Tiga Puluh

3.8K 251 2
                                    

Seperti biasa pulang kerja Oki langsung pergi ke rumah sakit tempat istri dan bayinya dirawat selama 3 hari terakhir ini.

Tapi, ia dibuat terkejut bukan main saat sudah tak menemukan Kia di ruang perawatannya. Saat pergi ke ruangan tempat bayinya di inkubator juga sama, sudah tidak ada. Setelah bertanya, ternyata keduanya hari ini sudah diperbolehkan pulang.

Tanpa pikir panjang Oki langsung mengendarai mobilnya menuju rumah Hans, karena hanya tempat itu yang ia pikirkan. Tapi, sesaat setelah sampai disana, rumah sahabatnya itu terlihat kosong. Oki mencoba menghubungi nomor Hans maupun Najla, ia menggeram marah saat telponnya tak mereka angkat. Kali ini kemana lagi pasangan itu menyembunyikan istrinya?

Masih dengan menyimpan amarah, Oki memutuskan pulang dulu ke rumah. Ia mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan seolah jalanan umum itu miliknya sendiri.

Beruntungnya Oki masih bisa selamat sampai di rumah. Namun, ada yang aneh untuk Oki, kenapa rumahnya terlihat sangat ramai. Ia saja harus memarkirkan mobilnya di pinggir jalan karena tidak kebagian tempat untuk parkir.

Oki sempat mematung beberapa saat ketika memasuki ruang keluarga yang terlihat ramai oleh orang-orang terdenkatnya. Terlihat juga sosok bayi kecil yang tertidur dengan nyenyaknya di tengah bisingnya orang-orang dewasa yang sedang mengobrol.

"Dek, itu Ayah datang" Mendengar ucapan Rara, Oki berjalan mendekat.

"Kemana aja sih, lama banget. Jangan ambil lemburan dulu kasian istri kamu baru melahirkan juga, butuh banyak perhatian" Oki tak mendengarkan gerutuan sang kakak ipar, ia duduk di samping bayi kecilnya. Tangannya terulur mencoba mengelus pipi bayinya tapi sebelum berhasil Rani menyentak tangannya menjauh.

"Ih, mandi dulu. Kotor!" Oki terpaksa menjauhkan tangannya.

"Mana Kia?" Tanya Oki saat tak menemukan sang istri di ruangan ini. Jika ada baby sudah pasti Kia juga ada di rumah ini bukan?

"Lagi mandi" balas Rani. Oki berpamitan pada yang lain tak lupa tangannya mampir untuk mengelus puncak kepala Rara dan Farel. Setelahnya ia berpamitan pergi ke kamar.

Agar cepat Oki memilih mandi di kamar mandi anak-anaknya, setelah mengambil handuk dan baju ganti ia pergi ke sana. Oki melakukan semuanya dengan cepat, ia sudah tak sabar untuk bertemu sang istri

Selesai mandi, dengan tubuh yang sudah terasa lebih segar Oki kembali masuk ke dalam kamar, saat membuka pintu kamar Oki bisa melihat istrinya duduk di pinggur kasur dengan rambut basah digulung handuk kecil dan tubuh terbalut handuk. Sedangkan tak jauh dari Kia ada Najla yang berdiri di depan lemari, sepertinya sedang memilihkan baju untuk Kia.

"Biar aku aja, Na, yang bantu Kia" ucap Oki, Najla mengangguk lalu menyerahkan baju yang sudah ia ambil kepada Oki, setelahnya wanita itu berpamitan pergi.

Dengan telaten ia membantu Kia berpakaian, Kia sendiri diam saja, menerima semua perhatian yang Oki berikan padanya. 

Setelah membantu istrinya bersisir, kini Oki bersimpuh di bawah Kia yang duduk di pinggir kasur. Mendongkak menatap istrinya dari bawah tak lupa tangannya menggenggam tangan Kia. Bisa sama-sama merasakan satu sama lain dimginnya tangan mereka.

"Siap dengar penjelasan aku?" Tanya Oki menatap Kia penuh sayang. Melihat Kia kembali ada di rumah dan kamar ini, membuat harapan Oki semakin besar untuk hubungan mereka kedepannya bisa lebih baik.

"Enggak perlu, Mas. Aku udah denger dari Mas Hans dan aku udah terima semuanya" tolak Kia disertai senyum tulusnya. Ia rasa penjelasan dari Hans sudah cukup, Hans juga tidak mungkin mengarang semuanya. Karena menurut Kia menceritakan kembali semua yang terjadi di masa lalu sama saja dengan membuka luka lama mereka.

Beberapa minggu berjauhan dengan suaminya membuat Kia memiliki banyak waktu untuk merenung dan berpikir. Meskipun ia sempat kecewa, yang sudah biarlah berlalu, Kia sudah bisa menerima jalan yang Tuhan berikan untuknya. Berpisah pun setelah semua yang terjadi malah hanya akan menimbulkan kesakitan yang lain, bukan hanya untuk dirinya dan Oki tapi untuk anak-anak mereka juga.

"Aku memang kecewa sama kamu. Tapi aku masih butuh kamu, anak-anak masih butuh kita. Aku udah terima semua yang terjadi di masa lalu. Cuma aku minta jangan pernah lagi bohongin aku. Meski mungkin aku akan merasa sakit apapun itu lebih baik kamu jujur, termasuk kalo suatu hari kamu udah enggak cinta lagi sama aku" ujar Kia, tangannya terulur mengelus rahang suaminya.

"Mustahil rasanya untuk bisa berhenti cinta kamu, perasaan aku semakin harinya malag semakin bertambah besar sama kamu"

"Aku janji, setelah ini apapun itu aku pasti akan selalu jujur sama kamu" ucap Oki, menikmati elusan tangan Kia di wajahnya

Oki bangkit lalu duduk di samping istrinya, membawa tubuh sang istri yang tidak menolak masuk dalam dekapan hangatnya.

"Tadi aku ke rumah sakit tapi kamu enggak ada. Aku panik, takut juga kamu pergi lagi" Oki berucap pelan sambil mengelus pelan kepala sang istri yang bersandar di dadanya.

"Mas Hans sengaja untuk enggak ngasih tau kamu, sengaja buat kamu panik nyariin" balas Kia diiringi kekehan pelannya, Oki sendiri memilih diam ingin marah pada Hans rasanya ia jadi semakin tak tau teeimakasih saja setelah semua kebaika yang sahabagnya itu lakukan untuk hubungannya dan Kia.

"Baby nangis" ucap Kia, jarak kamar mereka dengan ruang keluarga memang bersebelahan. Tentu mereka bisa dengan jelas mendengar tangisan si bayi.

"Sebentar, aku ambil dulu" Kia hanya mengangguk.

Tak lama Oki kembali dengan membawa putri kecil mereka dalam gendongannya. Dengan satu tangannya Oki menggendong si bayi sedangkan tangan lainnya Oki gunakan untuk membantu sang istri bersandar di kepala ranjang, menyiapkan bantal menyusui agar Kia nyaman menyusui bayi mereka. Hingga kini si kecil dengan semangat menyedot makannya.

"Bun, nama dedeknya Rere?" Tanya Rara yang tiba-tiba masuk.

"Iya, supaya kembar sama Kakak Rara" jawab Kia. Perihal nama untuk anak sudah Oki dan Kia siapkan dari jauh-jauh hari sesaat setelah mereka mengetahui jenis kelamin bayi mereka. Aresya Shakila yang artinya wanita cantik dan kuat, dan untuk panggilan Kia dan Oki juga sepakat untuk menanggil bayi mereka Rere. Lucu saja rasanya mendengar Rara dan Rere.

"Woah, hai Adek Rere" sapa Rara pada adik bayinya, dengan gemas Rara menyentuh kaki adiknya yang terbungkus kaus kaki kecil.

"Aku mau bilang sama Kak Farel" ucap Rara, sebelum pergi Rara sempatkan untuk mencium pipi adik bayinya membuat bayi kecil itu menggeliat pelan merasa terganggu.

Dengan tangan saling bertaut, Oki dan Kia sama-sama diam sambil memperhatikan si kecil Rere yang masih menyusu dengan semangatnya.

"Mas"

"Iya?"

Mereka sama-sama menoleh, hingga kini wajah mereka saling berhadapan.

"Aku sayang kamu" bisik Kia malu-malu membuat Oki terkekeh gemas. Jarang-jarang Kia mau mengungkapkan perasaan padanya jika tidak ia yang memaksa.

"Kalo aku cinta banget sama kamu" ucap Oki sambil mencium bibir istrinya.

"Aku juga" balas Kia tak mau kalah.

"Apa?"

"I love you"

Oki mengeratkan rangkulan dan genggaman tangannya pada tangan Kia. Mereka yang sama-sama saling membutuhkan, bisa saling melengkapi dan mencintai.
Pada akhirnya, setelah semua kesusahan yang terjadi di masa lalu mereka bisa saling bertemu dan membangun kebahagiaan mereka bersama.

END

*****

Sudah End yah manteman, tinggal nunggu Epilog + 1 EP.

Makasih yang udah mau baca,

Bye byeee🤍

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now