Worries

176 20 8
                                    

Jessica berjalan gontai menuju pintu rumah Taeyeon. dengan wajah yang sudah lelah karna sedari ditaxi dia terus saja menangis.

Jessica mengerutkan keningnya saat memasukan kunci rumah, dia sadar pintunya tak terkunci.

"apa kau sangat terburu buru menemui Tiffany?" gumam Jessica masuk kerumah dan segera menguncinya.

keadaan rumah sangat gelap namun Jessica sama sekali tak ada niatan untuk menyalakan lampu.

dia berjalan memasuki kamar pemilik rumah ini.
sangat gelap, tentu. ini sudah malam dan sedikitpun pencahayaan dirumah ini tak dinyalakan.

Jessica menyalakan lampu tidur, dan mendudukan dirinya dikasur. dia menatap sekelilingnya. tak ada yang membuatnya menarik.

membaringkan dirinya dan memeluk bantal milik Taeyeon yang masih menyisakan harumnya.

*
*
*

Taeyeon terus saja mengigit jarinya sambil tangan kiri memegang ponsel ditelinganya. berharap seseorang diserbang sana mengangkat panggilan nya.

"masih belum bisa dihubungi?" tanya Yuri menatap Taeyeon yang menampilkan wajah gelisah.

"eum, sepertinya ponselnya mati" Taeyeon mengembalikan ponsel itu kepada Yuri.

kini hanya mereka berdua yang menginap dirumah sakit menemani ibunya. Sooyoung hyoyeon dan Tiffany memilih pulang karna besok pagi ada kerjaan penting.

"ah Yul, bisa sampaikan pesan ke pany?" tanya Taeyeon menatap Yuri yang masih duduk disofa yang berada didepannya, sementara dirinya memilih membaringkan tubuhnya. akhir akhir ini dia sering merasakan lelah padahal dia tidak memiliki pekerjaan apa apa.

"em wae?"

"bilang padanya jangan kerumahku, disana banyak cctv" ujar Taeyeon yang masih setia menatap sahabatnya itu, Yuri mengerutkan keningnya dan menatap Taeyeon.

"ya emang harus ada cctv, kan lingkungan rumahmu pengamananya ketat"

"ani, didalam rumahku ada satu cctv disetiap ruang, dan itu terhubung dengan Jessica" Yuri membulatkan matanya mendengar perkataan Taeyeon.

"michingeo aniya?" tanya Yuri, Taeyeon menghela nafasnya dan menatap langit langit.

"Yaa! kenapa kau jalani hidup seperti itu" Taeyeon meletakkan jari telunjuk nya didepan mulut, mengisyaratkan Yuri untuk diam.

"kecilkan suaramu" ujar Taeyeon menutup matanya.

"awalnya aku juga gak nyaman, Ani sampai sekarang juga aku tak nyaman. tapi aku harus biasa saja dan menerima itu, kalau tidak Jessica akan marah"

"dan kau takut dia marah?" tanya Yuri

"kau tidak mengerti, dia kalau marah akan menyakiti dirinya sendiri. dan itu menyiksa ku" bolehkah Yuri memukul kepala Taeyeon agar sahabatnya ini sadar?

"kau tidak akan pernah mengerti Yul. hingga sekarang kemanapun aku pergi aku rasa Jessica tau"

"how come?" tanya Yuri

"dia menyewa stalker untukku, dan aku rasa sekarang dia tau aku berada disini"

"Taeng itu udah kelewat batas"

"nan arra. hah~ museowo jinjja" Yuri terdiam mendengar suara Taeyeon yang bergetar menahan tangis. dia masih setia menutup matanya.

"geunde, aku tidak bisa meninggalkannya"

"dia, dia mengancamku"

"ottoke?"

"dia akan bunuh diri didepanku" Taeyeon terisak, Yuri sangat tak tega melihat sahabatnya menderita seperti ini.

Toxic relationship Where stories live. Discover now