6| Ada Apa?

216 42 3
                                    


Assalamualaikum, sampurasun!
Aku harap kalian mengapresiasi tulisanku dengan cara vote dan komen.
Selamat menyelam!

***(♡)***
"Menolong sesama itu bukan perihal mengharapkan balasan, melainkan sebuah kewajiban. Berbuat baiklah semampu yang kita bisa, tidak terpaksa."
***(♡)***

Sudah dua hari sejak kejadian dikejar Algojo, Abel tidak mau masuk sekolah, bahkan tidak keluar rumah sama sekali pun. Ketidakhadiran Abel di kelas berpengaruh pada sikap Zara yang sering merenung dan penyendiri. Bukan hanya soal sudah berapa hari Abel tidak masuk sekolah, tapi hubungan dirinya dengan Abel seperti sudah menjadi orang asing.

Di saat yang lain pergi ke kantin, Zara berdiri seorang diri menghadap jendela terbuka, memandang anak-anak paskibra yang tengah berlatih di lapangan menjelang perlombaan tingkat kota yang akan datang. Sebuah batu es mengenai kepalanya cukup keras.

"Woy! Gak makan lo?" tanya si lelaki tinggi yang dasinya diikat di ke kepala sedang menyeruput es kap yang hanya tinggal es batu.

"Astagfirullah!" Zara geram. "Gak sopan!"

Dengan santainya dia duduk di tempatnya sambil menjulurkan kaki ke atas meja. "Heh, gua nanya, gak makan lo ke kantin?"

"Gak," balas Zara singkat. Pandangannya mengarah mengarah ke sebelumnya.

"Bawa bekel? Atau gak dikasih duit sama Bunda-Abi lo?"

"Gak juga." Zara terus berfokus ke depan.

Siswa tinggi tak sopan itu diam-diam memperhatikan Zara cukup lama. Beberapa siswa dan siswi sudah kembali ke kelas. Dia langsung merapatkan kepalanya ke jaket yang dilipat di atas meja sebagai alas pengganti bantal. Matanya memejam seketika.

Seorang gadis mengenakan pakaian olahraga dan topi sekolah tiba di kelas. Wajah putih yang berkeringat itu mengerut heran ke arah jendela, dia pun menghampiri Zara.

"Zara, lo lagi ngapain? Gue liat dari bawah lo diem terus di situ. Ngelamunin apa, sih?" tanya Keissa seraya menyentuh bahu Zara.

Zara cukup terkesiap. "Lho, Kei? Kok, kamu di sini?"

"Gue mau ngambil minum gue di tas, lupa tadi," jawab Keissa yang saat ini mendapatkan dispensasi sebagai anggota paskibra. "Ditanya, kok, malah nanya balik. Kenapa? Kepikiran Abel, ya?"

Zara mengangguk. "Iya, Kei. Aku bingung cara mengatasi masalah ini. Aku masih ngerasa bersalah banget."

"Yaampun, Ra, nanti juga baik-baik aja kok. Tau sendiri, kan, sikap Abel kayak gimana? Jangan terlalu dipikirin, intinya doain yang terbaik buat Abel. Gue always bantu lo, kok, biar kalian baikan."

"Makasih, Kei. Tapi, kamu jadi kapan mau jenguk Abel? Insyaallah besok aku sama temen-temen rohis mau ke ruamh Abel, biar sekalian."

"Emm ... gimana, ya, gue masih ada schedule. Nanti aja, deh, bareng Eunchi kalau misal Abel masih belum back to school."

Perkataan Keissa dibalas anggukkan oleh Zara. Keissa pun memberikan senyuman terbaiknya kepada Zara sebagai tanda bahwa semua akan baik-baik saja. Sebelum pergi, Keissa menggenggam tangan Zara.

"Ya udah, gue mau next latihan. Kalau ada apa-apa, kasih tau gue."

Keissa keluar kelas. Tak sengaja dia bertubrukan dengan Unaisa yang akan mengunjungi Zara. Keduanya saling meminta maaf. Hal itu menarik Zara untuk menghampiri mereka, tetapi Keissa pergi lebih dulu.

"Kak Isa gapapa? Ada apa, Kak?"

Unaisa menggeleng. "Gapapa. Oh, ya, kamu dipanggil Haidar sama Pak Ridwan. Gak online WA, ya?" katanya.

Cieee ... Jodoh! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang