27| Perisai yang Tertusuk

142 37 5
                                    

Assalamualaikum.
Budayakan vote sebelum membaca.
📌Tandai typo, revisi setelah end.
Selamat menyelam!

***(♡)***
"Sekarang, perisaimu sudah tak sanggup lagi melindungimu."
Haris Dwi Nugraha
***(♡)***

"Jadi, adik-adik, ternyata Allah itu mencintai orang-orang yang bersahabat karena Allah. Maka dari itu, carilah teman-teman yang salih dan salihah, bersahabatlah kalian karena Allah. Kenapa? Sebab dengan begitu, kita akan mempunyai banyak teman, dan Allah pun akan mencintai kita juga," ucap Zara menjelaskan hikmah dalam sebuah kisah yang telah ia ceritakan kepada anak-anak.

Mereka semua duduk menyimak dan memperhatikan apa yang disampaikan Zara dengan serius dan baik. Ezra dan Pardi pun memperhatikan di belakang sana sambil mengawasi.

"Jika ingin masuk surga bersama, maka bertemanlah karena Allah. Saling menasihati tanpa membenci, saling menghargai, menyayangi, dan mengajak kepada kebaikan," lanjut Zara, ia duduk masih menerangkan.

Namun di sebelah sana, di ruang tengah, ada Alif yang tengah main game di ponselnya sambil rebahan di sofa ditemani Abah Junayd yang senantiasa berdzikir dan Bu Iffah yang sedang menyulam taplak meja. Ustaz Hanif sedang ada keperluan ke luar bersama Pak Sekdes.

"Alif, daripada kamu main game terus, lebih baik gabung sama Zara sana, ikut ngaji bareng anak-anak," kata Bu Iffah, sekilas menatap Alif, lalu fokus kembali kepada pekerjaannya.

Alif mengubah posisi menjadi duduk meskipun itu tidak sopan. "Justru itu yang bikin males, Bunda, ketemu bocil. Risih yang ada," responsnya malas.

"Alesan aja kamu," balas Bu Iffah geleng-geleng kepala.

"Sama Abah aja sini, ngaji. Mama kamu titip pesan ke Abah, suruh Alif ngaji, katanya," sambung Abah Junayd, tangannya tergerak menggulir tasbih.

Alif tak menghiraukannya. "Nanti aja, Bah. Gak harus sekarang, besok juga masih bisa. Nunggu hidayah dateng," sahutnya.

Bu Iffah terkekeh kecil. "Alif, di mana-mana hidayah itu dijemput, bukan ditunggu," katanya.

Alif menghela napas berat. "Iya, Bunda, iya." Ia langsung ikut bergabung di belakang sana bersama Ezra dan Pardi yang tersenyum menyapanya. Namun, Alif tak mengindahkan senyum mereka. Karena sedari kecil, meski Ezra dan Alif sudah saling mengenal, tapi keduanya tidak terjalin dekat.

"Bahkan, malaikat pun sampai takjub terhadap orang yang berteman karena Allah. Malaikat berkata, 'Sungguh Allah mencintaimu, sebab cintamu kepada kawanmu karena Allah.' Jadi, siapa di sini yang mau disayang dan dicinta sama Allah?" tanya Zara kepada mereka.

"Aku!" jawab mereka serempak sambil mengacungkan tangan.

"Kak, kak, Alia pengen dicintai sama Allah, Kak," kata Alia, seorang gadis kecil berusia 5 tahunan yang mengenakan kerudung berboneka kupu-kupu kecil di atasnya. Pipinya gembul sehingga terlihat lebih lucu. Ia mengangkat tangannya lebih tinggi.

"Masyaallah ...," ucap Zara tersenyum kagum padanya.

"Iya, akak. Kalena itu, Alia belteman sama Kak Zala kalena Allah ...," tambahnya lagi dengan pengucapan huruf R yang masih cadel. Gadis kecil itu bangun, menghampiri Zara dan langsung memeluknya.

Zara tertegun atas perlakuan Alia padanya. Tak lama kemudian, teman-teman sebayanya ikut memeluk Zara.

"Kita sayang Kak Zara karena Allah."

"Nanti kita ke surga bareng-bareng, ya, Kak."

"Nanti kalau masuk surga, jangan lupa tarik aku, ya, Kak. Tuntun aku sama temen-temen."

Cieee ... Jodoh! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang