar sini bareng Kak Farel" ucap Kia menghilangkan kegugupannya.

"Boleh?" Tanya Rara.

"Boleh dong, sini!" Rara melompat turun dari atas pangkuan sang Papa lalu duduk dilantai bergabung bersama Farel dan Kia.

Kia mulai membuatkan soal matematika untuk anak kelas 2 SD. Kia sempat mengobrol dengan Oki, Papa Rara itu sudah mulai menyiapkan kepindahan sekolah Rara, yang akan satu sekolah kembali dengan Farel.

"Rambutnya kakak kepang, ya" ucap Kia sambil menyingkirkan rambut panjang Rara yang menganggu pandangan gadis kecil itu.

"Iya, kak" cicit Rara, meskipun sudah cukup sering bertemu Rara masih saja terlihat malu-malu.

Kia mengumpulkan rambut Rara dalam genggaman tangannya lalu mulai menggerakan jarinya mengepang helaian lembut rambut si gadis kecil. Kia yang sedang serius dibuat merinding saat tiba-tiba merasakan hawa panas terasa pada lehernya. Tepatnya bagian belakang lehernya. Saat menoleh wajah Oki ternyata tepat dibelakangnya. Jaraknya sangat dekat, bahkan kini Oki masih belum menjauhkan wajahnya.

"Mas lagi liatin cara kamu kepang rambut Rara. Mas juga mau bisa" ucap Oki, lagi-lagi hembusan nafas lelaki itu terasa di lehernya. Kia sengaja menggeser duduknya agar Oki bisa melihat jelas bagaimana cara ia mengepang rambut Rara. Jarak mereka tadi sangat dekat. Kia khawatir Oki bisa mendengar degupan jantungnya yang tiba-tiba berdebar tidak karuan.

BRAK!

Tiba-tiba terdengar gebrakan pintu cukup kencang. Belum sempat Oki mengecek seseorang yang tidak ingin Oki lihat kehadirannya masuk begitu saja ke dalam rumahnya.

"Balikin anakku!" Oki menatap tajam Gea yang baru saja berteriak.

Oki bergerak cepat, ia menghalangi mantan istrinya yang akan mencoba mengambil Rara. Sedangkan Rara di tempatnya sudah mengkerut ketakutan. Gadis kecil itu bersembunyi di balik Kia dengan memeluk tubuh Kia erat.

"Rara milik saya" ucap Oki menatap sang mantan istri penuh kebencian.

"Kamu lupa Mas, hak asuh Rara jatuh di tangan aku. Kamu gak bisa seenaknya bawa Rara" bentak Gea kasar.

"Bisa, Rara anak saya. Saya tidak akan membiarkan anak saya hidup dengan penuh siksaan bersama wanita seperti kamu" Oki menatap mantan istrinya penuh kilat kemarahan.

"Secepatnya hak asuh Rara akan jatuh di tangan saya" tambah Oki.

"Enggak akan pernah terjadi" Gea merengsek maju akan kembali mendekati Rara, tapi tentu saja ada Oki yang menghalangi langkah wanita itu.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang