32| Bukan Malam Pertama Biasa

211 33 5
                                    

Assalamualaikum. Yok, langsung vote, biar berkah hehe :D
📌Tandai typo, revisi setelah end.
Selamat menyelam!

***(♡)***
"Jika terjadi sesuatu di antara kita, kuharap kita saling memaafkan agar kasih sayang itu tetap abadi. Jika kamu melihatku marah, maka buatlah aku rida. Tapi, jika aku yang melihatmu marah, maka aku yang akan membuatmu rida."
—Faisal Ezra Abdulmalik
***(♡)***

"Assalamualaikum, Abba." Ezra langsung menyalaminya. Mengecup tangan dan dahi Kiai Hasyim di tempat tidurnya di kamar. Abel mengekor di belakangnya, lalu berdiam di dekat Ika dan Gus Fatih yang menggendong Fathia. Di sebelah Ezra ada Ning Farah yang sedang duduk merawat Kiai Hasyim, sang ayah.

"Waalaikumussalam, Ezra." Kiai Hasyim tersenyum senang atas kehadiran putra keduanya itu diiringi buliran bening yang keluar dari sudut matanya.

"Abba, maafkan Ezra, Ba, maafkan Ezra. Ezra menyesal! Ezra tidak akan tinggalkan Abba lagi. Ezra mau berbakti sama Abah. Ezra akui Ezra salah." Ezra memohon sambil menundukkan kepalanya di tangan sang ayah.

"Sudah, Nak, sudah. Abba sudah memaafkan kamu. Abba juga minta maaf." Kiai Hasyim menghentikan apa yang dilakukan Ezra dan mengusap air mata putranya.

Seorang ayah dan putranya itu saling mengungkapkan maaf. Berdamai dan melupakan apa yang pernah terjadi di antara mereka. Tidak ada lagi yang harus disalah-salahkan atas wafatnya Khalisa, istri Kiai Hasyim dan sosok ummi bagi Ezra. Apa yang terjadi 5 tahun lalu merupakan ketetapan dari Allah Swt.

Ika membuka suara. "Oh, ya, Abba. Kenalkan, ini ada keluarga baru kita. Abba tau ini siapa?" Ika menyentuh kedua bahu Abel. Gadis yang bisa dibilang pengantin baru itu tersenyum gugup.

"Dia menantu Abba juga," jawab Kiai Hasyim tersenyum lebar kepada Abel. Senyumannya dibalas dengan senang hati oleh Abel.

Loh, sejak kapan Pak Kiai tau? kata Abel dalam hati, kaget.

"Loh, kok, Abba tau? Padahal, Ika baru mau memperkenalkannya ke Abba." Ika mengerutkan dahi.

"Kami sudah tau semuanya, Mbak," kata Ning Farah. Senyumannya sangat manis. Abel dibuat terpesona dengan lesung pipinya yang menarik perhatian ketika berbicara. "Kemarin sore, Mas Ezra telpon minta izin ke Abba ingin melamar Mbak Abel ini, tapi di-reject lamarannya. Eh, tengah malam telepon aku dan ngagetin tiba-tiba mau ijab kabul. Mas Ezra dan Mas Fatih udah cerita semua sama aku dan Abah, lalu kami setuju," lanjutnya menjelaskan.

"Waduh, Mas, kok, kamu gak bilang ke aku." Ika menatap Gus Fatih kesal. "Kan, aku jadi malu. Kudet!"

"Aku takut ganggu kamu tidur, Dek, nanti Fathima dan Fathia ikut bangun. Nanti malah riweuh, deh," balas Gus Fatih beralasan seraya merangkulnya dengan tangan kanannya. Karena di pangkuan tangan kirinya ada si kecil Fathia.

"Tapi, seenggaknya kasih tau dari awal." Ika cemberut.

"Iya, iya, maafin Mas." Gus Fatih mengusap-usap bahu Ika yang terselimuti oleh kerudung lebarnya yang menutupi dada.

Mereka dibuat terkekeh oleh keributan kecil pasangan suami-istri itu. Abel pun segera menyalami Kiai Hasyim yang kini berstatus sebagai ayah mertuanya.

"Pak Kiai, gimana keadaannya?" tanya Abel pada akhirnya, ia duduk di tepi ranjang setelah Ning Farah bangun dari posisinya.

"Alhamdulillah, lebih baik. Karena sekarang ada kamu dan Ezra di sini," jawabnya mengusap kepala Abel dengan lembut.

"Alhamdulillah ...."

"Masyaallah, kamu ini cantik sekali. Almarhumah Ummi sering menceritakan kamu. Dulu, kamu itu gadis yang sering diganggu Ezra, kan?"

Ezra dan Abel saling melirik diiringi kekehan. "I-iya, Pak Kiai."

Cieee ... Jodoh! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang