25| Ditolak

157 39 18
                                    

Assalamualaikum.
Budayakan vote sebelum membaca.
📌Tandai typo, revisi setelah end.
Selamat menyelam!

***(♡)***
"Bukanlah hal penting aku pergi ke mana dan berada di mana. Yang perlu kamu tau, aku pergi untuk kembali."
Faisal Ezra Abdulmalik
***(♡)***

"Kak, Kak! Kak Abel!" Sabila membuka pintu kamar dengan gaduh.

"Apa?" balas Abel singkat tanpa menoleh. Gadis itu diam-diam sedang menonton video di ponsel dengan posisi tengkurap di atas kasur. Kali ini, bukan lagi film dan drama Korea yang ia tonton, tapi konten-konten dakwah dari Ezra. Sejak Zara memberitahunya, Abel jadi kepo.

"Kak, tadi aku habis dari kamar mandi, mau pipis," kata Sabila.

"Terus?"

"Sekelibat aku gak sengaja liat tamunya."

"Ya, terus?"

"Karena penasaran, akhirnya aku coba ngintip."

Abel mendecak. "Intinya aja, Sabil!" dumelnya memutar bola mata.

Sabila mendekat dan duduk hadapan Abel dengan ekspresi antusias seperti akan mendongeng. "Tau, gak, tamunya siapa?"

Abel menggeleng. "Gak mau tau."

"Ih, Kak Abel! Tamunya itu Bang Ezra!" Ucapan Sabila yang semangat itu membuat Abel secepat kilat mengubah posisi tengkurapnya menjadi duduk.

"Hah?" Abel belum percaya. "Kamu lagi bohong, nih, pasti."

Sabila mengangguk-angguk, lalu menggenggam kedua tangan Abel. "Iya, Kak, beneran. Justru, aku denger tadi itu, dia ada niat serius sama Kakak!" Gadis itu meyakinkannya.

"Hah?! Maksud?" Abel mencoba menelan kata-katanya.

"Bang Ezra mau melamar Kak Abel!" Sabila baper sendiri.

"Hah?!" Abel cengo. Ya Allah, tiada angin, tiada badai, batinnya.

"Iya, Kak, serius! Jadi, tadi itu ...."

"Bismillah. Jadi, begini, Pak. Kedatangan saya ke sini ditemani Mas Fatih kakak saya adalah bermaksud untuk" Ucapan Ezra terputus oleh petikan jari Haris.

"Oooh, pasti mau PDKT sama anak saya, Abel!" tebak Haris sangat exited.

"Bukan, Pak, bukan." Ezra menggelengkan kepala sambil menggerakan tangannya sebagai isyarat bukan itu yang dimaksud.

"Yaaah ... terus ngapain, dong?" tanya Haris yang sudah tidak se-exited tadi.

"Saya ingin melamar Abel, Pak," ucap Ezra spontan.

"Apa?! Melamar anak saya?" Haris melongo.

Ezra mengangguk yakin. "Ya, betul, Pak."

"Alhamdulillah, Ya Allah! Akhirnya ...." Seketika itu juga Haris bersujud syukur di hadapan Ezra dan Gus Fatih, "tanpa usaha keras pun, calon mantu dateng sendiri ke rumah. Alhamdulillah! Gak usah cing-cong-cing-cong, gaskeun! Setuju!" soraknya dengan semangat 45, sumringah.

Cieee ... Jodoh! Where stories live. Discover now