Destiny 22

480 58 6
                                    

Seminggu kemudian Saint mendapat telp dari Willie kalau rumah yang mereka beli sudah kosong dan siap di tempati.

Saint akhirnya membuat janji untuk bertemu dengan Willie untuk serah terima kunci rumah.

Setelah menutup telp, Saint memanggil Zee dan Nunew.
Tak lama kemudian, Zee dan Nunew pun masuk ke ruang kerja Saint.

"Ada apa Phi?" tanya Nunew dan di susul Zee yang menutup kembali pintu ruang kerja itu.

Setelah Zee dan Nunew duduk di hadapannya.

"Aku akan mengambil kunci rumah Willie besok siang. Aku ingin kali ini Phi Zee ikut denganku dan Nunew." ujar Saint.

Zee pun mengangguk dan Nunew menatap Zee khawatir.

"Apa kau siap, Phi? Ingat, kau harus menghadapi rasa sakit melihat Maemu dan aku yakin Maemu dan Willie akan sangat menyakiti hatimu, bahkan mungkin badanmu juga." ujar Saint.

"Aku harus siap, Saint." ujar Zee sambil menunduk.

"Phi, siapkan saja semuanya, jangan sampai Willie atau Mae Hia menyakiti Hia lebih dalam lagi. Hia akan pergi bersama kita." ujar Nunew.

Nunew menatap Zee yang juga menatapnya.

"Baiklah. Aku pasti akan melindungi kalian. Tapi tidak semuanya bisa aku handle. Phi tetap harus mempersiapkan mentalnya, jangan sampai kita gagal di tengah jalan." ujar Saint.

"Khap." ujar Nunew.

"Phi Saint, kami permisi dulu, ada yang New ingin bicarakan dengan Hia berdua." ujar Nunew sambil berdiri dan memegang tangan Zee.

Saint pun mengangguk dan melambaikan tangannya ke pintu.
Nunew pun keluar dari ruang kerja Saint sambil menggenggam tangan Zee.

"Semoga kau bisa tahan Phi. Jangan karena kelemahan dan ketulusan hatimu mencintai Maemu, kau akan menggagalkan rencana ini dan membuatmu semakin terpuruk." ujar Saint.
.
.
Nunew terus menggengam tangan Zee dan membawanya ke kamar Nunew.
Setelah mereka masuk Nunew menutup pintu lalu menguncinya.

Zee berdiri menghadap tempat tidur Nunew.
Hatinya berkecambuk bagaimana dia akan menghadapi ibunya yang sangat dia sayang namun juga yang sangat menyakitinya.

Zee pun berpikir apakah dia akan kuat menghadapi kehancuran ibunya oleh tangannya sendiri di depan matanya.

Tiba2 Zee terkejut dengan tepukan pelan di bahunya.
Zee membalikkan badannya dan melihat Nunew yang tersenyum dihadapannya.

Zee segera memeluk pinggang Nunew dan menempelkan wajahnya di leher Nunew.
Nunew pun memeluk bahu Zee dan mengelus punggung Zee.

"Aku takut, Nhu. Aku takut tidak dapat dengan tega membiarkan Mae menderita. Dia yang sudah melahirkan aku dan dia juga yang sudah membesarkan aku, walau pada akhirnya..... Aku takut menghadapi dia, Nhu." ujar Zee.

"Hia. Nhu tahu kalau hati Hia tidak akan setega itu pada Mae Hia. Tapi jika Hia membiarkan Mae Hia, Hia akan kembali terjerumus ke dalam perangkap Mae Hia. Kalau sudah begitu, bagaimana dengan Nhu? Apa yang harus Nhu lakukan? Bagaimana hidup Nhu tanpa Hia?" ujar Nunew.

Zee meneteskan airmata mendengar kata2 Nunew.
Perasaan Zee menjadi semakin takut.
Takut kalah oleh ibunya, takut akan menyakiti Nunew yang jelas2 menyayanginya.

Nunew lalu melepaskan pelukannya dan memegang bahu Zee lalu menatap matanya.
Nunew tersenyum, dan menghapus airmata Zee dengan jarinya.

"Hia. Hia jangan takut lagi na! Kita lihat apa yang akan terjadi besok. Nhu akan mengerti jika Hia lebih memilih mengikuti ibu Hia daripada Nhu. Nhu mengerti walau bagaimana pun akan sulit untuk Hia memilih. Nhu pun jika dihadapkan dengan situasi yang sama mungkin Nhu akan bingung. Antara Ibu yang melahirkan dengan seorang asing yang kita sayangi, bukanlah pilihan mudah. Nhu hanya ingin Hia ingat kalau Nhu akan selalu menyayangi Hia dan mendukung apapun keputusan Hia." ujar Nunew dan Nunew kali ini yang meneteskan airmatanya.

Zee menatap Nunew dan memegang kedua pipi Nunew.

'Aku tidak mungkin melepaskanmu Nhu. Orang yang dengan tulus menyayangiku dan melindungiku. Aku akan berusaha membalas semua kebaikan kalian. Tidak mungkin aku membalas kalian yang sudah memberiku kebahagiaan dengan kesedihan.' pikir Zee.
.
.
Nunew melamun setelah Zee kembali ke kamarnya.
Nunew sungguh takut kalau Zee akan kalah dengan rasa sayang Zee pada ibunya dan meninggalkan dia.

Nunew tahu siapa Zee, Zee terlihat kekar diluar, namun hatinya sangatlah lemah.
Zee dapat mengorbankan apa saja demi orang2 yang disayanginya.

Pertama Nunew tahu kalau Zee merasa berhutang pada ibunya karena melahirkan dan membesarkannya.
Kedua Nunew juga tahu kalau Zee sangat menyayangi ibunya walaupun dia tahu kalau ibunya yang telah menjualnya.

'Apa yang akan aku lakukan untuk melindungi Hia? Apa yang akan aku lakukan jika Hia lebih memilih mengorbankan hidupnya demi rasa hutang budi dan sayangnya pada ibunya? Apa aku sanggup hidup tanpa Hia atau hidup sebagai pasangan Hia walau setiap malam Hia akan menjajakan tubuhnya pada orang2 demi ibunya?' batin Nunew.

Tanpa sadar Nunew pun meneteskan airmatanya.
Nunew begitu takut dan bingung akan apa yang harus dia lakukan.

"Nhu sayang Hia, Nhu akan mendukung Hia, tapi apakah Nhu bisa melihat Hia lebih memilih orang yang menyakiti Hia daripada Nhu? Nhu paham kalau orang itu adalah ibu Hia yang telah melahirkan Hia tapi... Dia sudah menjual Hia dan Nhu yang mengambil dan menyelamatkan Hia." ujar Nunew pelan.

"Nhu mohon Hia jangan meninggalkan Nhu." ujar Nunew lagi.

Nunew tidak lagi dapat menahan rasa takutnya akhirnya Nunew berjalan keluar kamarnya dan mengetuk kamar Zee.

Zee membuka pintu dan terkejut melihat Nunew berdiri di depan pintu kamarnya dengan berlinang airmata.

"Nhu, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Zee dengan khawatir dan memegang tangan Nunew.

"Hia jangan tinggalkan Nunew. Nunew takut Hia pergi dan lebih memilih Mae Hia dibandingkan Nhu." ujar Nunew setengah berteriak.




















TBC


Tinggalkan jejak dong buat penyemangat nulisnya.

Yang sudah, makasih banyaaakkkk...
💖💖💖💖

𝓓𝓮𝓼𝓽𝓲𝓷𝔂 21+⛔ (ZeeNunew) (025)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang