PROLOG

1.5K 30 0
                                    

WARNING: BACA SELAMA MASIH ON GOING, BEGITU TAMAT, AKAN SEGERA DI UNPUBLISH!

JUDUL: TAWANAN HATI SANG TAIPAN

SERIES: DARK MARRIAGE SERIES 2

(SERI 1: TERPERANGKAP DENDAM DAN CINTA, SERI 3: PLAYBOY JATUH CINTA, SERI 4: MEMIKAT CEO YANG TERLUKA. SEMUA TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BUKU, KARYA KARSA, DAN PDF YANG BISA DI ORDER DI WA AKU: 08125517788)

OLEH: EVATHINK (COPYRIGHT)

GENRE ROMANCE 21+

CERITA AKAN DILANJUTKAN DI WATTPAD SAMPAI TAMAT!

Prolog

Sharen Vikander berjalan kaku di atas sepatu hak tinggi berwarna hitam yang tampak serasi di kaki mungilnya. Tubuh langsingnya dibalut gaun hitam elegan dengan model leher rendah dan tanpa lengan. Panjang gaunnya setengah paha, yang dengan sempurna mengekspos kaki jenjang indahnya yang langsing nan putih mulus.

Sharen yang tidak terbiasa dengan pakaian seminim ini, terpaksa sesekali menaikkan leher gaun ke atas, atau ujung gaun yang terlalu pendek ke bawah, agar lebih menutupi pahanya dari santapan umum.

Namun usaha Sharen gagal total. Gaun Judith yang dipinjamkan kepadanya ini, berbahan sangat bagus dan pas di tubuh. Jadi, meski ditarik seperti apa pun, Sharen tak mampu membuat leher gaun itu lebih naik ke atas atau ujungnya lebih ke bawah.

Sharen dan Judith seumuran, dan mereka sudah berteman sejak kecil. Karena tergiur melihat kesuksesan Judith yang baru setahun ini bekerja di ibu kota, Sharen nekad menyusul sahabat yang sebaya dengannya itu, meski tanpa restu orangtua.

Di usianya yang ke dua puluh dua tahun, untuk pertama kalinya Sharen berpisah jauh dari orangtuanya dan meninggalkan kota kecil yang asri dan damai tempat ia bernaung sejak lahir. Namun semua itu ia lakukan demi impiannya. Ia ingin sesukses Judith dan mengajak kedua orangtuanya tinggal di kota metropolitan dengan kehidupan mewah. Bukan tinggal di kota kecil dengan kehidupan sederhana dan menghabiskan waktu sepanjang hari di toko buah milik ayahnya yang tak seberapa besar.

Sharen melangkah ragu, mengikuti Judith memasuki sebuah kelab malam kelas atas. Dadanya berdebar tatkala merasakan suasana gemerlap nan ingar-bingar.

Sharen ingin bertanya untuk apa Judith membawanya ke tempat ini? Bukankah tadi Judith bilang mau mengajaknya bertemu teman yang akan memberinya pekerjaan? Tapi mengapa mereka justru berada di sini?

Pertanyaan Sharen tertelan begitu saja, ia tidak mungkin bertanya dalam ingar-bingar musik. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengikuti langkah sahabatnya itu yang terlihat begitu terbiasa dengan dunia gemerlap seperti ini.

Judith mengajaknya duduk di sebuah sofa. Sharen hanya menurut dengan perasaan cemas. Di dalam hati, ia berharap agar semuanya berjalan lancar. Semoga teman Judith bersedia mempekerjakannya, dan Sharen berjanji tidak akan menginjakkan kakinya ke tempat menakutkan ini lagi.

***

Dengan dikawal beberapa pengawal, Lando Everard memasuki sebuah kelab malam kelas atas yang menjadi tempat hiburannya tatkala sedang senggang dan ingin bermain-main.

Tapi malam ini Lando bukan sedang senggang atau ingin bermain-main. Ia butuh pelampiasan. Pelampiasan kemarahan yang sedang menggrogoti dadanya, tepatnya. Suasana hatinya sangat buruk. Salah satu bisnisnya sedang mengalami kerugian. Pabrik konfeksi pakaian dalam miliknya terbakar tadi malam.

Bukan kerugian yang membuat Lando marah. Uangnya berlimpah ruah. Di usianya yang menginjak tiga puluh empat tahun, ia sudah memiliki sayap-sayap bisnis di berbagai bidang. Taipan sepertinya tak merasa pusing jika kehilangan sedikit uang.

Kekalahanlah yang membuat darahnya bergolak. Pabriknya dibakar oleh salah satu lawan bisnisnya yang tidak terima perusahaannya maju semakin pesat. Pakaian dalam produksi perusahaannya bukan hanya dipasarkan di dalam negeri, bahkan sudah di ekspor ke berbagai negara, dan hal tersebut tentu saja membuat lawan bisnisnya iri.

Semua anak buahnya menjadi sasaran amukan kemarahannya. Dan dalang dari semua itu tertangkap. Salah satu pegawainya berkhianat karena tergiur oleh uang sogokan pihak lawan.

Tak tanggung-tanggung, Lando melampiaskan kemarahannya. Memukul sendiri pengkhianat itu dengan tangannya yang kekar berotot. Setelah puas, ia menyerahkannya pada Jack, kepala pengawal sekaligus tangan kanannya, yang tahu harus melakukan apa pada pengkhianat itu. Mengirimnya ke penjara atau membuangnya ke hutan dalam kondisi tangan dan kaki terikat, membiarkannya mati dimakan binatang buas!

Lando mengisap rokoknya dalam-dalam, lalu mengembusnya pelan.

Pintu terbuka, dan muncul seorang pria setengah baya berkepala botak yang spontan tersenyum lebar dan penuh hormat padanya, yang seketika membuat Lando jijik merasakan aura penjilat di sana.

"Ini Alisa, gadis terbaik kami malam ini, Tuan."

Lando menatap manajer kelab malam itu dengan dingin. Ia memberi kode agar si gadis bernama Alisa yang terlihat berumur awal dua puluh itu untuk mendekatinya.

Si gadis yang berbalut pakaian seksi nan minim, berjalan dengan lenggak-lenggok menggoda ke arahnya.

Begitu gadis itu berada di dekatnya, Lando segera menariknya hingga terduduk di pangkuannya. Ia menunduk dan melumat bibir gadis itu dengan buas. Tangannya juga dengan sangat cepat sudah berada di sela paha si gadis.

Si gadis membalas ciuman Lando dengan sama buasnya. Ia mendesah kecil tatkala tangan Lando bermain di pusat dirinya.

Lando melepas ciumannya dan mengumpat tak senang. Ia bosan mendapat mainan yang begini-begini saja. Wanita nakal, penuh nafsu dan liar!

Lando ingin sesuatu yang baru. Sesuatu yang luar biasa dan menantang!

Dengan kasar Lando mendorong gadis itu hingga terjatuh di lantai. Pekikan kecil keluar dari bibir yang dipoles lipstik merah menyala itu.

"Aku bosan yang model begini!" desis Lando marah.

Si manajer yang mendengar itu, segera meminta maaf dengan membungkukkan badan serendah-rendahnya. "Maafkan saya, Tuan. Akan saya carikan yang lebih baik."

Suasana hati Lando yang sedang buruk semakin buruk. Dengan sepatah kata penuh amarah, ia mengusir si gadis dan manajer kelab malam.

Dengan kebosanan yang sudah mencapai hingga ke ubun-ubun, Lando kembali menatap seisi kelab malam.

Gadis-gadis cantik bertebaran di sana-sini. Namun Lando sudah terlalu bosan setiap malam mencicipi gadis seperti itu. Tubuh indah, nafsu besar, dan liar di atas tempat tidur.

Lando butuh gadis yang berbeda, yang bisa memberinya kepuasan tak terhingga.

Lalu iris mata berwarna abu-abu miliknya yang selalu bersinar dingin, tiba-tiba menajam saat melihat sesosok yang terlihat tidak nyaman dalam balutan gaun seksi di tubuhnya.

Dandanannya tidak secantik gadis lain di ruangan itu. Riasannya terlalu biasa. Namun, dalam gemerlapnya kelab malam, Lando merasakan sesuatu yang berbeda saat matanya menangkap ketegangan di wajah itu.

Lando menyugar sekilas rambut cokelatnya yang tersisir rapi dengan mata menatap tak berkedip ke arah gadis itu. "Aku mau dia!" Lando menunjuk gadis bergaun hitam yang terlihat duduk sendirian.

Jack, kepala pengawalnya, segera sigap, melihat baik-baik siapa yang ditunjuk oleh sang bos, lalu berlalu pergi.

***

bersambung ....

jangan lupa vote dan komen cetaarnya guysss

jangan lupa juga follow instagram dan karya karsaku ya. rencananya aku akan sering bikin give away berhadiah baca gratis novel aku yang di karya karsa!


Tawanan Hati Sang TaipanWhere stories live. Discover now