14. Kedatangan Si Merah

2 0 0
                                    

*Bab 14: Amalan Saat Haid*

Selamat membaca

Tifanny cukup kagum tatkala sahabatnya itu memakai baju yang dirinya rekomendasikan. Gamis bewarna army dengan kombinasi cream itu terlihat manis saat Wening kenakan. "Masya Allah, kamu cantik banget, Wening."

Wening memutar tubuhnya sejenak, sambil mengibarkan gamis yang cukup kebesaran baginya. "Benarkah? Berarti aku cocok memakai baju ini?" tanya Wening.

Tifanny mengangguk. "Sangat cocok malah!"

"Em, akan aku coba, ya? Kalau saja aku tidak gerah, jadi seterusnya aku bisa pakai baju seperti ini, sama seperti kamu," ujar Wening sungguh-sungguh.

"Aamiin. Semoga istiqamah, ya," balas Tifanny. Gadis itu menggerakkan kursi rodanya ke arah kamar mandi, hendak berwudhu karena azan asar telah berkumandang.

"Wen, kamu ndak salat?" tanya Tifanny cukup heran. Pasalnya, sedari tadi Wening tak ada pergerakan untuk segera mengambil wudhu.

Wening yang tadinya berdiri, tiba-tiba mendudukkan diri di karpet. Wajahnya seketika cemberut, kedua tangannya juga memegang perut yang kesakitan. "Aku nggak solat, Fan. Perutku ... sakit banget."

"Eh kenapa? Kamu sakit?" Tifanny khawatir. Ia membalikkan kursi rodanya dan segera mendekat ke arah Wening.

Wening menggeleng lemah. "Aku nggak sakit-sakit amat, cuma ... ya aku sedang kedatangan tamu si merah. Sakit banget eung, melilit, Fan, nggak tahan aku!" adu Wening.

"Sebenarnya, sakit ini udah dari pagi tadi, cuma masih bisa kutahan. Nah, setelah azan Zuhur, nggak tahan. Di rumah juga sedang tidak ada orang. Kupikir, dengan aku ke rumahmu dan melakukan banyak kegiatan, akau bisa meredakan sakit ini. Tapi ternyata ... tambah banyak aktivitas, tambah sakit," ujar Wening sambil menahan sakit.

"Gimana kalau kamu tiduran aja di kamar aku? Terus, nanti aku buatkan air hangat di botol biar bisa diletakkan di perut kamu. InsyaAllah bisa meredakan sakitnya. Aku biasa kek gitu. Atau ... kalau kamu ragu, kamu bisa ganjal perutnya pakai bantal." Tifanny mengusulkan. Gadis itu tampak khawatir, berulang kali ia mengelus-elus bahu Wening agar sahabatnya itu tampak tenang.

Wening tampak sedih, raut yang ia tunjukkan saat ini cukup membuat Tifanny bingung. "Kamu ... kenapa jadi sedih begitu?" tanya Tifanny bingung.

"Aku sedih, karena pada saat aku ingin belajar rajin ibadah, si merah datang tiba-tiba. Sebel tahu! Baru kemarin aku salat fardhu nya tepat waktu, eh sekarang malah haid! Kan jadinya aku nggak bisa ngapa-ngapain!" gerutu Wening.

Tifanny seketika tersenyum. "Kata siapa kalau lagi haid nggak bisa melakukan apa-apa?"

"Kata aku," jawab Wening enteng.

"Kalaupun kita haid, kita masih bisa beberapa amalan, kok. Diantaranya; memberi makan orang berbuka, ikut kajian online, sedekah, mendengarkan Al-Qur'an, perbanyak dzikir, dan baca buku islami. Kamu bisa lakukan salah satu di antara itu, kalau mau lebih pun sangat boleh!" Tifanny menjelaskan. Senyumnya tak pernah luntur dari wajah itu.

Wening tampak berpikir, dengan tangannya yang tak pernah lepas memegang perut yang tengah kesakitan. "Kalau sekarang, keknya aku mau dengerin murottal Al-Qur'an aja, deh, Fan. Soalnya perutku lagi sakit, kalau dibawa rebahan sambil dengerin itu keknya adem, ya? Kali aja bisa meredakan sakit perutku ini."

"Keputusan yang bagus! Kalau begitu, kamu tunggu di sini, aku mau siapkan dulu tempat tidurnya, ya?" Tifanny hendak menggerakkan kursi rodanya, tapi ditahan oleh Wening.

"Eh, kenapa?" tanya Tifanny bingung.

"Kamu lagi puasa, ya kali mau utamain aku yang lagi sakit kek gini? Udah, kamu ambil wudhu aja dan segera tunaikan salat asar. Biar aku nanti langsung rebahan di kamar kamu. Nggak apa, kan?" jawab Wening.

Tifanny mengangguk setuju. "Ya sudah kalau begitu, kamu boleh langsung ke kamat istirahat. Aku menunaikan salat asar dulu, ya?"

"Sip. Makasih banyak, ya, Fan."

"Iya, sama-sama."

Barulah mereka hendak bergerak, tetapi suara ketukan pintu dari luar mengalihkan keduanya.

Tok. Tok. Tok.

"Assalamualaikum, Tifanny? Kamu ... ada di dalam?" sapa seorang pemuda di luar sana.

"Fan, itu suara Fadil, kan? Nah, ayoloh, dia mau melamar kamu!" seru Wening seketika membuat pipi Tifanny memerah.

"Wening!"

Mengejar LenteraWhere stories live. Discover now