Part 3

90.4K 4.1K 83
                                    

yuhuuuu

selamat membaca, semoga suka.

PART 3

Sharen tersentak dan lamunannya seketika buyar saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. Ia yang sedang duduk di pinggir ranjang berukuran besar di kamar mewah ber-nuansa putih ungu ini, segera berdiri dan tersenyum kaku penuh hormat pada pria—yang baru ia ketahui—ternyata adalah sang bos dari semua pengawal tadi. Sharen tidak tahu siapa namanya. Namun semua pengawal itu me-manggilnya 'Tuan'.

Dada Sharen berdebar tatkala pria berwajah tampan dengan rambut cokelat itu melangkah masuk. Wangi parfumnya yang maskulin seketika membuat seluruh darah Sharen berdesir.

Sharen pikir pria itu akan mendekatinya, ternyata tidak. Tubuh gagah itu menuju sofa yang terletak tidak jauh dari tempat Sharen berdiri.

"Kau sudah siap?" tanyanya.

Sharen bingung harus menjawab apa karena ia tidak mengerti arah pertanyaan itu. Siap? Apakah maksud pria itu siap untuk diwawancara? Tapi mengapa wawanca-ranya malam hari dan di kamar? Bukan di kantor pada jam kerja?

Takut membuat pria yang pastinya akan menjadi atasannya itu menunggu lebih lama, akhirnya Sharen mengangguk dengan senyum tipis yang dilingkupi rasa gugup.

"Kau bisa menari tentunya," ujarnya datar sambil duduk di sofa dan menatap Sharen dalam-dalam.

"Eh?" Sharen menatap mata abu-abu yang bersinar dingin itu dengan perasaan heran. Menari? Mengapa ia harus menari? Apa hubungan pekerjaannya nanti dengan menari? Jika menari menjadi salah satu penilaian pe-kerjaan ini, maka Sharen yakin ia tidak akan lulus tes. Ia sama sekali tidak memiliki bakat menari.

"Ambil bingkisan itu dan silakan ganti pakaianmu."

Mata Sharen mengikuti telunjuk si pria. Ia me-ngangguk pelan dan berjalan ragu menuju meja rias, tempat kotak berbentuk persegi itu terletak.

Tangannya gemetar saat membuka kotak berwarna ungu yang terlihat sangat elegan. Setelah terbuka, perlahan Sharen menyentuh isinya dan menariknya keluar.

Seketika wajah Sharen memerah. Di tangannya terlihat sepasang pakaian dalam berwarna ungu gelap yang sangat minim. Hingga saat ini, ia sama sekali belum pernah memakai model yang begini.

Sharen meletakkan kembali pakaian dalam itu ke dalam kotaknya dengan wajah memanas, lalu meraih pakaian lain yang ada di dalamnya. Sebuah gaun yang juga berwarna ungu gelap, bermodel indah dengan pan-jang setengah paha.

Modelnya perpaduan seksi dan elegan. Tampak sangat indah dan memukau. Hanya saja bahannya sangat tipis. Sharen yakin mengenakan gaun itu tak jauh berbeda dengan telanjang.

Sharen meletakkan kembali gaun itu ke tempatnya semula. Wajahnya yang tadi panas kini berubah dingin. Ia mulai takut memikirkan apa yang akan terjadi se-lanjutnya.

"Tunggu apa lagi? Aku tidak suka menunggu lama."

Suara itu pelan namun penuh tekanan.

Jantung Sharen berdegub kencang. Ia tidak mungkin memakai gaun ini. Seumur hidupnya ia selalu memakai pakaian sopan. Satu-satunya pakaian seksi yang pernah ia kenakan adalah gaun hitam yang sedang melekat di tubuhnya saat ini.

Sharen berdeham untuk mengurangi kegugupannya. Ia memberanikan diri untuk bertanya. "Tapi, Tuan, mengapa saya harus mengenakan gaun ini?"

Seketika Sharen melihat mata abu-abu itu berkilat bahaya. Pasti pria itu tidak suka dengan pertanyaannya.

Sharen menunduk gelisah dengan dada yang ber-debar makin tidak menentu. Ia menjalin jari-jemarinya di depan tubuh.

"Aku ingin kau memakai gaun itu dan menari striptis."

Tawanan Hati Sang TaipanWhere stories live. Discover now