Destiny 02

923 71 20
                                    

Zee keluar dari kamar mandi setelah mencuci juniornya dan menatap pria itu yang masih terduduk di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi kaki hingga pinggangnya.

Pria itu tersenyum pada Zee dan Zee memgambil kemejanya lalu memakainya.

"Phi, aku sebenarnya ingin memilikimu seutuhnya dan tidak rela ada orang lain yang membooking Phi." ujar pria itu.

"Sayang sekali aku bukan kekasihmu, Saint." ujar Zee.

"Aku tahu, aku juga tidak mungkin membuatmu menjadi kekasihku, aku hanya ingin kau menjadi pemuas nafsuku saja, Phi." ujar pria yang ternyata bernama Saint itu.

Zee pun menunduk dan tersenyum.

"Cepatlah kau bersih2, Saint. Aku keluar duluan." ujar Zee dan memakai sepatunya lalu keluar dari kamar itu.

Setelah Zee keluar kamar, Zee yang masih memegang gagang pintu menundukkan kepalanya dan menahan airmatanya.

Zee menghela nafas panjang dan kembali mendengakkan kepalanya lalu berjalan menjauh dari kamar itu.
.
.

"Zee, kemari kau!" teriak Willie dari dalam kantornya.

Zee yang baru datang ke bar itu pun berjalan menuju kantor Willie dan masuk ke dalam kantor itu.
Zee terkejut melihat Saint yang ada di sana terduduk dengan satu kakinya yang menopang pada kaki yang lainnya.

"Selamat malam, Phi." ujar Saint tanpa beranjak dari tempat duduknya.

"Ada apa kau memanggilku, paman?" tanya Zee tanpa memperdulikan Saint.

"Mulai hari ini kau ikut dengan tuan Saint. Tuan Saint sudah membelimu dariku." ujar Willie dan membuat Zee membelalakkan matanya lalu melihat pada Saint dan Willie bergantian.

"Apa? Apa hak paman menjual aku?" teriak Zee.

"Maaf tuan Saint. Bisakah saya bicara dulu secara pribadi dengan Zee?" ujar Willie dan melotot pada Zee.

"Baiklah. Tapi malam ini Phi Zee ikut denganku." ujar Saint sambil berdiri dari duduknya.

"Tentu saja tuan. Jangan khawatir, Zee pasti akan ikut denganmu dan menjadi milikmu." ujar Willie sambil tersenyum dan membukakan pintu untuk Saint.

Setelah Willie menutup kembali pintu itu, Willie berjalan cepat ke arah Zee dan tiba2 Willie meremas kerah kemeja Zee dan menariknya.

"Kau jangan macam2 Zee. Kau turuti apa kataku, dia membayar dengan uang yang cukup besar hingga bisa menutup hasil kerjamu selama 5 tahun." ujar Willie.

Zee menatap wajah Willie yang masih mengeraskan rahangnya.

"Bagaimana dengan ibuku, paman?" tanya Zee.

Willie pun melepaskan remasan tangannya di kerah Zee dan mundur beberapa langkah dari Zee.
Zee pun membetulkan kerahnya kembali.

"Ibumu aman ditanganku, kau tidak perlu khawatir. Selama kau menurut padaku, ibumu akan hidup dengan nyaman." ujar Willie dan duduk di kursinya di belakang meja kerjanya.

Zee menghela nafas panjang dan menatap Willie.

"Sekarang kau ikut dengan Saint. Hidupmu dan hidup ibumu akan lebih enak dengan begini. Kau yang hanya melayani seorang pria dan ibumu yang akan bahagia dengan kehidupannya." ujar Willie.

"Baiklah. Tapi ingat paman... Jaga ibuku." ujar Zee lalu keluar dari ruang kantor Willie yang tersenyum lebar dan mengikuti Zee keluar.

"Tuan Saint, silahkan kau bawa Zee, dia hanya milikmu sekarang." ujar Willie dan mendorong punggung Zee pelan agar mendekati Saint dan Zee pun hanya menurut.

Saint tersenyum dengan lebar dan menatap Zee dengan pandangan yang penuh kepuasan sementara Zee hanya mendengakkan kepalanya melihat ke sembarang arah.

Setelah itu Saint pun menunggu Zee di bar sementara Zee pulang dan membereskan semua pakaian2nya dan memasukkannya ke dalam koper.

Ketika Zee memasukkan pakaian2nya, Zee tidak dapat lagi menahan airmatanya.
Zee akhirnya terduduk di atas tempat tidurnya dan meremas sprei lalu menundukkan kepalanya dengan rendah dan menangis.

"Mae.. Mae.. Zee rindu... Zee ingin memeluk Mae dan mengadu rasa sakit yang Zee rasa.. Maeee..." isak Zee.

Setelah beberapa saat Zee menaikkan kembali kepalanya lalu menghapus airmatanya dan berjalan ke kamar mandi dan membasuh wajahnya.
.

"Phi, ingat jika adikku bertanya siapa kau, katakan saja kalau kau adalah pelayan pribadiku. Ok?" ujar Saint setelah mereka berdua terduduk di dalam mobil yang membawa mereka menuju rumah Saint.
Zee pun menganggukkan kepalanya.

Mobil pun berhenti di sebuah mansion yang sangat besar.
Zee turun dari mobil itu mengikuti Saint.
Zee menatap rumah itu yang tidak pernah ada sedikitpun dalam bayangannya akan ditinggalinya.

"Ayo masuk, Phi." ujar Saint dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan berjalan mendahului Zee.

Zee melihat pada Saint lalu mengangguk dan kembali menatap rumah itu.

"Phi Saint tumben sudah pulang jam segini hari ini?" tanya seorang pria imut yang sama cantik dan putihnya dengan Saint ketika Zee dan Saint masuk ke dalam ruang keluarga rumah itu.

"Hmm. Phi membawa seseorang malam ini. Dia akan tinggal disini bersama kita, New." ujar Saint.

Zee menatap pria imut itu lalu pria imut itu memberikan wai pada Zee.

"Ohh. Sawadikhap Phi. Selamat datang di rumah kami. Namaku Nunew, salam kenal, Phi." ujar pria imut yang bernama Nunew itu sambil tersenyum.

Zee yang salah tingkah mendapatkan perlakuan seperti itu pun lalu memberikan wai juga.

"Sawadikhap.. nama Phi, Zee. Salam kenal." ujar Zee dan Saint tersenyum melihat tingkah Zee.

"Ayo Phi, aku tunjukkan kamarmu." ujar Saint dan berjalan melewati Nunew yang masih tersenyum yang tanpa Zee sadari Zee pun tersenyum.

Zee mengikuti langkah Saint ke lantai atas rumah itu.
Saint lalu membuka sebuah pintu.

"Ini kamarmu, Phi dan kamarku tepat disebelahmu." ujar Saint dan Zee pun memasuki kamar itu bersama dengan Saint.

Zee menatap kamar itu dengan mata yang membelalak.
Kamar itu begitu besar dengan tempat tidur yang besar lalu ada juga satu set sofa dan lemari yang juga besar.

Saint tersenyum melihat Zee yang terpana dengan keadaan kamar itu.

"Phi." ujar Saint dan menyadarkan Zee lalu menatapnya.

"Aku akan datang kemari jika aku membutuhkan layananmu. Dan kau bisa melakukan apa saja di rumah ini dengan sewajarnya tapi.... Jangan pernah keluar dari rumah ini tanpa aku." ujar Saint dan Zee pun mengeraskan rahangnya lalu dengan terpaksa mengangguk.

"Phi kau ini sangat jarang sekali berbicara apalagi tersenyum. Tenanglah aku tidak akan menyiksamu atau memperbudakmu aku hanya perlu kau di atas tempat tidur, itu saja. Sisanya aku tidak perduli kau mau melakukan apa selama kau memuaskan aku. Ok?" ujar Saint.

Dan Zee kembali mengangguk dengan hati yang sangat terluka karena ucapan Saint.
















TBC

𝓓𝓮𝓼𝓽𝓲𝓷𝔂 21+⛔ (ZeeNunew) (025)Where stories live. Discover now