PART 19

40.4K 2K 40
                                    

PART 19

Sharen duduk bersandar di kepala ranjang dengan pikiran berkelana. Tak habis-habisnya ia memarahi diri sendiri akan kebodohannya yang membuat ia menjadi tawanan sang taipan.

Pintu kamar yang tiba-tiba terbuka membuat la-munannya buyar. Ia mendongak menatap ke arah pintu.

Sosok tampan bertubuh gagah yang mengenakan setelan rompi dan kemeja tanpa dasi itu, melangkah ringan dengan dagu yang selalu terangkat angkuh dan mata abu-abunya yang bersinar dingin. Dua kancing teratas kemejanya tampak terbuka memamerkan dada bidangnya yang sensual menggoda.

Sharen mendengus kesal melihat sosok yang sudah memperlakukannya semaunya itu.

Tiga hari sudah berlalu dari saat ia ditemukan dan kemudian mendapat hukuman tato di bagian intim tubuhnya. Dan selama tiga hari ini juga, ranjang yang ia tempati tak pernah dingin. Meski tidak menyatukan tubuh mereka, namun pria itu memintanya memuas-kannya dengan mulut. Lalu saat mencapai puncak, pria itu dengan seenaknya menumpahkan diri ke wajah atau di dalam mulutnya, membuat Sharen kesal dan bergairah pada saat bersamaan.

Terkadang Sharen pikir ia mulai gila seperti pria itu. Ia ditawan, dipaksa melayani hasrat sang taipan, tapi anehnya ia mulai terbiasa, bahkan menikmati lebih dari yang mampu ia pikirkan.

"Apa yang sedang kau pikirkan, Manis? Apakah kau sedang merindukanku?" suara itu lembut tapi mengejek. Ia duduk di sisi ranjang, menatap Sharen dengan tatapan menggoda.

Sharen mendengus kesal dan menggeserkan tubuh-nya menjauh. "Apa yang kau inginkan?" tanya Sharen defensif. Tidak biasanya sang taipan menyambanginya saat siang. Selama menjadi tawanannya, hanya sesekali Lando berada di rumah saat siang hari—Sharen menduga pria itu sibuk mengurusi bisnisnya—dan ia lega bila pria berengsek itu tak berada di dekatnya.

Suara kekehan dingin yang keluar dari bibir ke-cokelatan di depannya membuat Sharen kesal. Ia menatap Lando dengan tatapan tajam menusuk, berharap pria itu tahu kalau ia marah.

Tentu saja pria itu tahu, gerutu Sharen marah pada diri sendiri. Hanya saja pria berengsek itu tak pernah peduli.

"Pertanyaan yang aku sukai, Sayang." Lando me-nyeringai sambil mengulurkan tangan untuk menyingkap gaun tidur Sharen.

Sehari-hari Sharen hanya mengenakan gaun tidur seksi. Selain karena ia ditawan di kamar sepanjang hari, juga karena hanya pakaian itulah yang ia punya. Lando tidak memberinya pakaian apa pun selalin gaun tidur dengan berbagai warna gelap dan model menggoda.

Lando baru akan memberinya gaun jika ia akan diajak keluar rumah seperti acara makan malam waktu itu.

Sharen menepis tangan Lando dan menatapnya berapi-api.

Lando mengangkat alis menggoda. "Aku hanya ingin melihat tato yang indah itu, Sayang. Apakah sudah sembuh? Karena aku sudah tak sabar untuk..."

"Kau berengsek!" maki Sharen geram memotong kalimat Lando yang belum selesai terucap.

Lando menyeringai. "Apakah rasanya masih sakit?" tanyanya seolah tidak mendengar kalau Sharen baru saja memakinya dengan penuh amarah.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan? Katakan cepat, lalu keluar dari kamar ini. Aku tak suka melihat tampang jelekmu!"

Dalam sedetik, kilat amarah melintas di mata abu-abu itu, namun kemudian seringai angkuh muncul di wajah tampannya.

"Kau ini memang munafik. Sekarang begitu galak, padahal tadi pagi kau mendesah namaku dengan sensual."

Wajah Sharen memanas mendapat ejekan seperti itu. Lando memang pintar mempermainkan emosinya. Pria itu dengan sorot penuh kemenangan mengingatkan Sharen bagaimana tadi pagi Sharen mendesah dan menjerit tertahan saat lidah pria itu bermain di pusat dirinya dan mengantarnya melambung ke awang-awang.

Lando menyeringai menang. "Oh, rupanya kau lupa. Untunglah aku cukup baik untuk mengingatkanmu."

Dada Sharen bergelombang, tangannya terangkat untuk menampar Lando yang sudah sangat keterlaluan mengejek dan mempermainkannya.

Namun Lando dengan cekatan mencengkeram tangannya dan membawanya ke bibir, lalu mengecup lembut. Sharen menarik tangannya.

"Lepaskan!"

Lando melepas tangan Sharen lalu menyeringai lebar.

Sharen mengelus pergelangan tangannya yang sedikit memerah oleh cengkeraman Lando.

"Baiklah, Sayang. Akan kukatakan apa yang mem-buatku meninggalkan pekerjaanku siang-siang begini dan datang menemuimu."

Sharen mendengus.

"Kita akan menikah seminggu lagi, jadi aku ingin mengajakmu menemui perancang busana siang ini, untuk membuat gaun pengantinmu."

Sharen ternganga. Dalam sepersekian detik matanya tidak berkedip menatap wajah tampan dengan tulang pipi kukuh di depannya.

***
Bersambung...

Evathink


Tawanan Hati Sang TaipanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora