PART 23

30.9K 1.8K 46
                                    

PART 23

Menjadi istri Lando—meski hanya untuk sementara—ternyata tidak buruk. Sharen mendapatkan hal-hal yang sama sekali tidak ia duga.

Lando memberinya beberapa helai gaun, kartu debit dan kredit dan mengatakan ia bebas berbelanja apa saja.

Namun, terlepas dari itu semua, yang paling me-nyenangkan bagi Sharen adalah ia tidak dikurung di kamar lagi. Ia bebas berpergian ke mana pun ia mau dengan catatan dikawal oleh beberapa pengawal Lando.

Sharen tidak peduli jika pun ada seribu pengawal yang mengawalnya. Ia sama sekali tidak berniat melarikan diri. Mendapatkan kebebasan—dalam tanda kutip itu—kembali, sudah membuatnya cukup senang.

Hanya satu yang tidak ia dapatkan, Lando tidak membolehkannya memiliki ponsel. Namun taipan egois itu masih mau berbaik hati mengizinkannya berko-munikasi dengan kedua orangtuanya lewat ponsel khusus, yang jika telah ia gunakan untuk menelepon orang-tuanya, harus dikembalikan pada Lando.

Meski tidak terima sepenuhnya atas perlakuan Lando yang satu itu, namun Sharen berusaha menghibur diri. Bahwa apa yang sudah Lando berikan padanya sudah cukup untuk membuatnya bersyukur. Setidaknya ia tidak perlu menjadi wanita malam seperti Judith.

Ia hanya perlu menjalani kehidupan sebagai tawanan Lando selama sembilan bulan—bahkan jika beruntung, tidak akan selama itu. Siapa yang tahu kalau ternyata ayah Lando berubah pikiran dan memberikan hak kepemilikan rumah itu dalam waktu dekat?—Setelah itu ia bebas sebebas-bebasnya. Anggap saja sembilan bulan ini ia sedang bekerja di sebuah perusahaan.

Meski kurang nyaman memikirkan bahwa ia menipu diri sendiri karena kenyataannya ia tidak bekerja tapi menjadi tawanan Lando, Sharen kembali menghibur diri, mengatakan bahwa ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti arus pemainan Lando untuk mendapatkan kembali kebebasannya. Dan sekali lagi, pastinya ini lebih baik daripada menjadi wanita malam seperti Judith.

Memikirkan hal itu membuat beban pikiran Sharen sedikit berkurang. Dengan hati yang terasa lebih ringan, Sharen bersiap berdandan untuk pergi berjalan-jalan sore. Sekarang ia sudah pandai merias diri sendiri. Ia mendapat khursus kilat dari Zuu atas perintah Lando beberapa hari lalu.

Hari ini adalah hari kedua pernikahannya. Namun karena pernikahan ini hanya sementara, tentu saja tidak ada bulan madu ke manapun. Setelah menggaulinya berkali-kali tadi malam, tadi pagi Lando pergi bekerja seperti biasa.

Tidak ada perubahan apa pun yang mencolok dalam kehidupan mereka. Tidak ada kamar pengantin yang dihias dengan ribuan kelopak bunga mawar merah—tentu saja karena pernikahan mereka bukan pernikahan karena cinta. Ia dan Lando masih menempati kamar masing-masing. Namun seperti tadi malam dan hampir setiap malam sejak ia ditawan, Lando tidur di kamarnya, memeluk tubuhnya hingga pagi setelah hubungan intim yang panas.

***

Bersambung...

Evathink

Tawanan Hati Sang TaipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang