11. Like dari Allah

3 1 0
                                    

Selamat membaca

"Kenapa ...?"

"Aku ... masih ngantuk, Fan. Heheh."

Tak!

Spontan Tifanny menyentil tangan sahabatnya itu dengan geram. "Ya Allah, Wening, kamu 'kan sudah aku kasih tahu kemarin. Lupa lagi, ya? Ndak baik kalau lama-lama tidur! Mending kamu cari kegiatan yang bisa bermanfaat buat kamu. Ya ... salah satunya ini."

Wening meringis. "Harus banget ikut?"

"Aku sangat menyarankan buat kamu! Jadi, kamu harus ikut!" putus Tifanny tak terbantahkan.

Wening berdecak. Niatnya tadi ia ingin tidur sampai sore hari, tetapi kedatangan Tifanny cukup membuatnya terganggu. Namun, setelah dipikir-pikir, ajakan Tifanny cukup membuatnya tertarik. Seperti yang Tifanny katakan, tidur lama-lama juga tidak baik. Maka, Wening putuskan untuk ikut.

"Baiklah, aku akan ikut. Apa saja yang perlu aku bawa ke sana?"

Mata Tifanny berbinar, senang karena pada akhirnya Wening memutuskan untuk ikut dengannya ke acara kajian. "Cukup pakai baju muslimah, bawa mukena, dan kalau mau bawa catatan diperbolehkan."

Wening mengangguk mengerti. "Baiklah, tunggu sebentar. Aku bersiap-siap dulu."

Tifanny mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.

🌸🌸🌸

"Fan, kajiannya nanti lama, nggak?" tanya Wening setengah berbisik. Kini, ia berada di sebuah masjid yang cukup besar. Di sana, ada banyak remaja baik itu perempuan maupun laki-laki. Di mata Wening, mereka tampak semangat untuk menyambut kajian ini.

Tifanny menggeleng pelan. "Ndak, kok. Paling satu jam." Gadis itu kemudian mengeluarkan pena dan buku catatannya, kebiasaan yang ia lakukan saat kajian. Alasannya simpel, karena takut lupa.

Melihat sang sahabat mempersiapkan alat tulisannya, maka Wening pun mengikuti. Apa pun yang Tifanny lakukan selama di sana, Wening mengekor.

Hingga beberapa menit kemudian, narasumber yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang. Beliau bernama Hanan Attaki. Seorang ustadz yang banyak dikagumi di desa ini, termasuk Tifanny.

Wening sebelumnya sudah tahu dengan beliau, tetapi untuk mendengarkan apa yang ia sampaikan, sama sekali tak ada terbesit di hati gadis itu. Paragraf pertama yang ia dengar saat ini adalah Ustadz Hanan berpesan  sekaligus mengajak kita untuk senantiasa melibatkan Allah dalam hati dan setiap perbuatan yang kita kerjakan. 

"Melibatkan Allah dalam hati dan setiap perbuatan yang kita kerjakan?" gumam Wening pelan. Agaknya gadis itu tak begitu paham apa yang Hanan katakan. Sampai akhirnya ia mendengar paparan lagi.

"Kalau yang kita harapkan adalah like dari Allah dan rida-nya, maka tidak ada satu pun amal saleh atau kebaikan yang kita merasa rugi atau sia-sia," ucap Hanan.

"Jadi modal kita kalau kita ingin berbuat baik itu sederhana kata Nabi (Muhammad SAW), libatkan Allah di dalam hati kita. Libatkan Allah dengan niat kita, ya Allah saya lakukan ini karena mengharap Like dari-Mu," jelasnya.

Wening dan Tifanny sama-sama fokus mendengarkan, terutama Wening. Gadis itu tampak sangat tertarik mendengarkan kajian ini. Terlebih cara penyampaian Ustadz Hanan Attaki yang membuatnya cukup candu.

"Buat anak muda sekarang, like dari postingan di sosial media itu penting, dan saya kira ini bukan berlaku pada anak muda, kita sebagai orang yang beriman dan sebagai hamba Allah mencari like dari Allah adalah misi utama dalam kehidupan kita," papar Hanan.

Sebagai umat, Ust. Hanan menambahkan bahwa kita dituntut berpikir posting-an (perbuatan) kehidupan amal saleh yang bisa membuat Allah nge-like. “Apakah Allah nge-like ketika saya bangun tidur sampai kita tidur kembali. Dan ketika kita mencari ini like dari Allah), maka Allah SWT akan membimbing kita pada kebaikan-kebaikan dan tidak ada satu pun yang menjadi sia-sia dalam kehidupan kita,” tukas Hanan.

Mari kita jadikan like dari Allah adalah goal atau tujuan paling besar dalam setiap aktivitas kehidupan. “Mudah-mudahan dengan like dari Allah kita akan semangat terus, jika kita posting liker dari manusianya sedikit atau banyak, viral atau tidak, yang pasti Allah SWT tidak akan men-dzolimi hambanya walaupun sekecil zarah,” pungkasnya. Beliau menutupi kajian dengan paragraf tersebut. Semua remaja di sana menjawab salam darinya sekaligus mengucapkan terima kasih karena telah menyempatkan hadir untuk datang ke sini.

Mendengar pemaparan dari Ustadz Hanan Attaki, membuat Wening cukup tersentuh. Selama ini, ia melakukan sesuatu sesuai kemauannya, bebas, lepas, tanpa melibatkan siapa pun, termasuk Sang Pencipta. Perlahan, ia mulai sadar. Bahwasanya, jika kita ingin melakukan kebaikan, maka libatkanlah Allah SWT, supaya nanti kebaikan yang kita lakukan tidak berakhir sia-sia.

"Wening, kamu ndak apa-apa? Kok melamun?" tegur Tifanny agak terkejut ketika melihat sahabatnya hanya terdiam termenung.

Wening menggeleng pelan. "Nggak apa. Aku ... cuma tersentil sama isi kajiannya. Cukup bikin aku sadar. Makasih, ya, kamu udah ajak aku ke sini. Sangat bermanfaat," ujar Wening sambil tersenyum.

Tifanny membalas senyuman tersebut. "Iya, sama-sama. Kalau ada kajian lagi, kamu mau ikut?"

"Mau!" jawab Wening dengan semangat, lalu mendekatkan diri ke telinga Tifanny sambil berbisik, "Kalau ada cogan gini, keknya aku bakal semangat ikutan, Fan."

"Astagfirullah, Wening! Kajiannya belum ada lima menit, lho! Kamu udah ngawur aja!" Tifanny protes.

"Bercanda. Hehe."

Mengejar LenteraOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz