Delapan Belas

4.1K 261 9
                                    

****

Saat membuka mata dipagi hari, Oki sudah tak menemukan sang istri di kasur mereka. Ia tak bisa menahan luapan rasa bahagia ketika menyibakan selimut terlihat noda darah yang sudah mengering. Tanpa sadar ia tersenyum seperti orang bodoh mengingat kembali peristiwa tadi malam. Malam bersejarahnya dengan sang istri.

Oki melakukan peregangan-peregangan kecil sebelum bangkit dari kasur. Ia mulai membereskan kasur dan memilih kembali mengganti speri dengan yang baru. Sprei yang kotor ia satukan di keranjang pakaian kotor. Bergabung bersama sprei yang semalam. Lalu, ia bawa keranjang tersebut ke ruang laundry, nanti akan ada orang suruhannya yang biasa mencuci pakaian.

Lagi-lagi Oki tak bisa menahan senyumnya melihat Kia terlihat berdiri di depan kulkas yang terbuka. Ia menghampirinya lalu memeluk tubuh sang istri dari belakang. Bisa ia rasakan tubuh istrinya menegang sesaat.

"Pagi sayang" sapa Oki, tangannya melingkar, dengan wajah tenggelam di leher istrinya, memberikan kecupan-kecupan ringan yang membuat Kia menggeliat kegelian.

"Mas ih, geli!" Kia mencoba menjauhkan wajah Oki dari lehernya. Tapi, Oki hanya berpindah dari leher sebelah kanan Kia ke sebelah kiri.

"Lagi ngapain?" Tanya Oki.

"Lagi liatin isi kulkas, kosong. Aku bingung bikin apa buat sarapan" ucap Kia, di dalam kulkas hanya ada telur dan makanan instan yang bisa dimasak. Ada beberapa macam sayur tapi sudah sangat layu, dan hampir mengering, sudah tidak layak untuk dimasak.

"Enggak ada yang bisa dimasak, kayanya kita harus belanja, Mas" tambahnya sambil menoleh ke samping, pada Oki yang kini menumpukan dagu di bahunya

"Buat sarapan biar aku yang beli keluar. Kita belanja besok aja, hari ini kita makan pesan online. Aku mau puas-puasin berduaan sama kamu sebelum anak-anak pulang nanti" ucap Oki, yang membuat Kia langsung memutar bola matanya.

"Dasar!" Kia memilih menutup pintu kulkas.

"Mas, lepas, ih!" Kia kesulitan berjalan dengan Oki yang masih menempel padanya.

"Masih sakit enggak?" Bisik Oki seduktif. Kia sedikit menggeliat, hembusan nafas hangat suaminya yang terasa di lehernya membuat  tubuh Kia meremang.

"Hm, tapi enggak sesakit semalam" balas Kia sedikit malu.

"Maaf ya udah buat kamu nangis semalam" ucap Oki, ia bahagia bisa menjadi yang pertama untuk istrinya tapi melihat Kia terlihat kesakitan Oki tidak tega juga.

"Hm" balas Kia seadanya.

"Kamu mau tau enggak gimana caranya supaya enggak sakit lagi?" Tanya Oki, ia melepaskan belitan tangannya lalu membalikan tubuh sang istri agar bertatapan dengannya.

"Gimana?" Tanya Kia.

"Kita harus sering-sering main supaya kamu terbiasa" ujar Oki disertai seringai jahilnya.

"Pinter banget ini mantan duda modusnya" dengus Kia pura-pura kesal, Oki terkekeh pelan melihatnya.

"Udah sana mandi, aku udah laper ini" Kia mendorong Oki menjauh saat lelaki itu kembali memeluk tubuhnya. tapi Oki masih saja bebal, tak ingin melepaskan dekapannya pada sang istri.

"Mas..." Erang Kia protes merasakan belitan tangan Oki semakin mengencang.

"Setelah sarapan aku mau lagi boleh, ya?" Tanya Oki berbisik pelan, satu tangannya menelusup masuk melewati baju yang Kia pakai. Mengelus perut istrinya dengan gerakan menggoda.

"Iya, kamu mandi terus sarapan dulu, baru aku kasih" balas Kia agar semua cepat.

Oki bersorak kegirangan. Ia pergi mengambil handuk setelah mendaratkan kecupan-kecupan kecil di wajah istrinya. Kia yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala, kemana sikap kalem suaminya seperti sebelum mereka menikah?

Tapi, karena sepertinya akan lama jika harus menunggu Oki selesai mandi, sedangkan Kia sudah sangat lapar, mereka memilih pesan online saja. Kia memilih memesan bubur di tempat kesukaan Farel untuk sarapannya dan Oki pagi ini.

Selagi menunggu pesanan datang dan suaminya selesai mandi, Kia pergi ke kamar untuk membereskan kasur. Tapi, ternyata keadaan kamar sudah rapi, spreinya juga sudah diganti.

Kia menyiapkan pakaian yang akan dipakai suaminya, ia letakkan di atas meja. Selain itu, Kia juga memilih menyusun baju-bajunya yang masih ada dalam tas ke dalam lemari. Oki sudah mengosongkan satu bagian lemari untuk pakaian Kia. Karena Kia membawa semua pakaiannya, ternyata tidak cukup ia susun semua dalam lemari. Jadi, ia hanya memasukan pakaian-pakaian yang sering ia gunakan, sedangkan sebagian masih ia simpan dalam tasnya.

Kia menoleh saat mendengar pintu kamar terbuka, Oki masuk dengan rambut basah dan hanya menggunakan handuk yang melingkar rendah di pinggangnya. Kia memilih mengalihkan pandangannya, tak mau menatap bagian atas tubuh suaminya yang tak tertutupi apapun.

"Bajunya udah aku siapin" ucap Kia.

"Makasih, sayang"

"Hm"

"Mau kemana?" Tanya Oki melihat Kia berjalan keluar.

"Keluar, nungguin Abang kurir di depan" balas Kia.

"Tungguin!" Ucap Oki, tanpa malu ia melepas handuknya hingga tubuh telanjangnya terpampang jelas dihadapan Kia.

"Akhhh..." Kia menjerit, dengan cepat ia menutup wajah menggunakan telapak tangannya. Mungkin tadi hanya seperkian detik, tapi Kia sempat melihat dengan jelas tubuh telanjang Oki. Kia malu, tapi suaminya seakan tak punya rasa malu itu kini malah tertawa.

Oki terbahak dengan kerasnya. Dengan cepat ia memakai pakaiannya lalu berjalan menghampiri sang istri yang masih menutup mata di dekat pintu kamar.

"Buka, sayang. Mas udah pake baju" ucap Oki. Kia mengintip dari sela jarinya, melihat Oki sudah berpakaian lengkap, ia menjauhkan tangannya lalu menatap sang suami tajam.

"Mas, Ih. Nyebelin!" Dengus Kia sebal, ia berjalan sambil sedikit menghentakkan kakinya keluar dari kamar. Oki yang melihatnya hanya terkekeh pelan lalu mengejar sang istri keluar.

*****

"Ayo!" Dengan tak sabaran Oki meraih tangan Kia yang baru selesai mencuci piring bekas mereka sarapan. Bahkan tangan Kia masih basah belum sempat di lap.

Kia hanya bisa geleng-geleng kepala menghadapi Oki yang terlihat sangat semangat.

"Kamu duluan, aku mau pipis dulu"

"Aku temenin"

Kia menggeleng lalu mendorong tubuh Oki keluar dari dapur.

Oki sendiri memilih pergi ke kamar, menunggu dengan sabar sambil mengecek ponsel yang sejak kemarin belum ia sentuh. Terdapat banyak ucapan selamat masuk dari rekan kerja dan teman-temannya. Oki membalas dengan tamplate saja beberapa, sambil sesekali menatap pintu kamar yang terbuka lebar. Kenapa istrinya belum kembali juga? Oki berniat menyusul bertepatan Kia masuk ke dalam kamar dengan langkah pelan. Mungkin karena merasa masih tak nyaman, jalan istrinya itu terlihat sedikit aneh.

"Mas..."

"Kenapa?" Tanya Oki. Ia meraih tangan Kia lembut lalu ia dudukan tubuh wanitanya itu di atas pangkuannya.

"Kenapa, sayang?" Tanya Oki lagi. Ia mendekatkan wajahnya tapi Kia menahannya.

"Tunggu dulu!" Oki mengangkat sebelah alisnya menunggu apa yang akan istrinya ucapkan.

"Aku... aku dapet, Mas" cicit Kia sambil menampilkan cengirannya.

*****

Btw, dapet apa, Ki??

8 Letters (I Love You) [END] [REPOST]Where stories live. Discover now