Enam

4.6K 347 18
                                    


Kia menarik selimut untuk menutupi wajahnya yang terasa silau. Kia sadar ini sudah siang dan ia harus segera bersiap untuk pergi bekerja tapi tubuhnya terasa lemas juga lelah dan itu membuatnya malas untuk bangkit dari atas kasur. Satu lagi, kepalanya terasa berat. Semakin membuat Kia malas saja beranjak dari tidurnya. Apalagi merasakan empuknya kasur dan lembutnya sprai yang saat ini ia tiduri. Sangat nyaman, berbeda dengan kasurnya yang ada dirumah yang hanya berupa busa yang sudah mulai tipis.

Tunggu dulu!

Merasa ada yang aneh dengan cepat Kia membuka mata. Kia dibuat kebingungan dengan dimana sekarang ia berada. Kamar bernuasna putih ini benar-benar asing untuknya.

"Shh..." Kia meringis pelan saat mencoba mengingat bagaimana ia bisa berada di tempat ini tapi yang ada kepalanya jadi semakin pusing.

Meski kepalanya masih terasa sakit, Kia turun. Baru satu kakinya turun Kia kembali naikan lagi kakinya saat menyadari ia juga sudah tidak memakai pakaian semalam. Kia menutup tubuhnya sampai leher menggunakan selimut mencoba mengingat ingat apa yang sebenarnya terjadi. Kia perhatikan lagi pakaian yang saat ini ia pakai, beruba sebuah kaus warna hitam berukuran besar dan Kia juga menyadari ia tak memakai apapun lagi dibalik kaus yang ia pakai.

Tubuh Kia seketika bergetar ketakutan, ia hampir saja menangis apalagi ia mengingat semalam tubuhnya terasa aneh setelah minum minuman alkohol yang diberikan lelaki itu. Apa yang sudah lelaki itu lakukan pada tubuhnya?

Clek!

Kia menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka, dan melihat orang yang kini berjalan mendekatinya sambil membawa segelas susu membuat mata Kia langsung melotot.

"Udah bangun, Ki?" Tanya Oki. Kia menatap Oki horor, bagaimana bisa ada lelaki itu? Sebenarnya dimana ia saat ini?

"Kenapa gue bisa ada disini?" Tanya Kia dengan suara serak.

"Kamu enggak ingat?" Oki balik bertanya, ia metelakkan nampan yang ia bawa di atas nakas lalu duduk di pinggir kasur. Kia tampak berpikir keras lalu setelahnya ia menggeleng, Kia benar-benar tak ingat apa yang sebenarnya terjadi semalam.

"Kenapa kamu bisa ada di tempat itu?" Lagi-lagi Oki bertanya, pertanyaan yang sejak semalam ingin ia tanyakan pada Kia.

"Kerja" cicit Kia, sedikit ragu saat mengucapkannya.

"Ngapain sih, Ki. Kamu udah dewasa, kamu pasti tau apa resiko kerja di tempat itu" ucap Oki setengah kesal. Masih tak bisa Oki bayangkan jika semalam ia datang terlambat, bisa jadi Kia akan berakhir di ranjang temannya sendiri.

"Temen gue bilangnya cuma nemenin orang karaoke" Kia mencoba membela diri.

"Dan kamu percaya begitu aja? Kamu udah dewasa, Ki. Harus bisa pilih-pilih mana yang baik dan enggak" ujar Oki.

"Gue butuh duit, mas. Pengobatan Nenek enggak bisa 100 persen pake asuransi" jelas Kia.

"Butuh berapa?" Tanya Oki langsung.

"Kamu boleh pakai dulu punya Mas" tambahnya, membuat Kia menggeleng pelan.

"Enggak, Mas. Gue udah sering ngerepotin lo" ucap Kia.

"Enggak ada yang ngerasa direpotin, Ki. Kalo mas bisa, pasti mas bantu. Kamu hampir bahayain diri kamu sendiri, Ki. Kalo mas sampai telat datang entah sekarang kamu bangun di ranjang hotel mana. Mas tau kamu butuh uang tapi ada banyak cara lain untuk kamu bisa dapat uang tanpa harus bahayain diri kamu sendiri" ujar Oki.

"Jangan kerja aneh-aneh lagi, mas selalu ada kalo kamu butuh bantuan. Jangan sungkan untuk minta tolong" tambah Oki, tangannya menepuk beberapa kali puncak kepala Kia yang mendadak diam.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now