can't control

218 24 2
                                    

Taeyeon terdiam cukup lama di dalam mobilnya. Ia memandangi rumah dengan bangunan megah yang berada di depan sana, kira kira sudah berapa lama ia tidak ke rumah ini?

Kurang lebih menghabiskan waktu 3 jam perjalanan untuk membawanya ke kediaman orang tua nya, Jeonju.

"Appa, Jika semua ini benar ... Aku adalah orang pertama yang sangat membencimu." Taeyeon berujar dengan menggenggam erat roda kemudi nya, matanya benar benar lelah karena menangiskan hal yang masih di ragukan nya ketika di perjalanan tadi.

Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul dua pagi. Ia sangat berharap kalau semua omongan tuan Jung hanyalah omong kosong belaka.

Dengan nafas yang berat, ia turun dari mobilnya dan berjalan berlahan ke arah pintu rumah megah itu. Untungnya kunci pintu rumah itu di design menggunakan smart door lock hingga membuat Taeyeon dengan mudah masuk ke dalam.

Ia terus berjalan dengan raut wajah yang susah di tebak, ia menatap sekilas pada adiknya yang sedang menonton bola di ruang keluarga.

"Noona" key memanggilnya, namun ia enggan menanggapi. Taeyeon terus saja berjalan hingga sampai di depan kamar orangtuanya, Taeyeon menatap pintu itu dengan tatapan kosong.

Kamar itu ... Kamar yang sering ia tempati ketika pikirannya sedang gundah atau sedang merindukan sang ayah.

Taeyeon memegang kenop pintu dengan ragu, ia memejamkan matanya sebelum mendorong pintu itu agar terbuka.

"Taengoo?" Taeyeon menatap sang eomma yang masih terbangun di jam segini, ia berjalan mendekat ke arah ranjang dan duduk di tepi kasur.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Taeyeon memijit kaki ibu nya pelan.

"Tadi eomma masak ramen dulu untuk key, waegurae? Apa Tiffany ikut bersamamu?" Eomma Kim mendudukkan dirinya, bersandar di kepala ranjang sambil terus memperhatikan anak tertuanya yang masih memijit kakinya.

"Ani" jawab Taeyeon pelan, tiba tiba saja matanya berair.

"Kalian bertengkar?" Taeyeon kembali menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan sang ibu, ia enggan menatap wajah ibu nya.

"Eomma" panggilan Taeyeon di jawab dengan deheman.

"Ceritakan seperti apa appa"

"Gabjagi?"

"Geunyang, ceritakan saja"  ibu nya menarik nafas yang panjang sebelum menceritakan tentang mendiang Suaminya pada sang anak.

"Dia lelaki yang memiliki sifat lembut dan penyayang, sama seperti mu" ujarnya mengelus lembut kepala Taeyeon yang masih memijit kakinya.

"Dia sangat sangat menyayangi mu. kau ingat, Saat kau terjatuh akibat belajar bermain basket? Dia sangat khawatir dan langsung membatalkan semua jadwal kerjanya hanya ingin menemani mu yang kaki nya hanya lecet sedikit" ia terkekeh geli mengingat kelakuan konyol suaminya. Taeyeon menganggukkan kepalanya, ia tersenyum simpul ketika ingatan itu datang.

"Apa ... Appa pernah membuat eomma menangis?"

"Hanya dua kali, saat dia meninggal" Taeyeon kembali mengangguk.

"Kau merindukan nya?"

"Geunyang, aku habis bertemu Jung woong in" jawab Taeyeon.

"Mwo? Yaa! Apa dia melukai mu? Yaa Kenapa kau bertemu dengannya" Taeyeon memejamkan matanya saat bahu nya di guncang ibu nya.

"Taeyeon"

"Eomma" Taeyeon menatap ibu nya dengan mata yang berkaca kaca, ia sungguh tak kuasa menahan air matanya lagi.

Toxic relationship Where stories live. Discover now