7| Doa untuk Abel

185 39 3
                                    


Assalamualaikum, sampurasun!
Aku harap kalian mengapresiasi tulisanku dengan cara vote dan komen.
Selamat menyelam!

***(♡)***
"Isi pikiran yang berkecamuk adalah hal utama yang mengundang seseorang mengalami sakit."
***(♡)***

Keadaan kamar yang acak-acakan sudah bisa terbayangkan oleh Sabila. Gadis yang baru pulang dari sekolah itu melangkah ke arah kamar. Tibalah dia membuka pintu dan langsung disambut oleh pelukan dari Abel yang kencangnya seperti dililit tali tambang. Abel heboh sendiri.

"Sabiiil! Aaaa!" pekiknya.

"Iiih, engap tau!" jeritnya berusaha melonggarkan pelukan terpenjara itu. "Bengek!"

Abel malah cengengesan, sadar atas kelakuannya. "Maaf, maaf. Eh, Bil, aku harus gimana? Aku harus gimana sekarang? Tolongin, dong, tolongin! Aku harus gimana?" Kedua tangannya menggoyang-goyang kanan-kiri bahu adiknya.

"Ih, riweuh!"  Lengan Abel langsung ditepis olehnya. "Harus gimana apanya? Cerita aja belum," ucapnya sewot tak mengindahkan. "Tunggu, itu mata kenapa bengkak gitu?"

"Gara-gara film. Nanti, deh, aku spill." Lalu, Abel menunjukkan pesan dari nomor tak dikenal beberapa waktu lalu. "Liat, nih!"

Sabila mengerutkan dahinya membaca pesan tersebut. Seketika mata dan mulutnya bermekar drastis tanpa sadar.

 Seketika mata dan mulutnya bermekar drastis tanpa sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku harus gimana?"

Namun pada akhirnya, Sabila mengendikkan bahu seolah tak peduli berjalan menaruh tasnya di kursi meja belajar. "Gak harus gimana-gimana, sih. Gak tau, aku masih kecil."

"Ih, serius, Sabila!"

Gadis yang baru pulang sekolah itu merebahkan tubuhnya di kasur biru langit miliknya. "Tinggal pilih aja, antara bales atau nggak, gitu aja repot banget! Dasar riweuh!" Sabila berusaha memejamkan mata.

Efek perkataannya itu, Abel pun membenarkannya. "Iya juga, ya." Layar ponsel digenggamannya terus ditatap. "Lagian, belum tentu juga si manusia itu balik lagi ke sini, mungkin lagi modus," gumamnya. Dia pun memilih melanjutkan menonton filmnya sambil memakan marshmellow.

Sabila hampir terlelap, namun dering notifikasi ponsel membuyarkan pintu alam kapuknya. Aplikasi bernama WhatsApp pun dibuka.

 Aplikasi bernama WhatsApp pun dibuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cieee ... Jodoh! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang