closer

168 23 4
                                    

Tiffany terus saja membolak balikin tangan Taeyeon di bawah air mengalir dari keran selama kurang lebih 20 menit.

Setelah itu Tiffany mengambil tissue yang berada didekatnya dan mengeringkan tangan Taeyeon dengan perlahan.

"Apha?" Tanya Tiffany meniup niup tangan yang masih memerah itu. Kurang lebih setengah gelas susu panas itu tersiram ke tangan Taeyeon secara perlahan.

"Ani" Taeyeon menunduk menatap sendal rumah yang sedikit berbulu.

"Tunggu aku di ruang tamu, dan tetap pada posisi ini" ujar Tiffany sembari mengangkat tangan Taeyeon sejajar pada kepalanya, untuk mengurangi aliran darah ke tangannya agar tidak menimbulkan pembengkakan.

"Jangan.pernah.menurunkan.tanganmu." ujar Tiffany penuh penekanan pada Taeyeon. Sepertinya bicara dengan Taeyeon saat ini harus dilakukan sejelas mungkin agar dia mengerti.

"Arraseo" jawab Taeyeon patuh, ia berjalan perlahan menuju ruang tamu sesuai arahan Tiffany.

Tiffany segera bergegas menuju lemari p3k yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Setelah mengambil kain kasa dan salep yang ia butuhkan, Tiffany langsung bergegas menyusul Taeyeon.

Tiffany mengolesi salep ke tangan Taeyeon dan sambil meniupnya.

"Kita kerumah sakit ya" ajak Tiffany, ia mengambil beberapa kain kasa dari kotaknya dan membalut tangan Taeyeon agar tidak melepuh dan terinfeksi bakteri.

"Aniyo, gwenchana." Tiffany menatap wajah Taeyeon bingung. Kenapa mata itu seakan kosong? Apa benar Taeyeon harus di bawa ke psikolog?

"Kalau gitu jelaskan, kenapa kau melakukan hal seperti tadi" pinta Tiffany.

"Apa kau akan percaya padaku?" Tanya Taeyeon menatap langsung ke mata Tiffany yang sedari tadi memang memandangi wajahnya.

"Of course, kapan aku tak percaya padamu?" Taeyeon menghela nafasnya.

"Ada yang berbicara dikepala ku, aku sudah mengusirnya dengan memikirkan hal yang lain. Tapi, tadi aku melihat sosoknya dan dia yang menyiram tanganku. Semalam-" Tiffany mendengar penjelasan Taeyeon dengan seksama dan tak ada niat untuk menginterupsi nya. Sesekali ia mengelus kepala Taeyeon dengan lembut.

"Mulai sekarang jangan sendirian ya, aku tak ingin kau menyakiti dirimu lagi. Aku akan berada di samping mu terus" ujar Tiffany tersenyum manis, membuat Taeyeon menganggukkan kepalanya.

"Kajja, kita harus periksa tanganmu agar tak meninggalkan bekas" lagi lagi Taeyeon hanya menuruti perkataan Tiffany, padahal tadi dia menolak.

"Kka, ambil jaket mu" Tiffany membantu Taeyeon berdiri.

"Tuhan, cobaan apa lagi yang kau berikan pada bocah itu" Tiffany menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, ia benar benar frustasi.

***

Yuri menatap Jessica yang sedang mencari sesuatu di dalam kulkas, sudah lebih dari semenit wanita yang sedang hamil muda itu berkutat dengan isi kulkas.

"Kau mencari apa sih?" Akhirnya Yuri bertanya setelah membiarkan Jessica melakukan apa yang ia inginkan.

"Ingin sosis, perasaan kemarin ada satu lagi, kemana ya?" Yuri menggigit lidahnya, ternyata sosis yang ia makan semalam milik Jessica. Eh? Tapi kan dia yang beli.

"Kau sangat ingin?" Tanya Yuri yang tetap berdiri beberapa langkah di belakang Jessica.

"Eum, kulkasnya kosong, aku lapar"

"Ya kalau kosong ngapain di bongkar buat cari sosis satu biji? tanpa kau bongkar juga pasti bakalan keliatan kalau ada" Jessica menggaruk kepalanya.

"Iya juga ya, hehe" apa Jessica sudah ketularan bodohnya Yuri?

Toxic relationship Donde viven las historias. Descúbrelo ahora