PART 4

1.9K 51 0
                                    

PART 4

Perawan!

Lando membenci kenyataan yang baru saja didapatnya. Wanita muda menggairahkan yang baru saja ia tiduri, ternyata masih perawan.

Sebagai seorang pria yang sangat suka berpetualang dari pelukan wanita satu ke wanita lainnya, Lando selalu menghindari menggauli gadis perawan. Ia tidak mau dikenang seumur hidup karena menjadi yang pertama.

Namun malam ini, tanpa ia sadari, wanita yang ia pilih untuk menjadi teman tidurnya justru masih perawan. Tidak ia mungkiri, kepuasan yang ia dapat dari gadis bernama Sharen Vikander itu adalah kepuasan yang tak terhingga, yang bahkan selama ini belum pernah ia dapatkan dari wanita manapun.

Lando mengembus napas pelan dan menatap sosok yang sedang turun dari ranjang dan melangkah terseok memungut pakaiannya yang telah sobek, yang tergeletak begitu saja di lantai.

Satu sisi hati Lando ingin segera menarik tubuh itu dan memeluknya, mengajaknya terbang menggapai puncak kenikmatan sekali lagi, namun di sisi lain, ada setitik rasa bersalah menyentuh hati Lando karena telah merenggut kehormatan Sharen. Namun hanya setitik, yang kemudian terhapus begitu saja oleh rasa suka akan kerapatan dan cengkeraman tubuh itu yang sangat memuaskan dirinya lebih dari apa pun. Lebih dari wanita manapun!

Tubuh seindah gitar spanyol itu menghilang di balik pintu kamar mandi bersamaan dengan menghilangnya suara isak tangisnya yang pelan. Tidak lama kemudian terdengar suara gemericik air pancuran yang menandakan wanita cantik itu kini sedang mandi.

Lando menyeringai sinis. Untuk apa mandi? Dalam waktu singkat, ia akan kembali mencumbu tubuh itu. Membawanya terbang menyambut badai kenikmatan.

Lando sudah tak sabar kembali merasakan kerapatan tubuh yang membuatnya mabuk ingin terus dan terus berpacu menggapai puncak kenikmatan tiada tara itu. Namun tentu saja, ia harus memakai pengaman nanti, Lando memperingatkan dirinya.

Gadis itu masih perawan dan polos akan hubungan di atas ranjang, mungkin saja dia belum meminum pil pencegah kehamilan. Dan Lando berharap ledakan gairah mereka yang ia tumpahkan di dalam diri gadis itu tadi, tidak membawa buntut panjang dalam hidupnya.

Sebelumnya Lando tak pernah lupa memakai pelindung saat berhubungan intim dengan wanita manapun, namun rupanya ledakan hasrat yang dahsyat pada Sharen telah membuatnya melupakan hal yang sangat penting itu.

Lando sangat alergi memikirkan akan menikah dan memiliki anak. Lando senang bisa menikmati masa lajangnya dan bebas melakukan apa saja yang ia suka—bebas tidur dengan wanita manapun yang ia suka, tepatnya.

Menikah dan memiliki anak adalah hal terakhir yang ada di benak Lando saat ini. Ia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya akan terikat pada satu wanita seumur hidup, atau pun jika ia mencoba untuk bermain-main dengan wanita lain, sang istri tentu akan mengamuk bak badai pasir yang siap menelannya. Atau tentang tangis bayi yang harus ia dengar setiap hari.

Hal tersebut tidak ada di benak Lando. Terlalu menakutkan meski hanya untuk dibayangkan.

***

Sharen merasakan guyuran air dingin dari pancuran yang menyiram kepala dan seluruh tubuhnya. Sejenak ia menggigil. Sekujur tubuhnya terasa seperti beku oleh kedinginan yang menusuk.

Mata Sharen terpejam. Tangannya meremas kepalanya yang kini telah basah. Bayangan demi bayangan yang baru saja terjadi memenuhi benaknya, membuat air mata mengalir deras dari sudut matanya, seakan berlomba dengan curahan air pancuran yang membasahi wajah dan sekujur tubuhnya.

Kini dirinya tidak suci lagi! Sharen sangat sedih atas semua yang terjadi. Satu-satunya miliknya yang paling berharga, yang selama ini telah ia jaga dengan baik, hilang dalam semalam direnggut pria tak dikenal. Dan ia sama sekali tak berdaya untuk menyelamatkan diri. Untuk mempertahankan kehormatannya.

Sharen menyesal, mengutuki dirinya yang tidak mawas diri. Pria bernama Lando Everard itu pastinya bukan teman Judith. Judith tidak mungkin menjerumuskannya ke lembah nista. Kesalahannyalah yang membuatnya berakhir seperti ini. Ia tidak bertanya lebih dulu siapa pria itu dan mengikutinya begitu saja.

Sharen meremas kepalanya semakin kuat, meninggalkan rasa sakit pada kulit kepalanya. Bayangan-bayangan buruk mulai memenuhi benak Sharen. Bagaimana jika hubungan tadi membawa akibat yang tidak ia ingini? Bagaimana jika ia hamil? Pria berengsek itu sama sekali tidak memakai pelindung.

Tubuh Sharen seketika kembali menggigil. Bukan oleh rasa dingin, melainkan oleh rasa takut yang mulai memenuhi benaknya. Jangan sampai hal itu terjadi. Sharen tidak akan kuat menanggung aib hamil tanpa menikah. Tanpa suami. Orangtuanya juga pasti akan kecewa dan malu.

Sharen menangis sesenggukan dalam guyuran air pancuran. Ingin berteriak namun tahu percuma saja. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. Waktu tak bisa diputar. Ia tidak bisa kembali ke masa sebelum bertemu pria bernama Lando Everard itu.

***

bersambung ....


jangan lupa vote dan komen, teman2

follow instagram dan karya karsaku: evathink


Tawanan Hati Sang TaipanWhere stories live. Discover now