PART 2

1.7K 44 0
                                    

PART 2

"Tunggu apa lagi? Aku tidak suka menunggu lama."

Suara itu pelan namun penuh tekanan.

Jantung Sharen berdegub kencang. Ia tidak mungkin memakai gaun ini. Seumur hidupnya ia selalu memakai pakaian sopan. Satu-satunya pakaian seksi yang pernah ia kenakan adalah gaun hitam yang sedang melekat di tubuhnya saat ini.

Sharen berdeham untuk mengurangi kegugupannya. Ia memberanikan diri untuk bertanya. "Tapi, Tuan, mengapa saya harus mengenakan gaun ini?"

Seketika Sharen melihat mata abu-abu itu berkilat bahaya. Pasti pria itu tidak suka dengan pertanyaannya.

Sharen menunduk gelisah dengan dada yang berdebar makin tidak menentu. Ia menjalin jari-jemarinya di depan tubuh.

"Aku ingin kau memakai gaun itu dan menari striptis."

Sharen tersentak dan mendongak dengan mata me-lebar dan wajah memucat. Suara itu datar, tapi cukup untuk menikam kesadaran Sharen. Striptis! Itu tarian erotis. Apa pria ini pikir Sharen wanita nakal? Sebuah pikiran buruk menyentak kesadarannya. Apa yang ia harapkan akan dipikirkan oleh seorang pria pada gadis yang berada di kelab malam dengan pakaian seksi?

Seketika Sharen menyesal mengikuti permintaan Judith yang menyuruhnya mengenakan gaun ini.

Sharen gemetar. Kali ini bukan karena gugup, melainkan karena rasa takut dan amarah yang melebur membakar darahnya.

Setelah bisa menguasai diri, Sharen menatap berani pria di depannya. "Maaf, Tuan. Anda salah orang, saya tidak bisa menari. Permisi." Setelah mengucapkan kalimat itu, Sharen berjalan cepat menuju pintu kamar. Ia harus pergi atau ia akan menjadi mangsa pria tampan berotak mesum itu.

Sharen tidak tahu sudah berapa banyak wanita yang pria itu suruh menari di kamar ini. Yang jelas Sharen tidak mau menjadi salah satunya.

Sharen meraih kenop pintu. Tak sadar umpatan kecil keluar dari mulutnya tatkala pintu itu tak bisa dibuka. Sharen berbalik dan menatap dingin pria yang terlihat masih duduk santai di sofa.

"Buka pintu ini!" pinta Sharen jengkel. Ia tidak tahu bagaimana kunci pintu ini bekerja. Rumah mewah seperti ini pasti teknologinya serba canggih.

Sharen semakin jengkel tatkala pria itu hanya terkekeh dingin.

"Biarkan saya pergi! Saya gadis baik-baik!" ucap Sharen frustrasi. Entah menguap ke mana keberanian yang sempat memenuhi dadanya sepersekian detik tadi. Kini matanya mulai terasa memanas pertanda sudah sangat ketakutan dan marah pada saat bersamaan.

Ia tidak mau berakhir di sini. Ia tidak mau digauli oleh pria yang baru dikenalnya. Sharen ingin menyimpan kegadisannya untuk pria yang akan menjadi suaminya kelak.

Pria itu berdiri dengan gaya yang menurut Sharen sangat menyebalkan.

Sharen berjalan mundur saat pria itu melangkah mendekatinya.

Baru dua langkah kecil, punggungnya sudah membentur daun pintu. Rasa panik seketika menyerangnya. Ia tidak bisa ke mana-mana lagi.

Pria itu makin mendekat membuat jantung Sharen berdegup berkali-kali lebih cepat.

Mata Sharen melebar saat akhirnya tubuh gagah itu berdiri di depannya dengan tangan kiri ditopang didaun pintu, tepat di samping wajahnya, seolah ingin memerangkapnya.

Sharen merasa kesulitan bernapas. Mereka begitu dekat. Ia dapat merasakan aura pemangsa dari pria itu.

"Kau terlihat manis sekali dengan wajah merah merona seperti ini, Nona," kata pria itu sambil menyentuh pipi Sharen dengan jemarinya.

Mata Sharen membesar menatap mata abu-abu di depannya yang tampak dingin tapi terasa membakar, membuat wajahnya kian memanas.

Napas Sharen tersengal menahan gelombang rasa yang ia tidak mengerti apa namanya. Pria ini membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.

Dengan mengumpulkan seluruh keberanian yang tadi sempat menguap, Sharen menepis jemari langsing nan kukuh itu hingga terlepas dari pipinya.

"Jangan sentuh aku!"

Pria itu menyeringai samar. "Ah... aku sangat suka wanita sepertimu. Malu-malu tapi mau. Sekarang marah-marah, nanti meminta-minta."

Mendengar tuduhan bernada ejekan itu membuat darah Sharen bergolak. Tanpa sadar ia meludah wajah pria di depannya. Jijik mendapati ada pria yang menganggap semua wanita gila seks.

Mata abu-abu di depannya seketika berkilat marah. Wajah berkulit bersih sewarna zaitun terang itu terlihat merah padam. Sharen yakin ia telah membuat pria itu naik darah. Ada rasa takut mencengkeram hatinya, namun sebisa mungkin Sharen menyembunyikannya dari tatapan si pria. Ia harus terlihat berani untuk mempertahankan harga dirinya.

"Kau gadis nakal yang munafik!"

Si pria menghapus air ludah Sharen dengan tangan kanannya. Lalu menunduk dan melahap bibir Sharen dengan kasar dan buas.

Sharen meronta dan berusaha mendorong si pria, tidak rela ciuman pertamanya diambil oleh pria asing berotak mesum dengan cara kasar. Namun usahanya gagal. Tenaganya tidak seberapa dibandingkan tubuh gagah di depannya.

Sharen ingin berteriak marah dan meminta tolong, tapi suaranya tertelan oleh ciuman si pria. Akhirnya Sharen menggigit bibir penuh yang dominan itu.

Teriakan kecil terdengar. Bukan dari bibir Sharen, melainkan si pria mesum. Ia menatap Sharen dengan tatapan berkilat marah, lalu menyeringai.

"Memang tidak salah aku memilihmu, Nona Manis," ucapnya sambil menyeka bibir.

Sharen dapat melihat bibir kecokelatan itu sedikit membengkak dan ada noda merah di sana. Ia puas bisa melukai pria yang sudah mengambil ciuman pertamanya dengan cara kasar.

"Sebentar lagi, akan kubuat kau menggigit bahuku karena tak kuat menahan rasa nikmat."

Mendengar suara penuh ancaman itu, Sharen kembali bergidik takut. Rasa panik seketika menguasai dirinya. Sharen yakin pria itu benar-benar akan menggagahinya. Ia harus pergi. Tapi bagaimana dengan pintu yang terkunci ini?

Meski suhu kamar cukup dingin oleh alat pendingin ruangan, tapi keringat dingin membanjiri wajah dan sekujur tubuh Sharen. Darahnya terbakar oleh rasa takut.

Si pria menyeringai sinis.

"Hilangkan pikiran untuk kabur, Nona. Kau tak akan mungkin bisa keluar dari kamar ini. Dan jika pun bisa, ada belasan pengawalku di luar sana yang siap menerkammu," ejeknya sinis. "Ah, iya, kau boleh memilih, digauli olehku dan mendapatkan kepuasan tak terhingga, atau digilir belasan pengawalku dengan kasar? Mereka biasanya tak pernah membiarkan mangsanya pergi begitu saja tanpa disantap lebih dulu."

Bersambung ....


Yukss vote dan komen, teman2
Makasih buat yg dah dukung aku dg cara beli di google play buku dan karya karsa
Buat yg mau baca gratis di wattpad, tetap ikuti ya. Akan di pos sampe tamat


Tawanan Hati Sang TaipanWhere stories live. Discover now