Tiga Belas

3.2K 349 14
                                    

Oki sedang mencari keberadaan Ibunya. Ia ingin berpamitan pulang karena Kia terlihat tidak nyaman berada di rumah ini.

Ternyata Ibunya itu ada di dalam kamar, sedang mengobrol dengan menantu perempuannya alias kakak ipar Oki yang bernama Rani.

"Ibu jahat banget, kasihan loh, aku jadi inget aku dulu" Mendengar ucapan Rani, Oki jadi mengerti kenapa sikap Ibunya tiba-tiba aneh hari ini. Apalagi kini Oki juga mendengar gelak tawa cukup kencang dari sang Ibu.

Ibunya itu seorang wanita berumur 75 tahun, tapi di umurnya yang sudah lebih dari separuh abad Ibunya itu bisa dikatakan masih terlihat sehat dan bugar. Bahkan sikap jahilnya masih tak berubah sejak dulu, contohnya saja tadi saat berbicara kepada Kia. Meski Oki merasa sikap jahil Ibunya kepada Kia kali ini sudah keterlaluan. Bagaimana jika karena perkataan Ibunya tadi membuat Kia berubah pikiran lalu menolak melanjutkan hubungan mereka.

"Bu..." Oki mengetuk sekilas pintu kamar Ibunya yang tak tertutup rapat lalu ia dorong pelan pintu tersebut agar terbuka lebih lebar.

"Aku mau pamitan pulang" ucap Oki, ia masih berdiri di ambang pintu.

"Lho, kok pulang. Kalian kan baru sampai" ujar Irna. Melihat Ibunya yang kesusahan berdiri dari atas kasur, Oki yang berjalan mendekati sang Ibu duduk di samping wanita yang telah melahirkannya itu.

"Makanya Ibu jangan aneh-aneh, kasian Kia" ucap Oki.

"Soalnya calonmu itu lucu, Ki. Dari foto yang kamu kasih tau aja udah keliatan anaknya polos, sayang kalo enggak Ibu kerjain" ucap Irna diakhiri kekehan.

"Lucu, cantik mana masih muda, kok mau sama kamu" tambah Irna membuat Oki menampilkan wajah masamnya. Lihat, bahkan Ibunya kini malah berbalik mengejeknya.

"Ayo antar Ibu ke depan. Ibu takut calon menantu Ibu itu kabur terus kapok datang ke rumah lagi kaya Rani dulu" ucap Irna yang langsung mendapat rengekan protes dari menantunya. Karena dulu Rani juga sempat mendapat perlakuan yang sama seperti Kia saat pertama kali dikenalkan kepada keluarga calon suaminya, seperti yang dikatakan si Ibu mertua bahkan Rani dulu nekat kabur dan sempat tak mau kembali lagi ke rumah ini.

Oki menggandeng tangan Ibunya, berjalan menuju ruang tamu tempat terakhir tadi ia meninggalkan Kia.

"Kenapa pulang?" Masih memasang tampang ala-ala wajah ibu mertua jahat, Irna berjalan mendekati Kia. Tubuh Kia mendadak kembali tegang melihat kehadiran Irna, apalagi saat wanita tua itu ikut bergabung duduk di sampingnya.

"Sa...saya..." Gagap Kia, ia ingin memberitahu bahwa ia tak meminta pulang tapi Oki yang mengajaknya pulang.

"Jangan tegang" Dengan kedua tangannya yang sudah terlihat keriput, Irna meraih tangan kanan Kia yang terasa sangat dingin untuk ia genggam.

"Maafin Ibu ya, Kia" ucap Irna yang kini sudah merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih bersahabat.

"Maafkan kata-kata Ibu tadi. Ibu cuma mau ngetes kamu aja, tapi Ibu enggak bisa jahatin kamu lama-lama. Kamu terlalu lucu. Tapi, Ibu suka lihat wajah tegang kamu" jelas Irna.

Otak Kia masih nge-blank, ia masih mencoba mencerna sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa sikap Ibunda Oki bisa tiba-tiba berubah 180 derajat hanya dalam waktu singkat.

"Harusnya dibalik Oki yang beruntung, udah tua mana duda anak dua pula tapi masih bisa dapat gadis muda kaya kamu ini" ucap Irna.

"Farel juga sudah sering cerita gimana baik dan perhatian Kak Kia-nya"

"Kamu enggak kena pelet anak Ibu itu, kan? Kok mau-maunya sama duda anak dua itu?" Ucap Irna, kali ini matanya melirik sang putra yang duduk tak jauh darinya.

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now