PART 7

1.5K 56 0
                                    

PART 7

Alunan musik klasik menemani siang Lando yang sedang mengisap rokok sambil menikmati anggur di bar yang ada di kamarnya. Di dalam hatinya, timbul kesenangan yang tak terduga. Sudah dua hari ini ia menawan gadis itu, dan ia merasa sangat puas dengan layanannya yang setengah terpaksa.

Tanpa sadar, seringai tipis terukir di bibirnya yang selalu melengkung angkuh. Lalu seringai itu memudar dan terlihat kerutan menghiasi kening wajah tampannya.

Lando sedikit merasa heran. Mengapa setelah dua hari menggauli Sharen, ia masih belum merasa bosan tapi semakin tergila-gila?

Gadis itu begitu luar biasa menarik hati. Sudah berkali-kali menjerit puas dalam pelukannya, namun selalu menolak saat ia mulai mencumbunya.

Tapi semakin Sharen menolak, Lando semakin tertantang untuk menaklukkannya. Ia baru akan puas jika bibir ranum itu menjerit dan terus menjerit saat ia mengantarnya mencapai puncak kenikmatan berkali-kali.

Membayangkan wajah dan tubuh indah itu berkeringat dan menggeliat sensual dalam pelukannya membuat Lando tergoda ingin mengulang percintaan mereka yang memabukkan.

Namun semua keasyikan dan rencana yang baru melintas di benak Lando tiba-tiba terganggu oleh ketukan di pintu.

"Masuk!"

Jack, kepala pengawalnya, melangkah masuk dengan langkah lebar.

"Ada apa?" tanya Lando kurang senang.

Jack sedikit membungkukkan tubuh gagahnya saat sudah berada di depan Lando. "Ada nyonya besar datang bertamu, Tuan," lapor Jack dengan sopan.

Lando mencibir tak senang. Nyonya besar yang dimaksud adalah seorang wanita berusia empat puluh lima tahun yang masih segar dan cantik. Namanya Jeslin, dan dia adalah ibu tiri Lando. Janda beranak satu yang entah bagaimana bisa membuat ayahnya bertekuk-lutut di kakinya.

Jeslin tidak seburuk mana, selalu berusaha bersikap hangat, meski sikap yang Lando tunjukkan padanya, justru sebaliknya.

Hanya saja sejak awal dikenalkan pada Jeslin empat tahun lalu, Lando tak pernah merasa respek pada janda beranak satu itu. Apa yang membuat janda muda menikahi pria berumur awal enam puluh selain karena harta?

"Aku akan menemuinya," ucap Lando sambil mematikan rokoknya ke asbak. Ia menyesap sejenak anggur di gelas, lalu turun dari kursi bar.

Ditemani Jack, Lando melangkah menuju ruang tamu.

"Hello, anak ibu. Bagaimana kabarmu, Sayang?"

Lando baru saja tiba di ruang tamu, dan ia sudah mendapat sapaan yang tak menyenangkan dari si ibu tiri. Sapaan manis yang menurut Lando sangat berlebihan dan dibuat-buat.

Tanpa sadar Lando mendengus kesal. "Aku sedang sibuk, Ibu," jawab Lando tak acuh.

Tentu saja ia sedang sibuk. Sibuk dengan Sharen. Tapi ibu tirinya tak perlu tahu. Lando tidak mau ibu tirinya membuat laporan aneh-aneh pada ayahnya. Semisal bahwa ia semakin nakal dan tak terkendali hingga menawan gadis muda di rumahnya. Harus Lando akui, ibu tirinya sangat patuh pada ayahnya, jadi tidak menutup kemungkinan ibu tirinya akan melaporkan apa pun yang ia lihat dan tahu tentang kehidupan pribadi Lando.

"Jadi, ada apa?" tanya Lando sambil duduk di sofa tepat di hadapan ibu tirinya. Wajahnya dingin, tidak ada kesan ramah sama sekali, dan memang seperti itulah ia bersikap, pada siapapun.

Seorang pelayan yang datang menghidangkan minuman, membuat Jeslin menahan ucapannya sejenak. Setelah pelayan itu berlalu, ia mulai menatap Lando dalam-dalam. Tatapan menilai tampak terpancar dari balik bulu matanya yang tebal bak anti badai.

"Ibu ingin mengundangmu ke acara makan malam keluarga nanti malam."

Suara itu manis dibuat-buat membuat Lando merasa ingin muntah saat itu juga.

"Aku sibuk, Ibu." tolak Lando tanpa basa-basi. Daripada menghadiri acara makan malam ibu tirinya yang membosankan, lebih baik ia mencumbui Sharen yang manis nan memuaskan. Sekilas seringai tipis tersungging di bibir Lando saat mengingat Sharen-nya yang seksi menggoda.

Helaan napas panjang terdengar.

"Apa kau yakin tidak mau hadir? Sebenarnya Gabriel berencana mengenalkan kekasihnya pada kita semua. Ia akan segera menikah."

Gabriel! Seketika rahang Lando menegang mengingat seorang pria muda berumur dua puluh lima tahun—anak dari hasil pernikahan ibu tirinya dengan suami sebelumnya. Gabriel boleh dikatakan tampan, namun memiliki sifat menyebalkan persis ibunya, penjilat! Dan Lando tak pernah suka padanya.

"Ah, karena kau tak berminat untuk hadir, ibu tidak akan berkecil hati," kata Jeslin sambil berdiri, tampak tak merasa perlu repot-repot mencicipi minuman di depannya. Tas mahal bermerek keluaran terbaru menggantung di lengan kirinya.

Lando mencibir masam. Ia turut berdiri meski enggan. "Terima kasih atas undangannya, Ibu sayang," ujar Lando basa-basi. Sesungguhnya ia sendiri muak mendengar kalimat penuh kepalsuan yang keluar dari bibirnya.

"Ah, iya, kata ayahmu, begitu Gabriel menikah dan memiliki anak, ia akan mewariskan rumah mewah yang sekarang kami tempati pada Gabriel. Rencananya kami akan pindah ke mansion yang baru dibeli ayahmu bulan lalu."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Jeslin berlalu dengan lenggak-lenggok yang menurut Lando sangat menyebalkan.

Beberapa umpatan tak menyenangkan mulai berkeluaran dari bibir Lando. Dadanya bergelombang kasar. Amarah dengan dahsyat membakar hatinya, membuat ia merasa sesak dan sulit bernapas.

Tanpa sadar Lando mengepalkan kedua telapak tangannya yang berada di kedua sisi tubuh. Ia menatap kepergian ibu tirinya dengan mata menyala penuh amarah.

Tidak! Gabriel tidak akan pernah mewarisi rumah bak istana itu yang sejatinya adalah hasil kerja keras ayah dan almarhum ibunya dulu. Di rumah itu Lando tumbuh membesar dalam kasih sayang kedua orangtuanya. Ibunya adalah wanita lembut yang selalu tersenyum penuh cinta. Sebagai anak tunggal, ibunya mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada Lando. Dan Lando tentu saja tidak akan membiarkan rumah penuh kenangan manis itu jatuh ke tangan adik tirinya.

Kini, enam tahun sudah ibunya meninggal, dan empat tahun sudah ayahnya menikahi janda itu, dan selama itu pula Lando harus menahan diri untuk tidak mengusir Jeslin yang sudah mengusik kenangan indah keluarganya dengan aura liciknya di rumah megah itu.

Dan sekarang, mungkin ayahnya dihipnotis hingga mau mewariskan rumah penuh kenangan mereka pada anak dari istri mudanya. Lando tahu percuma saja jika ia protes, ayahnya tidak akan mendengarkannya karena masih mabuk kepayang oleh pesona Jeslin.

Sebenarnya Lando punya pilihan lain agar rumah itu tidak jatuh ke tangan adik tirinya. Ayahnya pernah memintanya menikah dan memiliki anak, lalu mewariskan rumah itu padanya. Namun menikah adalah hal yang sangat menakutkan bagi Lando, sama menakutkan dengan memiliki anak setelah pernikahan itu terjadi. Lando masih ingin bebas berpetualang tanpa ada anak-istri yang membuat kesenangannya terganggu.

Tanpa sadar Lando mengumpat kesal.

Ia harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan rumah itu tetap menjadi miliknya. Dengan cara apa pun!

***

bersambung ....

jangan lupa love dan komen ya teman2. Komen terbaik nantinya akan mendapat voucher baca gratis novel versi full TAWANAN HATI SANG TAIPAN di karya karsa.

makasih

yuk follow/subcribe Instagram/Youtube: evathink

BTW, Novel cerita ini dan karya2 saya yang lainnya tersedia versi buku cetak, PDF dan ebook.

Buku cetak (READY STOCK) dan PDF, bisa diorder pada saya, WA 08125517788

Untuk ebook tamat tersedia di GOOGLE PLAY BUKU & KARYA KARSA (unduh apk di playstore)

Tawanan Hati Sang TaipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang