Sebelas

3.3K 361 16
                                    

Wajib follow sebelum baca!

Happy Reading✨

*****

Oki berdiri di depan pintu rumah Kia. Ia menarik dan menghembuskan nafasnya secara perlahan mencoba melemaskan tubuhnya yang terasa tegang. Setelah mengumpulkan keberanian, Oki mencoba mengetuk pintu di hadapannya.

Tok tok tok!

Tak menunggu lama pintu dibuka dari dalam, oleh siapa lagi jika bukan Kia. Bisa Oki lihat wajah Kia terlihat pucat, kedua matanya juga sembab dan memerah pasti karena kebanyakan menangis.

"Ki..." Oki berucap lirih, dadanya dibuat berdenyut sakit melihat keadaan Kia saat ini. Jika saja ia tak kekanakan dengan mengikuti saran Bima, pasti semuanya tak akan seperti ini.

"Lo kemana aja sih, mas? Gue butuh lo" lirih Kia, air matanya tanpa sadar kembali mengalir. Perasaanya kembali campur aduk melihat Oki yang beberapa hari terakhir sulit ia hubungi berdiri menjulang dihadapannya.

Tanpa kata Oki langsung membawa tubuh Kia masuk dalam dekapannya.
Kia pun membalas pelukan Oki tak kalah eratnya.

"Gue sendiri, Mas. Nenek udah pergi. Gue udah enggak punya siapa-siapa lagi" ucap Kia, suaranya tertahan oleh dada Oki. Ia masih terisak sambil menenggelamkan wajahnya di dada lelaki itu.

"Kamu enggak sendiri, masih ada aku" balas Oki mengelus bahu Kia naik turun. Bukan merasa tenang yang ada tangisan Kia malah semakin menjadi. Sangat memilukan untuk Oki dengar.

Tak ingin menarik perhatian dari sekitar, Oki menuntun Kia masuk ke dalam rumah, ia menutup pintu seadanya hanya dengan kakinya.

Mereka duduk di atas sofa masih dengan saling berpelukan erat. Oki membawa Kia agar semakin nyaman bersandar di dadanya, tangis Kia juga masih belum mereda. Sesekali ia kecupi puncak kepala Kia memberikan Kia waktu untuk meluapkan semua emosinya lewat sebuah tangisan.

Sampai lima belas menit kemudian hanya tersisa suara senggukan, tangis gadis itu mulai mereda.

"Ki..." Masih sambil bersandar di dada Oki, Kia mendongkak. Menatap Oki dari bawah.

"Berapa hari enggak tidur?" Tanya Oki, tangannya menghapus jejak basah di pipi Kia lalu mengelus kantung mata Kia yang menghitam.

"Enggak tau" balas Kia dengan suara serak. Ia tidak ingat apa saja yang ia lakukan selama beberapa hari terakhir ini. Otaknya masih linglung. Ini bukan kehilangan pertama untuk Kia, jauh sebelum ini Kia pernah kehilangan langsung tiga anggota keluarganyanya. Tapi, Kia masih secengeng dulu. Apalagi memikirkan ia sudah tak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini.

"Lo kemana aja sih, Mas?" Tanya Kia.

"Maaf" ucap Oki penuh rasa sesal.

"Maaf, Ki. Andai mas bisa bersikap lebih dewasa dan enggak ikutin saran Bima, mungkin kejadiannya enggak akan kaya gini" ujar Oki membuat Kia menatap lelaki itu heran.

"Maksudnya?" Tanya Kia tak mengerti.

Oki menghembuskan nafasnya kasar sebelum memulai berbicara. Ia menceritakan obrolannya dengan Bima sore itu. Atas saran Bima jika ingin dikejar-kejar oleh wanita maka bersikaplah acuh, karena biasanya wanita tidak terlalu menyukai lelaki yang terlalu agresif. Menurut Bima juga kebanyakan wanita malah lebih menyukai lelaki yang cuek.

Oki diminta oleh Bima untuk jangan dulu berkomunikasi dengan Kia selama beberapa hari kedepan dengan harapan membuat Kia kebingungan dengan perubahan baru sikap Oki. Maka nanti Kia sendiri yang penasaran dan mulai mencari tahu ada apa di balik perbuahan sikap Oki. Karena menurut Bima, Kia juga menaruh perhatian lebih pada Oki. Kia tak mungkin diam saja dengan perubahan sikap Oki yang tiba-tiba.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Kde žijí příběhy. Začni objevovat