4| Musibah atau Apes?

320 70 18
                                    

Assalamualaikum, sampurasun!
Janglup di-vote dan komen, ya.
Selamat menyelam.

***(♡)***
"Allah tidak memberikan suatu musibah kepada hamba-Nya tanpa alasan, melainkan untuk dijadikan pelajaran, pengalaman, dan peringatan. Berbaik sangkalah kepada-Nya."
***(♡)***

"Lagi apa, Neng? Gabut amat siang-siang gini mandi di got." Ezra menahan tawa.

"Asem! Gabut katamu, heh! Bukannya bantuin malah ngeliatin. Ini bukan sirkus!" Tatapan sinis Abel berikan padanya.

"Mandi, kok, di got!" Lalu, Ezra meninggalkannya. Menghampiri Ustaz Hanif dan Abah Junayd.

"Iiih, ini cowok pengen tak hiiih! Nyebelin!"

Ezra mendengar jelas ucapan Abel itu. Dia masih menahan tawa. Ia menyerahkan kardus berisi Al-Qur'an itu pada Ustaz Hanif.

"Biar saya saja yang taruh semua ini ke dalam, sekalian dengan buku-buku yang lain. Gus, tolong saja dia," titahnya.

"Nggih, Ustaz."

Ditemani Abah Junayd yang berdiri bertahan menggunakan tongkat, Ezra langsung melepas sandal gunungnya, lalu melipat celananya untuk turun ke got mengambil sepeda Abel dengan pelan-pelan dan tak merasa jijik. Ia menaikkan sepeda itu ke atas. Abah Junayd memberikan saputangannya kepada Abel guna mengelap cairan kotor itu yang mengenai area mata.

"Makasih, Abah. Aduuuh ... bau."

"Kamu itu, Bel, ada-ada aja. Bikin Abah kaget, kirain siapa. Ada yang sakit gak?"

"Gapapa, kok, Bah. Cuma bau, iwh gak kuat. Hwee!" Abel nyaris muntah.

"Ini, Neng, sepedanya. Lain kali, lebih hati-hati lagi, ya. Jangan ngebut di jalan turunan. Remnya harus dibenerin lagi," ucap Ezra padanya sambil menyingkir-nyingkirkan kotoran got yang ada di sepeda itu. Walaupun tidak benar-benar bersih, setidaknya mengurangi kotoran got yang menempel di sepeda.

"I-iya. Makasih, Bang." Entah kenapa Abel tiba-tiba gugup. Apa yang ia lihat barusan? Senyuman pemuda di depannya begitu tulus. Perlakuannya barusan mampu Abel rasakan kelembutannya. Hanya senyuman itu yang bisa Abel lihat. Karena kacamata photocromic-nya menghalangi kedua matanya.

Demi apa senyumnya mirip Mingyu? Abel tercengang.

"Bisa pulang sendiri? Atau mau saya anter?" ucap Ezra.

"I-iya, bisa, kok, bisa. Makasih banyak, Bang, Abah, makasih, makasih banyak."

Ezra menyerahkan sepeda padanya. "Yakin gak ada yang sakit?"  Melihat wajah Abel, Ezra tau bahwa gadis di hadapannya ini menahan tangis.

Bukannya menjawab, Abel malah berlari bersama sepedanya sambil menangis. Ezra dan Abah Junayd bingung.

"Malu, Ya Allah, malu. Malu banget. Di sekolah bikin malu, di depan rumah Ustaz Hanif juga bikin malu." Abel menangis seperti anak kecil sambil menuntun sepeda.

"Padahal lagi berusaha buat jaga image, tapi malah apes di depan Kak Haidar, apes juga di depan abang-abang tadi. Ya Allah, kenapa, sih, hari ini apes banget?!" Abel menarik ingusnya.

Cieee ... Jodoh! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang