2| Algojo Mengejar Cinta

426 82 62
                                    

Assalamualaikum, sampurasun!
Janlup vote, komen, share!
Selamat membaca. ^.^

***(♡)***
"Jangan mempersulit hidup kita dengan mengeluh. Karena hal itu bisa menjadikan kita kufur nikmat."
***(♡)***

Abel ngibrit keluar dari Musala As-Salam sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan—menyisakan celah agar bisa melihat jalan. Benar-benar memalukan, mengigau sampai segitunya. Apalagi kakak-kakak dari rohis utamanya Haidar dengan sangat jelas menyaksikan aksi konyolnya itu. Waduh, mau ditaruh di mana muka Abel? Kelakuannya tadi pasti tak terlupakan sampai seumur hidup pun.

"Duuuh, Abel, kamu malu-maluin banget! Malu, Ya Allah, malu!" Abel menepuk-nepuk pipinya. "Iiih, nyebelin banget, deh, mimpinya! Ya Allah ... ada apa gerangan Engkau menghadirkan Manusia Sapu Lidi itu di mimpi hamba?" monolognya.

Tarikan dan embusan napas Abel lakukan dengan perlahan. Kemudian, ia menghampiri sepedanya yang berwarna biru berkeranjang di area parkir khusus sepeda. Tas gendong merah muda yang tersematkan pin bergambar kucing Anggora putih ia taruh di keranjang sepeda. Lalu mengayuhnya keluar dari area sekolah.

Kata siapa naik sepeda ke sekolah sudah tidak zaman? Di Desa Sukadamai utamanya dari Kampung Makmur, justru masih banyak yang menjadikan sepeda sebagai transportasi pergi ke mana-mana, walaupun tak ketinggalan juga dengan transportasi lain seperti motor dan mobil. Namun, kebanyakan warga di desa tersebut lebih suka menggunakan sepeda untuk jaraknya yang tidak jauh-jauh amat dan tidak membawa barang-barang berat. Alasannya supaya tidak banyak polusi udara dan hemat bahan bakar. Selain itu, mengayuh sepeda juga baik untuk kesehatan. Ditambah lagi bisa sambil merasakan vibe zaman dulu, bersepeda di desa yang asri dan banyak sawah juga ladang.

Di sepanjang jalan, Abel masih memikirkan sosok yang hadir di dalam mimpinya. "Gara-gara mimpi itu, gagal, deh, aku jadi cewek kalem ples anggun di depan Kak Haidar." Decakan keluar dari mulutnya.

Wajah Abel menekuk. "Zara, sih, nih, malah ninggalin! Katanya, bestie. Tapi, kok, gak solid ninggalin bestie-nya ketiduran di musholah. Bestie macam apa coba kayak gitu? Awas aja, ya, kamu, Zara!" ucapnya kesal.

Matahari terasa begitu menyengat menjelang tengah hari. Di sepanjang jalan tidak ada pohon berjejeran yang memayunginya. Abel mulai berkeringat.

"Duuuh ... gerah banget, Ya Allah. Panas!" keluh gadis itu tampak kelelahan mengayuh sepeda. Kurang lebih butuh waktu 20 menit jarak dari sekolah menuju rumah.

Tak lama kemudian, Abel menggeleng-geleng kepala. "Eh, astagfirullah. Kamu gak boleh ngomong gitu Abel!" tegurnya pada diri sendiri.

Abel teringat akan perkataan Zara yang tak lupa selalu mengingatkan dirinya yang gampang mengeluh.

"Jangan mempersulit hidup kita dengan mengeluh, Bel. Karena itu bisa menjadikan kita kufur nikmat. Strong, dong! Katanya mau jadi cewek tangguh, ah, gimana, sih!"

"Aku beneran cewek tangguh, kok, Zar. Emang, ya, panas salah, hujan salah, dasar Abel banyak maunya! Mau hujan ataupun panas, pasti ada baik dan manfaatnya. Astagfirullah, ampuni hamba, Ya Allah...."

Semilir angin tiba-tiba hadir. Abel langsung bisa merasakan kesejukannya.

"Ya Allah ... enak banget!" ucap Abel menikmati embusan angin itu. Saking enaknya, ia bahkan memejamkan mata sekejap. Penat yang dirasakan seakan hilang begitu saja.

Cieee ... Jodoh! Where stories live. Discover now