Destiny 30

385 55 6
                                    

"Willie, aku menunggu sudah 1 minggu dan kau belum melakukan apa2 pada anak itu. Anak sialan itu masih saja berkeliaran dengan kebahagiaan yang seharusnya menjadi milikku." teriak June.

Willie menghela nafas panjang dan duduk di kursi kerjanya.

"Aku baru sampai di rumah, June. Dan setiap hari hanya itu pertanyaanmu. Aku pun sudah bilang berkali2 kalau untuk mendekati Zee saja sekarang sudah tidak mungkin. Aku tidak mau menanggung resiko barku akan hancur karena ini. Bukannya Zee yang hancur malah aku dan juga kau sendiri June yang hancur. Jika terjadi apa2 pada bar itu, kita akan dapat pendapatan dari mana lagi? Sudahlah lupakan Zee, aku akan mencari gigolo yang lebih tampan dan berpengalaman dari Zee." teriak Willie.

"Ini bukan masalah uang lagi, Wil. Ini masalah dendamku padanya." ujar June.

"Aku tanya padamu, apa yang sudah Zee lakukan padamu ha? Kita yang menjualnya, kita yang sudah menyiksa batinnya. Kau bilang kau mengandung dan melahirkan dia? Kau dengar sendiri ucapannya terakhir kali. Dia tidak meminta kau kandung dan lahirkan." ujar Willie.

"Kau... Kau membelanya lagi?" ujar June dengan memelototkan matanya.

"Terserahlah mau kau anggap apa. Tapi aku menyerah tentang dia. Aku hanya akan fokus pada pekerjaanku saja." ujar Willie.

June menarik nafasnya dan berusaha menurunkan amarahnya yang memuncak.

"Baik. Aku akan membalaskan dendamku sendiri." ujar June dan Willie menatap June yang berjalan membelakanginya keluar dari ruang kerja Willie dan menggelengkan kepalanya.
.
.
.

"Hiaaa.. Tidak... Hiaaaa..." teriak Nunew dan membangunkan Zee yang sedang tertidur.

Zee terkejut dan terduduk menatap Nunew di sampingnya yang masih memejamkan matanya.

Keringat bercucuran di wajahnya dan kepalanya meliak liuk ke kiri dan kanan, airmata pun mengalir di pelipis Nunew.

"Nhu bangun.. Bangun Nhu." teriak Zee dan mengoyang2kan bahu Nunew.

Nunew membuka matanya lalu menatap Zee dan bangkit lalu memeluk Zee.

"Tenanglah, Nhu. Kau hanya bermimpi." ujar Zee sambil memeluk Nunew dan mengusap2 punggungnya.

"Nhu takut Hia. Nhu melihat Hia akan pergi jauh dan meninggalkan Nhu. Hia jangan tinggalkan Nhu." isak Nunew.

Zee tersenyum dan memegang belakang kepala Nunew lalu mencium pelipis Nunew.

"Hia tidak akan pernah meninggalkan Nunew. Jangan takut lagi, na. Itu hanya mimpi." gumam Zee.

"Tapi mimpi tadi terasa begitu nyata, Hia. Nhu takut." isak Nunew.

Zee menarik kepala Nunew dan memegangnya dengan kedua tangannya lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Nunew.

"Nhu, lihat Hia." ujar Zee dan akhirnya Nunew membuka matanya dan menatap Zee.

"Hia tidak akan pernah meninggalkan Nunew. Tidak akan pernah." ujar Zee dan mencium bibir Nunew.

Nunew akhirnya mengangguk dan kembali memeluk Zee.

"Ayo kita tidur lagi." ujar Zee dan membawa tubuh mereka berdua kembali terbaring.

Zee memeluk Nunew dengan erat, dan Nunew pun membalas pelukan Zee dengan sama eratnya.

"Tidak apa2, Nhu. Tidurlah kembali, Hia akan menjaga Nhu sampai Nhu kembali tertidur." ujar Zee dan Nunew pun semakin mendekatkan tubuhnya dan menyamankan tidurnya.

Setelah beberapa saat mereka pun kembali tertidur lelap.
.

Keesokan paginya Zee terbangun terlebih dahulu dan segera ke kamar mandi.
Setelah beberapa saat Zee pun kembali keluar dan mengambil pakaian bekerjanya lalu memakainya.

Nunew membuka matanya dan menatap Zee, lalu Nunew segera bangkit dari tidurnya dan berlari memeluk pinggang Zee dari belakang dan cukup mengejutkan Zee.

Zee tersenyum dan memegang lengan Nunew di pinggangnya.

"Bisakah Hia tidak bekerja hari ini?" ujar Nunew dan menempelkan pipinya di punggung Zee.

"Tidak bisa Nhu. Hari ini Hia akan kedatangan tamu yang akan membooking Pentagon untuk pesta pertunangan anaknya." ujar Zee dan melepaskan pelukan Nunew dan berbalik menatap Nunew.

Nunew mengerutkan dahinya dan menunduk.

"Nhu." ujar Zee dan Nunew pun mengangkat kepalanya dan menatap wajah Zee.

"Nunew masih teringat mimpi semalam, Hia. Dan Nunew merasa takut dan khawatir akan terjadi apa2 pada Hia hari ini. Firasat Nunew jelek hari ini" ujar Nunew dan Zee pun tersenyum.

"Nhu, itu hanya mimpi, hanya bunga tidur, jangan terlalu dipikirkan ok?" ujar Zee dan mengelus pipi Nunew.

Akhirnya Nunew pun mengangguk.

"Hia akan baik2 saja. Bukankah Saint sudah mengirimkan cukup banyak pengawal di Pentagon untuk menjaga Hia? Jadi Nhu tidak usah khawatir." ujar Zee lagi.

"Baiklah, tapi nanti siang Hia telp Nhu saat makan siang, ok?" ujar Nunew.

"Khap khun chai." ujar Zee dan tersenyum.

"Hia duluan ke ruang makan. Nhu cepatlah mandi, Hia tunggu di bawah, ok?" ujar Zee dan Nunew pun mengangguk.

Zee mencium bibir Nunew dan melepaskan pelukannya lalu berjalan keluar kamar.
.
.

Siang harinya sebelum waktu makan siang, klien yang Zee tunggu2 akhirnya datang juga.
Mereka berbincang2 tentang konsep dan acara2 apa saja yang akan dilaksanakan.

Namun di lain pihak June berjalan masuk ke dalam Pentagon dengan memakai topi, masker dan kaca mata hitam serta tas kecil di lengannya.

Tidak ada satupun yang mengenali dan mencurigai June karena memang pada siang hari Pentagon beroperasi sebagai restoran dan cafe.

June duduk di salah satu kursi disana dan memesan beberapa makanan.

Tak lama kemudian June melihat Zee yang sangat gagah dan tersenyum berjalan dengan 2 orang suami istri serta dibelakangnya beberapa orang pengawal.

June mengeraskan rahangnya melihat itu.

"Seharusnya itu aku dan bukan kau, Zee." gumam June pelan.

Zee duduk di salah satu meja bersama pasangan suami istri itu sementara para pengawal berdiri dan berjaga di belakang Zee.

June lalu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan santai menghampiri kursi dimana Zee duduk.

June menghampiri salah seorang pengawal Zee.

"Maaf, saya numpang tanya, dimana letak toilet ya?" tanya June pelan.

Dan pengawal itu tanpa curiga memberitahukan dimana letak toilet pada June.
June berjalan semakin mendekat pada Zee dan tiba2 June merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah senjata api kecil dan memeluk leher Zee lalu menodongkan senjata itu ke kepala Zee.

"Mundur kalian semua atau bos kalian akan mati." teriak June.

Semua orang yang ada disana sangat terkejut dan terjadi kekacauan.

"Mae." gumam Zee yang mengenali suara ibunya itu.

"Apa kabar sayang? Enak hidupmu hah? Dan meninggalkan aku susah setelah kau menghancurkanku." ujar June di telinga Zee.

Sebenarnya sangat mudah untuk Zee melawan June namun Zee terlalu lemas dan terkejut kalau ibunya bisa berbuat setega itu padanya.
Zee juga tidak tega menyakiti ibunya itu.

"Mae.." isak Zee.

"Diam dan ikuti aku, atau aku tidak akan segan2 menembak kepalamu, anak sialan." teriak June.

Zee pun berdiri dan dengan tangannya memerintahkan anak2 buahnya agar diam dan tidak menyakiti ibunya itu.
















TBC

Tinggalkan jejak dong buat penyemangat nulisnya.

Yang sudah makasih banyaaakkkk...
💖💖💖💖

𝓓𝓮𝓼𝓽𝓲𝓷𝔂 21+⛔ (ZeeNunew) (025)Where stories live. Discover now