40. pintu merah.

610 30 0
                                    

Haii assalamu'alaikum..
Alhamdulillah.. Udah part 40.
Pantengin terus yahh cerita akuu.

Happy readinggg.

Happy readinggg

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


°°°

Di tempat lain, tepat di kediaman rumah abraham yaitu ayah adijah. Umi adijah, Mendengar kabar dari zahra bahwa adijah hilang dan shaka beserta kawannya tengah mencari mereka.

"Sampai sekarang belum ada kabar zahra?" Tanya umi khawatir di lihat wajahnya sangat pucat dan nada ketirnya. Pasalnya sudah 2 hari tetapi belum ada kabar dari shaka maupun ke dua sahabat shaka tentunya.

Zahra menghelah napas berat, lalu menggeleng pelan. " Belum umi, aku udah hubungi mereka. Tapi handpone mereka ngak ada yang aktif." Jawabnya zahra dengan wajah lesunya.

Nampak mata umi berkaca kaca, ia sangat terpukul mendengar kabar adijah menghilang. Abraham suaminya pun, sudah ia beritahu dan akan di tindak lanjutkan ke pihak berwajib.
Tetapi, belum ada juga kabar sampai kini.

Zahra mengelum bahu umi, menyalurkan kekuatan untuk umi adijah yang sudah ia anggap ibu baginya. " Yang sabar yah umi, aku yakin kok mereka akan temuin dijah secepatnya." Umi menganguk lirih mendengarnya.

" Yaa.. Allah temukan lah anak hamba mu ini, semoga ia dalam keadaan baik baik saja ya rabb.."

"Umi.."

Suara panggilan dari abraham, membuat umi yang tengah menunduk menoleh ke arah abraham suaminya. Terlihat wajah abraham sangat pucat sepertinya, mungkin karna efek putrinya menghilang.

"Aku udah tahu di mana keberadaan mereka." Umi terlonjak kaget segera berdiri menghampiri suminya dengan raut wajah berbinar.

"Di mana mereka mas?" Tanya umi cepat.

Abraham mengelus pucuk kepala umi, berusaha menenangkannya. " Kamu tenang dulu yah. Sebentar lagi aku bakal ke tempat mereka." Ujarnya seraya membawa umi duduk kembali ke sopa.

Zahra yang sedari tadi hanya terdiam pun, menatap abraham penasaran. Ia sangat ingin tahu keberadaan adijah sahabatnya itu.

" Abi.. Beneran tahu di mana mereka?" Abraham mengganguk mengiyakan

Air mata zahra luruh, " Dimana mereka abi?"

•••

" Mereka mulai mengcurigai pintu itu." Ucap galrland kepada sosok lelaki paru baya di depannya ini

Lelaki tersebut tertawa, " Biarkan mereka menemukan gadis malang itu. Biarkan mereka senang karna telah menemukan gadis itu." Garland menyengit heran mendengarnya

"T-tapi, rencana kita ka-"

Saat akan membantah, tatapan tajam di layangkan padanya. " Jangan membantah garland. Kau di sini hanya untuk mematuhi perintahku bukan mengkritiknya. Paham!" Wajah parubaya itu nampak datar dan dingin seolah akan memhabisi siapapun di depannya.

Garland menganguk kaku, sebenarnya ia sangat tak setuju apa yang di katakan oleh paru baya di depannya ini. Tapi, apa yang bisa ia buat seluruh rencana ini adalah sepenuhnya milik lelaki gila di depannya ini.

Lelaki itu menepum bahu garland yang tengah melamun, "kau jalankan rencana selanjutnya, sebentar lagi akan ada hal yang mengejutkan. " Ujarnya mengangkat bibir kiri nya, Mampu membuat Garland melihat pun mengedik ngeri.

Garland menganguk patuh. " Saya akan laksanakan." Paru baya tersebut menepum dua kali bahu garland lalu berlalu dari sana.

Melihat kepergian parubaya itu, ia menggeram kesal. "Kalau aja dia ngak sepenuhnya dalam rencana ini, gue udah habisi dia dari lama." Ketusnya seraya melempar barang yang ada di sekitarnya.

"AKH... GUE NGAK BOLEH TINGGAL DIAM."

•••

"Lo yakin ini pintu nya?"

Shaka menganguk mantap, ia tak salah lagi ini pintu yang ia lihat. Karna pintu ini sangat berbeda dari yang lain. Sekarang mereka tengah berdiri di depan pintu di mana pintu ini yang shaka curigai.

"Gue yakin ini, gue masih ingat lorong ini. Di sini gue nemuin lihat pintu ini yang paling beda dari yang lain." Pungkasnya menatap kedua sahabatnya yakin.

Dito dan bara menatap heran, pintu yang berwarna merah itu. Pintu yang sangat beda dengan yang lainnya. Ia curiga adijah berada di dalam.

" Di lihat- lihat pintu ini, gue jadi kepo dalamnya." Timpal dito tak mengalihkan pandangannya oleh pintu tersebut.

Bara menganguk setuju, " Gue juga."

Dito dengan kepenasaran yang tinggi, akhirnya perlahan mengapai kenop pintu itu. Ia putar dan..

"Lah.. Kok ngak kebuka." Dito menyengit heran saat pintu itu tak bisa ia buka.

"Biar gue coba." Dito mundur selangkah dengan wajah kesalnya,bmempersilahkan shaka untuk membuka pintu itu.

Krett kret

Nihil.. shaka juga tak bisa membukanya , sepertinya pintu ini memang di kunci. Menatap dito dan bara lalu, menggeleng tak bisa.

Dito melebarkan matanya, " Nah. Gue bilang apa pintunya ngak bisa di buka." Ujar dito dengan wajah kesalnya.

"Terus gimana?" Lanjut dito seraya memikirkan cara membuka pintu tersebut.

Bara menghela napas berat, menatap dito datar " Dobrak." Ketus bara, mendengar hal itu dito menepuk jidatnya

" Benar juga, kenapa ngak dari tadi coba."

Shaka menggeleng kepala, melihat kelakuan dito yang masih saja santai saat genting saat ini. Mereka, akhirnya bersiap siap untuk mrndobrak pintu tersebut. Dengan posisi bara dan dito di sebelah kanan dan kiri sedangkan shaka berada di tengah tengah mereka.

" Siap?!"

Dito dan bara mengganguk. Mendapat persetujuan shaka pun akhirnya menghitung.

"Satu.. Dua.. Tiga.." Setelah hitungan ke tiga mereka pun mendobrak pintu itu secara bersamaan. Cobaan pertama gagal, yang ke dua juga sama dan ketiga..

BRAK..

°°°

Perkara pintu merah mereka jadii keluarin tenaga.. Aduh.

Gimana part ini?
Kedepannya bakalan ada hal yang mengejutkan loh!

Yukk di simakk! Jangan lupa di vote dan comment.

Minal aidin walfaizin🙏

Masyaallah, Suami! (End)Where stories live. Discover now