11| Cincin di Tengah Malam

259 54 4
                                    

Assalamualaikum.
Dear readers, mohon beri apresiasinya dengan cara vote dan komen. Boleh di-share dan kasih kritik/saran biar Author lebih semangat lagi nulisnya dan evaluasi.

⚠️WARNING!
Disarankan dalam kondisi tenang baca part ini.

Selamat menyelam!

***(♡)***
"Sungguh, cinta pertama yang kukenal adalah Ummi. Cinta berikut dan kesekian kalinya yang kutemui ialah untuk manusia. Lalu, cinta kepada Sang Khalik dan rasul-Nya tidak akan aku bandingkan dengan cinta siapa pun."
Faisal Ezra Abdulmalik
***(♡)***

"Duuuh, kok, tumben di ruang ini rame banget!" Abel mengembungkan kedua pipinya ketika melihat suasana di sekitar rurug awal masuk perpustakaan.

"Bentar lagi kan mau ada kompetisi nasional. Ya, pasti rame!" sahut Eunchi.

"Tapi, kok, sekolah kita gak ikut."

"Sekolah kita cuma ikut lomba paskib sama ceramah," respons Zara.

"Hah, ceramah? SIapa?" tanya Abel baru tahu.

"Kak Haidar."

"Wih, masya Allah." Abel kagum bertepuk tangan.

"Bel, Nchi, pindah, yuk! Ke ruangan sebelah sana aja," ajak Zara menunjuk ruang yang dimaksud.

Abel dan Eunchi saling menatap diam.

"Yuk, ke sana!" ajak Zara lagi.

Tahu ruang mana yang dimaksud Zara, kaki Abel dan Eunchi saling memberi kode. Mereka tersenyum kikuk. Karena, sedari awal tujuan mereka adalah memasuki dunia fiksi, bukan membaca buku-buku islami. Berbeda dengan Kei yang sedang menelusuri kenikmatan visual lukisan-lukisan yang terpajang di dinding luar ruangan sambil mendengarkan musik melalui headset.

"Eu ... gu-gue mau ke ruang sana aja, ya, mau cari referensi buku tentang kewirausahaan," alibi Eunchi nyengir.

"Aku juga. A-aku ... mau cari buku teori mengelola pemerintahan. Appa suruh aku baca itu, Ra," sambung Abel nyengir juga.

Padahal, kedua gadis itu mau ke ruang di sebelahnya. Ruang yang penuh dengan banyak novel, bukan mau belajar dan mencari buku non-fiksi. Mereka ingin menikmati dunia halu mereka.

"Ya, udah. Aku ke sana, ya!" Zara pergi.

Abel dan Eunchi langsung mencari tempat yang nyaman untuk membaca novel yang mereka pilih. Abel menyukai genre romansa dan misteri, lain lagi dengan Eunchi yang suka genre fantasi dan komedi.

Cukup 2 jam bagi Abel menuntaskan novel yang dibacanya. Mulai dari cekikikan, senyum-senyum sendiri, menangis, berpindah posisi, bahkan kelepek-kelepek hatinya. Karena sudah merasa cukup dan mulai bosan, Abel memilih menyusul Zara yang ada di Islamic Library Room.

"Zara mana, ya? Laper banget, Ya Allah, lupa bawa bekal," gumamnya sambil memegangi perut dan menggenggam botol berisi air mineral. "Di chat malah centang satu. Zara, kan, biasanya suka bawa bekal." Abel berdecak sebal.

Walaupun tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman ke dalam apalagi memakannya, Zara selalu siaga membawa bekal. Tapi, bekalnya ada di tas, dan tasnya disimpan di loker.

Abel celingak-celinguk mencari keberadaan Zara. Cukup banyak juga orang yang ada di ruang ini. Semuanya terlihat tenang dalam posisi masing-masing. Abel berjalan melewati setiap rak. Karena tak hati-hati, tubuh kecilnya itu menubruk seorang laki-laki yang sedang membaca sambil berdiri.

Cieee ... Jodoh! Where stories live. Discover now