10| Masalah di Tengah Jalan

257 52 6
                                    

Assalamualaikum.
Dear Readers, janglup di-vote dan komen ya.
Pantau terus cerita ini, jangan lupa juga masukin ke perpus kalian.

WARNING!
Sebelum membaca, disarankan untuk bermonolog "Alhamdulillah, aku masih bersyukur."

Selamat menyelam!

***(♡)***
"Urusan dunia masih bisa dikejar dan digapai, meskipun beberapa kali gagal. Semua bisa jadi mungkin kalau kita bertekad, berusaha, ikhtiar. Yang penting jangan lupakan akhirat."
Ustaz Hanif
***(♡)***

Proyek pembangunan TPA di lahan kosong di samping rumah Ustaz Hanif masih tahap proses. Pembangunan tersebut adalah hibah dari yayasan yang dinaungi keluarga Ezra. Sejak proyek ini dimulai, Ustaz Hanif dan Ezra menjadi akrab. Seperti hari ini keduanya sedang melakukan perbincangan ringan di depan rumah Ustaz Hanif. Membicarakan kegiatan sosial di desa, perubahan apa saja yang terjadi, hingga menawarkan Ezra untuk menjadi seorang imam di masjid.

"Saya tidak keberatan, Ustaz. Tapi, apa kata orang-orang di sini mengenai saya, mereka pasti masih mengingat wajah saya," kata Ezra kurang yakin.

Ustaz Hanif menyeruput kopinya. "Kalau bicara tentang masa lalu emang tidak akan ada habisnya. Tenang saja, mereka percaya, kok."

"Nggih, Staz. Kalau Ustaz percaya dengan itu, saya akan melakukannya," ucap Ezra pada akhirnya.

"Nah, gitu, dong. Oh, ya, dengar-dengar kamu baru lulus kuliah. Apa betul? Lulusan apa?"

"Alhamdulillah, saya lulus D3 Manajemen Bisnis."

Agaknya Ustaz Hanif cukup terkejut. "Masya Allah. Gak nyangka, ya. Seinget saya, kamu itu 3 kali gak naik kelas," katanya tertawa kecil seraya mengambil roti kering untuk dimakan.

Ezra ikut terbawa suasana. "Aduh, Ustaz masih inget juga. Jadi, sejak pindah ke tempat tinggal di sana, saya ikut sekolah paket," responsnya.

"Ya, bagus, bagus." Ustaz Hanif tersenyum hendak meminum kopinya lagi. "Urusan dunia masih bisa dikejar dan digapai, meskipun beberapa kali gagal. Semua bisa jadi mungkin kalau kita bertekad, berusaha. Yang penting jangan lupakan akhirat."

"Nggih, Ustaz."

Di sesaat yang hening, Ezra meneguk kopi yang disuguhi oleh Bu Iffah, istri Ustaz Hanif. Merasa sudah cukup lama, Ezra melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul hampir setengah dua siang. Ia mengingat ada janji untuk menemui seseorang.

"Emm, maaf, Ustaz, setelah ini saya akan pergi ke suatu tempat. Terima kasih, ya."

"Nggih, nggih, silakan. Pasti itu hal penting, toh, ya. Silakan. Saya malah keasyikan ngobrolnya." Ustaz Hanif bangun dari duduknya, diikuti oleh Ezra.

"Gapapa, Ustaz. Kalau gitu, saya izin pamit. Assalamualaikum," ucap Ezra diiringi takzim dan segera menaiki motor sport-nya.

"Ya, ya, waalaikumussalam." Ustaz Hanif tersenyum. "Masya Allah, anak itu."

Ezra melajukan motornya keluar dari area rumah Ustaz Hanif. Di jalan yang tak jauh dari lokasi masjid, Ezra melihat Algojo sedang tidur di atas parit. Sesuatu yang mengejutkan adalah seorang gadis berhijab berseragam pramuka diam-diam menyimpan makanan dan air mineral di dekat Algojo.

Merasa mengenali gadis itu, Ezra mencoba mengingat siapa gadis tersebut, tapi sama sekali tidak ingat. Ia juga melihat sebuah kertas diselipkan di bungkus makanan itu. Karena penasaran, Ezra turun dari motor segera mendekati Algojo setelah gadis itu pergi bersama sepedanya.

Cieee ... Jodoh! Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora