35| Ujian yang Tak Kenal Waktu

78 17 1
                                    


📌Tandai typo, revisi setelah end.

Seperti biasa, minta apresiasinya dengan cara VOTE/KOMEN/SHARE. Sebagai timbal balik reader kepada author yang telah susah-payah menyajikan cerita ini.
Jadi, mohon pengertiannya, ya!
Minimal VOTE!

***(♡)***
"Pada akhirnya, semua akan pergi pada waktunya. Kehadiran kita di semesta ini hanya untuk singgah."
***(♡)***

Sehari yang lalu, kabar Paskibraka Merah Saga berhasil meraih juara pertama di ajang kompetisi nasional dan masih menjadi trending topic nomor 1 di SMK Generasi Bangsa. Pasalnya, setelah kemenangan tersebut ekskul tersebut dipanggil oleh pemerintah untuk tampil di acara Hari Pendidikan Nasional mendatang di pusat kota.

"Ya Tuhan, udah jadi kayak Jang Wonyoung aja, nih, gue. Diliatin terus tiap kali lewat." Keissa tertawa sambil memainkan kipasnya yang bergambar idola Kpop kebanggaannya, Jang Wonyoung dari member IVE. "Dari kemaren, temen-temen gue yang lain pun ngerasa tenar dadakan," lanjutnya, mengibaskan rambut indahnya.

Zara menanggapinya dengan senyuman. "Bersyukur. Sekolah juga pasti bangga, Kei, atas pencapaian ini. Karena, kan, 4 tahun lalu ekskul paskib kita selalu tersingkir di babak penyisihan. Keren, aku juga ikut bangga, Kei."

Namun, ada hal lain yang masih menjadi pertanyaan bagi Zara tentang hasil kompetisi pidato islami, yang mana Haidarlah yang menjadi perwakilan dari sekolah. Ia tidak mendapatkan informasi apa-apa tentang itu dari sekolah maupun rohis. Sudah 2 hari ini dia tidak melihat ketua rohis itu di sekolah.

Keduanya berjalan melewati koridor untuk kembali ke kelas, mereka habis dari kantin.

"Andai aja, ya, kalo Abel ada di sini. Pasti dia udah kayak orang gila senengnya. Mungkin dia bakal godain gue terus. Dasar emang, ya, tuh anak rada-rada gimana gitu." Keissa mengutarakan perasaannya dengan ekspresi geregetan. Raut bahagianya masih terpancar.

"Kamu benar, Kei. Andai juga kalau ada Eunchi. Mungkin dia bakal melebihi Abel reaksinya," kata Zara seakan-akan membayangkan mereka ada bersama dirinya dan Keissa.

Mendengar nama itu disebut, Keissa memutar bola mata malas. Ia berkacak pinggang dan menayangkan aksi protes. "Astaga, Zara! Lo, tuh, ya, masih aja inget sama pengkhianat kayak begitu. Udah tau dia itu yang udah nyakitin lo, Zara!"

Langkah Zara terhenti. "Bagiku, Eunchi bukan pengkhianat, Kei!" ucapnya menekankan.

Keissa memutar badan, seolah-olah mencerna kalimat yang dilontarkan siswi berhijab di hadapannya kini. Ia kemudian menyeringai seakan hal itu lucu. "Bukan pengkhianat? Lalu, apa?" tanyanya sedikit meninggikan suara.

"Kei, apa kamu melupakan segala kebaikan Eunchi hanya karena satu kesalahannya? Apa kamu gak akan mendoakan dia supaya berubah dan mendukung dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik? Kurasa kamu terlalu menanamkan hal yang gak baik tentang Eunchi di pikiranmu, Kei."

"Tapi gara-gara keegoisannya dia, justru Abel yang nyaris dilecehin Erwin, Zara!" Keissa tak terima.

Helaan napas panjang Zara dapat terdengar jelas oleh Keissa. Gadis itu menunduk seraya memejamkan mata. Ia pun menatap kembali Keissa. "Tapi setidaknya Abel sekarang udah aman dan ada sosok yang melindunginya!" ucap Zara selembut dan setenang mungkin.

Keissa menunduk. Ia mengakui kebenaran itu. Sekarang, Abel sudah punya pelindung dan sosok yang akan terus menjaganya, Ezra. "Ya udah, deh, ayo ke kelas," lirihnya, langsung menggandeng Zara.

Duk!

"Aw!"

"Astaga, Zara!"

Seorang siswa yang kesusahan membawa peralatan olahraga tak sengaja mengenai Zara. "Eh, sorry, sorry. Gue gak liat, semoga lo gapapa. Maaf, gue gak bisa bantu," katanya pergi tergesa-gesa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cieee ... Jodoh! Where stories live. Discover now