39

8.7K 758 22
                                    

Setelah kegiatan pemotretan hari ini, Nagara mengajak Calluna untuk sekedar jalan dan makan sore.

Memang apalagi yang bisa mereka lakukan selain jalan dan makan. Lagipula Nagara pria kaku itu sedikit tak mengerti dengan masalah mengajak wanita berkencan. Tampang gagah rupawan kaya raya seperti Nagara memang tak melulu serba bisa. Hei, ia juga manusia yang memiliki kelemahan itu.

Namun kali ini ia tak akan mengajak Calluna hanya sekedar makan di resto seperti biasanya. Mereka membeli drive tru dari salah satu resto makanan siap saji, kemudian mobil kembali berjalan menuju lokasi yang sudah Nagara tuju.

"Kita mau kemana? Perasaan gak sampai-sampai."

"Bentar lagi, ini tinggal beberapa tikungan."

Mereka tiba dipinggir danau, Nagara memarkirkan mobilnya didekat danau. Tempat yang mereka kunjungi memang jarang didatangi oleh orang. Karna bukan tempat yang dijadikan lokasi wisata.

Calluna ikut turun bersama Nagara, ia  menatap sekitar yang masih asrih terlihat jika tempat ini belum terjamah tangan-tangan tak bertanggung jawab.

"Kamu, kok bisa nemu tempat kayak gini?" Tanya Calluna, ia suka dengan lokasi sejuk seperti ini, bebas dari polusi perkotaan. Padahal jaraknya tak terlalu jauh dari pusat kota. Namun jika melihat tempat ini seperti berada didua sisi yang berlawanan.

"Ini tempat milik keluargaku, kami biasa berkunjung kemari saat libur. Kamu lihat disana, itu rumah kami." Tunjuk Nagara pada rumah yang berada di ujung.

Calluna hanya mengangguk saja, ia kembali menatap ke danau. Di danau terlihat beberapa kawanan Angsa yang tengah berenang. Mereka terlihat bebas dan bahagia bersama keluarganya. Calluna jadi merindukan keluarganya disana, bagaimana kabar mereka, mereka pasti kehilangan akan kepergian dirinya? Ia hampir lupa karna terlalu sibuk dengan urusan di industri entertain.

Dirinya tak bisa kembali lagi, itu yang terus ia sangkal. Bahkan Calluna sampai lupa jika genre hidupnya sangat tak masuk akal. Calluna merindukan hidupnya sebagai Feli, merindukan Kakak lelakinya dan yang paling ia rindukan adalah kedua orang tuanya. Meski disini juga masih ada yang menyayanginya seperti Edward dan Sheren. Tanpa disadari air matanya sudah berjatuhan.

Nagara yang telah selesai menata alas untuk duduk mereka. Menghampiri Calluna yang tengah meneteskan air mata. Pria itu mengulurkan tangan untuk mengusap pipi Calluna yang basah.

"Jangan menangis, Calla."

Calluna terhenyak saat merasakan sentuhan hangat Nagara pada pipinya. Ia ikut mengusap sebelah pipinya yang basah. Pasti pria itu beranggapan ia ceneng, padahal memang benar jika dirinya sangat cengeng.

"Mau berbagi?" Tawar Nagara, mencoba menjadi pendengar yang baik untuk Calluna.

"Ayo, makan. Aku udah laper dari tadi." Calluna mengalihkan pembahasan mereka lalu melangkah menuju alas dan makanan yang tadi mereka beli.

Nagara ikut duduk lalu meraih makanan miliknya. Ia sadar keduanya masih terasa canggung dan hubungan yang terlihat abu-abu. Mungkin sulit untuk membuat Calluna mau berbagi dengannya.

Mereka memilih menikmati makanan yang telah dibeli. Nagara sesekali mencuri pandang pada Calluna yang menikmati makanannya. Ekspresi Calluna terlihat lucu di mata Nagara. Calluna, wanita yang tanpa sadar berhasil membuat Nagara kalang kabut tak menentu.

"Calla," panggil Nagara.

Calluna menatap Nagara dengan penasaran, menunggu kalimat selanjutnya yang akan pria itu ucapkan.

Nagara menyingkap jasnya lalu meraih sesuatu dari saku dalam jas tersebut. Sebuah kotak berisi cincin, Nagara menyerahkannya pada Calluna.

"Bukalah," ucap Nagara.

Another Life an Extra Antagonist (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang