31

11.5K 1K 24
                                    

Sheren dan Calluna baru keluar dari kantor polisi, mereka sudah melakukan laporan terkait kamera pengintai tersebut.

"Gimana hasilnya?" Tanya Edward yang menunggu kakaknya sejak tadi.

"Masih nunggu penyelidikan lebih lanjut." Desah Calluna, hatinya masih tak tenang. Bisa-bisanya penggemar melakukan tindakan gila bin nekat seperti itu.

"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya untuk meninggalkan saja hadiah mereka di agensi. Tapi kamu ngeyel, gini kan jadinya." Sheren menasehati Calluna, meski ia tau jika ini adalah musibah.

"Gak pernah ada dipikiranku kalau bakal gini,"

"Udah lewat juga, nanti kita cari tau siapa pemiliknya." Potong Edward.

"Sulit, Ed. Tapi aku punya satu nama yang mencurigakan. Kamu ingat penggemar fanatikmu yang baru keluar dari penjara karna kasus membuntutimu?" Celetuk Sheren, ia ingat memang ada satu penggemar Calluna yang gila, tapi ia berpikir jika sosok itu sudah jera.

"Hah? Emang aku punya? Sejak kapan?" Tanya Calluna, ia tak ingat tentang ini sebelumnya. Apa ia yang kurang memperhatikan pembicaraan Sheren saat berdua dengannya.

"Aku jadi percaya jika kamu pernah terkena amnesia. Banyak yang sering kamu lupakan akhir-akhir ini."

"Ingatanku memang buruk, kejahatan apa yang dia lakukan kemarin?" Tanya Calluna penasaran. Sebelum mengetahui namanya ia sangat penasaran apa yang bisa membuatnya mendekam dipencara hanya karna menjadi penggemar.

"Lo amnesia, Kak?" Tanya Edward. Ia memang menyadari keanehan Calluna, sejauh ini atau lebih tepatnya sebrengseknya Edward dulu setiap meminta uang pada Calluna mana pernah semudah waktu di gang dulu, satu lagi, Calluna tak akan pernah peduli tentang keadaannya. Namun kemarin kakaknya itu dengan suka rela datang dan hal itu yang menyentuh lubuk hati terdalamnya. Yap, mereka saudara namun kehangatan dan kasih sayang persaudaraan baru muncul sejak Calluna datang ke sekolahnya.

"Enggak, ingatanku hanya sedikit memburuk."

"Lun, mari aku kasih tau sekali lagi, lo punya fans fanatik, sialnya kejahatannya sulit diungkap, terakhir saja ia dipenjara hanya bertahan beberapa hari karna kita kurang bukti."

"Calla kamu punya penggemar gila?" Tanya Nagara yang entah sejak kapan sudah diantara mereka. Tadi pria itu pamit untuk menemui pemilik toko penjualan kamera rahasia itu.

"Iya, cukup gila dan sial sulit membuatnya jera. Namanya, ah aku sedikit lupa. Padahal namanya termasuk golongan unik." Sheren mencoba mengingat namun tak kunjung ketemu.

"Apa namanya Galazero?"

"Nah, iya itu Galazero, bagaimana kamu tau?" Tanya Sheren.

"Itu adalah nama pembeli kamera pengintai tersebut." Nagara tanpa sadar mengepalkan tangan. Ini cukup keterlaluan dari seorang penggemar.

"Kamu tenang saja aku akan mencarinya meski harus ke lubang semut." Lanjut Nagara.

"Gue juga mau bantu nyari tikus itu." Edward menatap Nagara seolah menyiratkan api yang sama. Kedua pria itu merasa geram dengan tingkah Galazero.

"Lebih baik kamu pulang untuk istirahat, serahin semua ini padaku dan Edward. Sheren kamu bisa temani Calla?" Nagara mengusap kepala Calluna, menatap wajah yang mengisi harinya akhir-akhir ini.

"Ya, gak perlu dimintapun, aku bakal temenin Luna."

"Tapi ...." Cegah Calluna, ia ingin mengetahui rupa pelakunya juga.


"Pulang, kamu perlu istirahat." Bujuk Nagara.

"Iya, kak. Pulang, Kakak perlu istirahat." Edward mendukung perintah Nagara.

Another Life an Extra Antagonist (Selesai)Where stories live. Discover now