PART 3

1.9K 49 0
                                    

PART 3

Sharen benar-benar ketakutan. Kakinya makin melemah membuat tubuhnya hampir roboh.

Si pria dengan cepat menahan tubuh Sharen.

"Jangan sentuh aku!" Sharen menepis tangan pria itu dan segera berlari ke bagian lain kamar, berusaha menyelamatkan diri.

Pria itu menyeringai dingin. Ia berjalan mendekati Sharen, membuat Sharen bergerak mundur dengan mata membesar.

Tiba-tiba Sharen merasakan kakinya membentur sesuatu yang ternyata adalah sofa, lalu terduduk di sana. Sharen ingin segera bangkit, namun pria itu dengan cepat mendekat dan menindihnya.

"Apa kau pikir bisa semudah itu pergi tanpa memuaskanku lebih dulu, Nona Manis?" si pria meremas pelan dada Sharen membuat Sharen berteriak tak rela. "Jika kau tidak mau menari, aku tidak akan marah. Mari kita bersenang-senang saja."

"Lepaskan aku! Aku tak sudi disentuh olehmu!" balas Sharen panik dengan napas memburu. Tangannya berusaha menyingkirkan tangan si pria yang sedang meremas payudaranya.

Pria itu menyeringai dengan mata abu-abunya yang berkilat penuh gairah. "Kita akan bercinta sepanjang malam. Saling memuaskan, Manis. Aku yakin kau akan ketagihan oleh belaianku."

Sharen sangat ingin sekali lagi meludah wajah di depannya yang memiliki mulut kurang ajar. Namun tenggorokannya terasa kering.

Sharen bergidik jijik. Bercinta! Kata itu tidak tepat! Pria itu ingin menggagahinya, memaksanya, bukan bercinta!

Dalam hitungan detik, pria itu bangun, meraih tubuh Sharen dan membopongnya menuju ranjang. Sharen berteriak dan berusaha melepaskan diri, namun tak berhasil.

Begitu tiba di ranjang berseprai putih dengan motif ungu, tubuhnya dihempas dengan kasar. Sharen merasa pusing. Ia memejamkan mata dan mengatur napas agar rasa pusingnya berkurang.

Tiba-tiba Sharen merasakan himpitan tubuh gagah. Ia membuka mata dan berteriak marah tatkala melihat pria itu sudah menindihnya. Dengan kasar dan sekuat tenaga, Sharen mendorongnya.

Namun tubuh gagah itu bergeming. "Lebih baik kau menurut dan nikmati percintaan kita, Nona Manis. Aku yakin kau akan sangat puas oleh servis dan perangkatku," bisiknya sambil menunduk dan mengecup leher Sharen.

Sharen menggeleng panik dan kembali mendorong dada pria itu, namun tenaganya yang tak seberapa sama sekali tak membuahkan hasil.

Sharen merasakan tenaganya semakin berkurang. Tapi keinginan untuk mempertahankan kehormatannya membuatnya kembali mendorong pria itu. Ia berusaha menggerakkan kakinya untuk menendang. Sekali lagi tak berhasil.

Setetes air mata putus asa menetes dari sudut mata Sharen tatkala bibir itu merayap turun dan membelai puncak dadanya dari luar gaun.

Darah Sharen terbakar. Pertama kali ia diperlakukan seperti ini. Alih-alih terhina, Sharen merasakan amukan rasa yang tak pernah dikenalnya. Ada sesuatu yang berdesir di pusat dirinya.

"Hentikan," pinta Sharen terengah sambil menahan kepala pria itu yang terus bermain di dadanya. Darahnya terbakar oleh gelombang hasrat yang untuk pertama kali menerpanya. Gelombang yang membuatnya terombang ambing.

Bukan menghentikan gerakannya, pria itu justru meloroti leher gaun dan bra Sharen hingga dadanya yang indah terpampang sempurna.

Sharen memejamkan mata. Malu bagian dirinya yang sangat pribadi dilihat oleh pria asing. Pupus sudah keinginannya yang hanya ingin menyerahkan diri pada pria yang akan menjadi suaminya kelak.

"Kau begitu indah," bisik pria itu penuh gairah. Lalu lidahnya menyapu puncak dada Sharen, menggelitik dengan sensual sementara tangannya membelai dan meremas payudara Sharen yang sebelahnya lagi, membuat Sharen ingin menjerit antara tak rela dan terbakar hasrat.

Sharen ingin mendorong kepala pria itu, tapi entah hilang ke mana seluruh tenaganya. Yang dapat ia rasakan hanyalah kenikmatan yang menggila, yang membuat seluruh darahnya bergolak dan pusat dirinya dengan tak tahu malu berdenyut mendamba.

Sharen mulai merasa perkataan pria itu benar adanya. Ia tak lebih dari seorang wanita munafik. Bagaimana bisa ia merasakan getaran hasrat dan rasa nikmat membakar setiap sel tubuhnya, sedangkan pria itu sedang berusaha menggagahinya secara paksa?

Pria itu mengisap pelan puncak payudaranya, membuat Sharen melenguh.

"Tolong... lepaskan aku. Biarkan aku pergi," pinta Sharen terbata dengan suara serak dalam sisa kesadaran yang masih ia miliki oleh amukan kenikmatan yang menyerang.

Pria itu bergeming akan permintaan Sharen. Lidahnya yang panas terus menggelitik. Menari di atas puncak payudara Sharen yang kian menegang.

Sharen menyerah. Ia tahu, percuma meminta atau melawan dengan keras. Selama pria itu tidak dipuaskan, maka Sharen tak akan dibiarkan pergi. Pintu yang terkunci juga tidak memungkinkan aksi kaburnya terlaksana.

Apalagi teringat perkataan pria itu. Ia lebih rela digauli oleh satu pria daripada oleh belasan—bahkan mungkin puluhan—pengawal-pengawal bertubuh kekar itu.

"Namaku Lando Everard, Manis. Aku ingin kau menyebut namaku saat aku memuaskanmu nanti," bisik pria itu menggoda. Ia mengecup, membelai dan menggelitik.

Sharen mendesah kecil. Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya. Dan jika keajaiban itu tidak datang, maka Sharen tahu, ia akan berakhir dalam amukan gairah si pria mesum.

***

suka?

jangan lupa vote dan komen ya guys

makasih

follow instagram aku dan karya karsa yah: evathink


Tawanan Hati Sang TaipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang