12| Sepenggal Kisah Masa Remaja

182 39 0
                                    


Assalamualaikum.
Langsung aja di-vote dan komen.

***(♡)***
"Berhati-hatilah ketika berbicara, karena tak sedikit menjadi nyata. Berpikirlah terlebih dahulu sebelum menyesal."
***(♡)***

Lima lembar kertas dengan tinta merah yang menjadi pusat perhatian terus Ezra tatap di sepanjang jalan. Penampilan sebagai seorang pelajar SMP yang berantakan tak enak dilihat oleh sebagian orang. Langkahnya sama sekali tidak berniat untuk dipercepat akibat kelima lembar kertas yang memuakkan itu. Tinta merah yang membentuk angka bernilai 8, 12, 17, 36, dan 40 dengan mata pelajaran berbeda yang merupakan hasil ulangan harian Ezra selama tiga hari. Wajahnya menunduk murung.

Dua orang lelaki berseragam putih-abu-abu melewatinya sembari mengejek. "Wah, jebol lagi," katanya menyeringai.

"Aduuuh, udah berusaha tapi tetep aja b*go," sembur laki-laki yang satunya, merangkul karibnya.

"Diem lu bangs*t!" Ezra menjorok dengan kencang.

"Hey, santai, dong, Bro! Santai!" ujar salah satunya menahan tawa.

"Eh, tunggu, tunggu!" Mereka memperhatikan tampilan Ezra dari atas ke bawah. "Umur 16 masih kelas 7 SMP?"  ejek temannya lagi. Keduanya menertawai ketertinggalan Ezra selama 3 tahun.

Karena tak bisa mengendalikan emosi, akhirnya Ezra menyerang mereka penuh amarah tanpa ampun. Tak peduli jika orang lain melihatnya, yang penting Ezra puas membuat dua laki-laki sebayanya ini babak belur dan berhasil membuat mereka kabur.

Kertas-kertas hasil ulangan harian itu berceceran di jalan. Ezra memungutnya satu per satu dan tanpa pikir panjang kertas-kertas itu ia remas-remas menjadi sebuah bola yang kemudian dilempar ke tong sampah.

*****

Pintu rumah Khansa terbuka dengan kasar, membuat orang di dalam terkejut tegang. Khansa yang sedang di kamar sontak keluar melihat Ezra tiba di rumah dengan tergesa-gesa. Tas selempang hitamnya ia lempar dengan sembarang di area kursi ruang tengah. Melepas sepatu asal dan tanpa mengucap salam.

"Astagfirullah, Ezra. Ada apa?" tanya Khansa.

Ezra tidak menanggapinya. Saat ini sedang mengganti seragamnya dengan baju koko lengan pendek.

"Apa karena nilai kamu jelek lagi? Wali kelas kamu nelpon Uma tadi."

"Gak penting!" sahut Ezra sambil mengambil kopiah yang menggantung di dinding. "Uma, Ezra mau ke masjid, sholat di sana."

"Tapi Ummi kamu ingin berjamaah sama kamu, Nak Ezra," tahan Khansa.

"Kalian aja berjamaah." Ezra pun pergi tanpa melihat lagi wajah Khansa yang ia sebut Uma.

*****

Matahari yang semakin meninggi semakin menyengat cahayanya. Sambil menunggu waktu azan zuhur, Ezra duduk di pos ronda. Menyalakan TV dan duduk dengan posisi sembarangan.

Tak lama kemudian, ia mendengar suara obrolan anak-anak SD yang baru pulang sekolah. Ezra langsung tertarik akan hal itu. Ia bangun mematikan TV, lalu menanti kelima anak perempuan yang sedang berbagi cerita sambil memakan jajanan.

"Makan, kok, sambil jalan. Mending sini, buat gue aja." Ezra langsung menarik makanan ciki-cikian dari gadis gembul dikuncir satu seperti ekor kuda, Abel kecil.

"Iiih! Punya aku!" ketusnya.

"Lo bocil, harus bagi-bagi sama yang lebih tua," respons Ezra mengunyah ciki-cikian itu.

Cieee ... Jodoh! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang