Prolog: Tifanny

40 2 0
                                    

Malam itu, adalah malam yang amat menyedihkan. Rasanya, separuh jiwa ini telah hancur. Sekuat tenaga untuk menyelematkan, pada akhirnya diri ini juga turut terluka.

Kini, hanya ada Kak Tio. Sosok lelaki hebat yang menjadi tumpuanku saat ini. Sandaran, keluh kesah, gelisah, semuanya kucurahkan padanya. Ia bukan sekedar seorang kakak. Bagiku, ia adalah sahabat, teman, dan juga ayah. Bersamanya aku merasa kuat untuk menghadapi ini semua.

Semuanya telah terjadi. Rahasia Allah memang tidak ada yang tahu. Jika ia telah berkehendak, maka kita tak bisa melakukan apa-apa. Sebagai seorang hamba, kita hanya bisa berencana, berusaha dan berdoa. Selebihnya, Sang Pemilik Dunia yang memutuskan.

Berkesempatan untuk menyambut dan menjalani bulan suci Ramadhan adalah suatu hal yang aku dan Kak Tio syukuri. Bulan penuh berkah, ampunan, juga rahmat. Tak sedikit yang menantikan. Aku yakin, ribuan umat Islam di luar sana pasti amat menantikan momen ini. Bukan hanya takjil yang dinantikan setiap berbuka, tetapi peristiwa penting dan makna dalam bulan ini sendiri. 

Aku harap, bulan Ramadhan kali ini lebih bermakna dari sebelumnya. Walau dengan keadaan yang berbeda, tetapi itu bukan masalah. Karena kuyakin, indahnya Ramadhan akan terasa jika kita berhasil mengejar lentera-nya.


~~~

Sampai jumpa di bab pertama🤗

Salam hangat dariku dan Kak toetikhdhyh_ 🥰

Mengejar LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang