Destiny 31

392 57 6
                                    

Sepanjang hari itu pikiran Nunew tidak dapat tenang.
Mimpi semalam terus teringat di kepalanya.
Akhirnya Nunew pun memutuskan untuk menelepon Saint.

"Halo, New. Ada apa kau meneleponku?"

"Halo, Phi. New ingin menemui Hia di Pentagon. Perasaan Nunew tidak enak. Bisakah Phi menemui Nunew di sana?"

"New kau tidak usah aneh2. Untuk apa kau ke Pentagon?"

"Entahlah Phi. New mohon temui New disana. New pergi sekarang."

"Tunggu dulu New." ujar Saint namun sambungan telp itu sudah terputus oleh Nunew.

"Ada apa dengan anak itu. Hahh merepotkan saja." ujar Saint dan segera keluar dari kantornya dan menyusul Nunew ke Pentagon.

Nunew pun membawa 3 orang pengawal bersamanya dan berangkat ke Pentagon.
.

June terus menodongkan senjata itu ke pelipis Zee dan membawa Zee masuk ke sebuah kamar privasi disana.

Setelah masuk June segera menutup pintu dan mendudukkan Zee kembali masih dengan todongan senjata.

"Mae.. Apa yang Mae mau?" ujar Zee dengan sangat sedih dan sakit hati.

"Apa mauku? Aku ingin kau menderita seperti kau dan ayahmu lakukan padaku. Kalian membuatku menderita seumur hidupku dan sekarang kau dengan seenaknya hidup dalam kemewahan sementara aku tetap menderita." teriak June.

"Mae.. Apapun yang Mae inginkan akan Zee berikan. Zee sangat menyayangi Mae. Mengapa Mae begitu membenci Zee? Apa salah Zee pada Mae?" ujar Zee dengan airmata yang mulai mengalir.

"Kau kabur saat aku sedang menikmati kemewahanku, dan kau bilang kalau kau akan memberikan apapun yang kumau? Dasar anak gila." ujar June.

Sakit hati Zee saat mendengar kata2 ibunya itu tidak dapat terbayangkan olehnya.

"Lalu sekarang apa mau Mae?" tanya Zee.

"Aku ingin kau menderita, aku ingin kau mati ditanganku." ujar June.

Zee memejamkan matanya dan meneteskan airmata dengan lebih deras.

"Aku yang sudah memberikan nyawa itu padamu dan aku sekarang akan mengambilnya kembali. Aku tidak rela memberikan nyawa itu padamu." ujar June.

"Kalau begitu, silahkan Mae ambil kembali, akupun tidak ingin nyawa yang telah kau berikan padaku menjadi hutang budiku padamu." ujar Zee.

"Bagus.. Aku menyesal melahirkanmu, aku menyesal membesarkanmu dan memberikanmu pada orang2 kaya itu. Seharusnya aku yang bahagia, seharusnya aku yang kaya raya dan dapat menikmati hidup ini." teriak June dan menekankan senjata api ke pelipis Zee lebih keras.

Zee memejamkan matanya dan tersenyum.

"Nhu.. Maafkan Hia na.. Nhu.. Hia rak Nhu." gumam Zee.

Dor.. Dor.. Dor..

Suara tembakan menggema di dalam kamar itu.

Zee membuka matanya dan menatap Nunew di depan pintu dengan senjata api di tangannya.

Tubuh Nunew bergetar hebat dan airmata mengalir di pipinya.
Matanya membelalak besar.

Zee membelalakkan matanya dan segera berdiri lalu melihat ke belakangnya.
Zee melihat tubuh ibunya yang bersimbah darah di lantai tak lagi bernyawa.

Lalu Zee menatap kembali pada Nunew yang masih terdiam mematung di depan pintu dengan senjata api itu.

"Apa yang kau lakukan Nhu?" ujar Zee.

Tak lama kemudian Saint dan beberapa orang masuk dan Saint membelalakkan matanya lalu menghampiri Nunew dan mengambil senjata api ditangan Nunew lalu memeluk Nunew.

Zee bersimpuh di depan jasad ibunya dan memegang keningnya.

"Mae.. Maafkan Zee." isak Zee.

Nunew menatap pada Zee dan Zee menatap Nunew dengan wajah penuh dengan kemarahan.

Saint lalu mengambil sapu tangan dan mengusap senjata itu dengan sapu tangannya dan mengantungi senjata api itu.

Nunew menatap Zee dan melihat Zee yang marah padanya.

"Mengapa Hia marah pada Nhu? Apa Hia marah karena aku mengambil nyawa ibu Hia?" teriak Nunew, Zee membelalakkan matanya dan berjalan menghampiri Nunew.

"New tenanglah." ujar Saint dan memeluk bahu Nunew.

Nunew menepiskan tangan Saint dan tetap menatap marah pada Zee.

"Dia akan membunuh Hia, dan aku duluan yang membunuhnya. Kenapa? Hia tidak rela? Mengapa Hia marah padaku? Aku benci Hia. Hia lebih rela berkorban nyawa demi dia yang telah menyakitimu daripada bersamaku yang dengan tulus mencintaimu. Aku benci Hia." teriak Nunew dan berlari keluar.

Saint lalu segera memerintahkan salah satu anak buahnya untuk mengejar Nunew.

Zee pun segera berlari akan mengejar Nunew namun tangan Saint mencegahnya.

"Aku marah bukan karena dia membunuh ibuku, Saint. Tapi aku marah karena dia dengan bodohnya mengorbankan dirinya demi aku. Bagaimana kalau dia tertangkap, apa hukuman yang akan dia terima. Aku mencintai dia Saint dan demi aku dia mengorbankan segalanya." isak Zee.

"Phi.. New belum pernah menyentuh senjata selama hidupnya apalagi sampai membunuh seseorang, kupikir sekarang New stress berat dan tertekan karena melihat nyawa seseorang melayang di tangannya." ujar Saint.

"Dan kau tenang saja, tidak akan ada yang menghubungkan pembunuhan ini dengan Nunew. Aku jamin itu." ujar Saint.

Zee terisak lalu mengangguk dan segera berlari dan mengejar Nunew, namun sepertinya Nunew sudah pergi dengan mobilnya.

"Kemana Nunew?" tanya Zee pada seorang penjaga keamanan di sana.

"Tuan Nunew mengendarai mobil sendirian tuan dan sekarang para pengawal sedang menyusulnya." ujar penjaga itu.

Zee membelalakkan matanya dan segera masuk ke dalam mobilnya lalu mengejar serta menelepon salah satu anak buah yang mengejar Nunew untuk menanyakan dimana posisi mereka sekarang.

Sementara Saint menyuruh para pegawai Pentagon untuk menghapus CCTV yang berada di sana dengan alasan kalau CCTV sedang dalam perbaikan.

Lalu Saint juga memerintahkan pada para pegawai untuk berbohong dan mengatakan kalau dialah yang telah membunuh June karena mengancam nyawa Zee.

Saint juga memerintahkan para anak buahnya agar terus menjaga Nunew dan menangkap Nunew sebelum hal2 yang tidak diinginkan terjadi.

Terlihat pada wajah Saint betapa diapun merasa sangat tertekan adik kesayangannya mengalami ini.

Saint sangat khawatir dengan keselamatan Nunew namun dia juga harus mengurus masalah di Pentagon agar Nunew terbebas dari segala tuduhan pembunuhan.

Nunew mengendarai mobil dengan kencang dengan kecepatan yang melewati batas.
Nunew menangis dan memukul2 setir tanpa tahu kemana arah mobilnya melaju.

Hingga mobil Nunew berhenti di pinggir sebuah tebing.
Nunew menundukkan kepalanya dan menangis sekeras2nya.
Dalam pikirannya selalu terbayang wajah June ketika meregang nyawa dan juga wajah marah Zee menatap padanya.

Nunew keluar dari mobilnya dan berjalan ke sisi jurang lalu terduduk dan memeluk lututnya.
Nunew kembali menangis sejadi2nya.

Nunew bingung dan sangat ketakutan membayangkan wajah June dan Zee.
Tubuh Nunew bergetar hebat, kakinya sangat lemas.

Para anak buah Saint akhirnya sampai dan berhamburan keluar mobil hingga menemukan Nunew yang terduduk di sisi jurang.

Mereka semua bingung harus melakukan apa.
Mereka pun menelepon Zee dan yang lainnya menelepon Saint memberitahukan keadaan Nunew.

Saint pun menghela nafas lega dan menyandarkan tubuhnya di atas kursi sampai tak lama kemudian beberapa orang polisi pun datang.















TBC

Tinggalkan jejak dong buat penyemangat nulisnya.

Yang sudah makasih banyaaakkkk...
💖💖💖💖

𝓓𝓮𝓼𝓽𝓲𝓷𝔂 21+⛔ (ZeeNunew) (025)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang