17 ☯ Kolam Renang

1.9K 65 1
                                    

🎀

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🎀

"Katakan dengan jujur! Apa yang kalian lakukan di dalam UKS berduaan?" tanya guru BK dengan wajah garang.

Yup, karena seekor cicak mereka sampai ke ruang BK.

"Pakek nanya," datar Kevano.

"Kevano! Jangan karena ayah kamu orang penting di sekolah ini kamu bisa seenaknya bicara tak sopan pada saya!" Bentak guru tersebut.

Kevano hanya memutar bola matanya malas, berbeda dengan Sabrina. Saat ini gadis itu tengah panik sambil meremas ujung rok nya.

"Sekolah bukan tempat untuk kalian melakukan hal yang tidak senonoh seperti tadi!"

"Maaf buk, tapi kami gak ngapa-ngapain kok, tadi Kevano cuman nolongin aku buat usir cicak." Sabrina menjelaskan apa yang terjadi tetapi tetap saja guru itu tak percaya.

"Kalian pikir saya akan percaya? Saya akan menghubungi orang tua kalian."

Kevano mendengus kesal, hubungi saja toh mereka sudah menikah. Guru itu pergi untuk menelpon kedua orang tua mereka.

"Kevano kita harus gimana?" tanya Sabrina dengan wajah panik.

Kevano hanya mengedikkan bahu tak peduli, laki laki memilih memainkan ponselnya.

Sabrina menatap Kevano kesal, bisa bisanya laki laki itu dengan tenangnya memainkan ponsel di saat seperti ini.

Guru BK tersebut kembali duduk. "Orang tua Kalian akan datang pada jam istirahat kedua, untuk sekarang kalian akan saya kasih hukuman membersihkan lapangan basket dan kolam renang."

Kevano melotot tak setuju, tidak bisakah hukumnya lari saja? Ia tak ingin mengotori tangannya.

"Baik buk, kalau begitu kami permisi." Ucap Sabrina lalu berdiri, mengacuhkan Kevano yang sedang menatapnya tajam.

Mereka berjalan kearah lapangan basket terlebih dahulu. Sepanjang jalan Kevano hanya menggerutu.

Setelah sampai Sabrina berjalan kearah bola basket yang berantakan untuk dirapikan, perutnya terasa nyeri, gadis itu melirik kearah Kevano yang asik memainkan ponselnya.

Sabrina merasakan jengkel, kenapa hanya dia yang bekerja? Gadis itu melempar bola basket kearah Kevano. Tak terlalu kuat, hanya mengenai kaki Kevano.

"Bantuin dong," protes Sabrina.

Kevano memasukan ponselnya ke dalam saku lalu mengambil bola basket tersebut, melemparnya hingga masuk ke dalam ring.

Sabrina tercengang, soalnya jarak antara Kevano dan ring agak jauh, bagaimana bisa laki-laki itu memasukannya dengan mudah?

"Kamu bisa main basket?" tanya Sabrina yang dibalas anggukan Kevano.

"Terus kenapa gak masuk ekskul basket?"

KEVANO [ END ]Where stories live. Discover now